Peak of Love

1.9K 240 31
                                    

Tidak, dia bukan pria gila hanya karena berdiri di tepi jalan dengan wajah penuh luka dan pakaian kusut memegang sebuket bunga, wajah tampannya tak akan membuat dia dianggap begitu.

Naruto menatap lampu lalu lintas di seberang jalan lalu menghela napas. Setelah seharian melalui pekerjaan gila, yang dia inginkan saat ini adalah beristirahat, bukan menghadapi hal gila lain.

Namun apa boleh buat, dirinya harus menebus dosa di hadapan kekasihnya malam ini juga atau keinginannya untuk menikah harus kandas di tengah jalan.

Naruto menggeleng, tidak! meski dunia berakhir besok, dirinya harus tetap menikah dengan gadis itu.

Apapun yang terjadi, meski semesta tidak mendukung dan Tuhan tidak merestui, dirinya tidak peduli.

Meski membujuk gadis itu menikah lebih sulit daripada melalui pelatihan tingkat dua sepanjang musim dingin di perbatasan Selatan negeri Jepang yang sudah pernah dia lalui hingga nyaris mati.

Di tengah riuh isi kepalanya soal konspirasi alam semesta, pernikahan, mimpi buruk soal pelatihan di masa lalu, sebuah mobil hitam berhenti tepat di depannya dan menurunkan kaca.

"Masuklah, aku akan memberimu uang dan pakaian." Cemooh seseorang dari kursi pengemudi.

"Ck keparat." Naruto mengumpat seraya masuk ke dalam mobil dan duduk di samping seseorang yang baru mencemoohnya.

Mobil hitam itu kembali melaju dengan kecepatan agak tinggi, menandakan sang pengemudi tengah terburu-buru.

"Sesulit itu menyelidiki kasusnya hingga kau nampak seperti tunawisma begini?" Neji menoleh ke arah rekan kerjanya itu.

"Aku sudah menyelesaikan semuanya hari ini dan akan menulis laporan mulai besok." Naruto menyandarkan kepalanya di kursi mobil dan memejamkan mata.

"Keparat itu sudah dibawa ke kantor, nyaris dikuliti di meja introgasi, aku melihatnya tadi." Neji menarik sudut bibirnya. Memang meski keparat, Naruto selalu mahir melakoni pekerjaan.

Sebagai informasi, mereka adalah salah dua Detektif senior di kantor kepolisian Tokyo. Desas-desusnya Naruto akan dipindahkan ke badan intelegensi nasional, namun dia punya banyak limpahan kasus yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

"Jangan khawatirkan pekerjaanku." Gumam Naruto seraya memejamkan mata.

Neji mendengkus dan kembali mencemooh saat melihat Naruto memangku sebuah buket bunga mawar favorit adiknya. "ya, satu-satunya hal yang perlu dikhawatirkan soal hidupmu adalah kisah cintamu."

Naruto memegang ke dua sisi kepalanya seraya masih bersandar dan memejamkan mata dengan raut frustasi. "dia sangat marah padaku kemarin."

"Dia pencemburu, kau tahu itu." Neji mencuri dengar pembicaraan sepasang kekasih itu via telephone semalam.

"Aku tidak akan berselingkuh dengan pelaku kriminal. Dia cemburu pada bandar judi!" Naruto tak habis pikir.

Neji tertawa keras-keras, dia tahu Naruto sedang mengusut kasus judi bernilai fantastis di distrik Kabuchiko, menyamar jadi seorang pejudi demi dapatkan informasi dan sialnya si wanita bandar judi itu malah jatuh cinta kepadanya.

Beritanya muncul di berita, sebab si wanita bandar judi itu berteriak marah kala diringkus pada pria yang dia anggap mencintainya ternyata adalah polisi yang menyamar jadi pejudi di kasino hanya untuk menjebloskannya ke penjara.

"Namun kau menggodanya di kasino, berapa bulan kau menyamar jadi pejudi huh?" Neji mencoba memvalidasi kemarahan adiknya.

"Dua bulan." Jawab Naruto masih dengan raut frustasi. "namun aku tak pernah berpikir untuk menyeleweng pada wanita semacam itu."

Peak of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang