Anuraga
Kau tak pernah tahu,
Apa isi benak yang terkubur rapat oleh reputasi dan harga diri
Dan kau tak pernah tahu,
Tentang getaran rasa yang bergema dalam hati
Tetap menjadi seperti ini, tak berubah meski langit selalu berganti
Aku memikirkannya seperti berharap pada pesona mentari di langit malam
Aku mengingatnya seperti melihat bintang yang bersinar pada terik siang
Tatkala kabut datang menyelimuti, saat itulah aku tengah melihatmu tersenyum
Samar dalam bayangan kalbu terpancar raut indah itu
Dan aku tengah menyadari sesuatu
Bukan perihal kabut, maupun kalbu
Tidak juga teriakan angin, atau hujan yang bernyanyi
Tak dapat kuruntuhkan dinding ego yang terbangun sejak dulu
Bukan hal mudah pula untukku segera menghapus semua memori yang telah terpatri
Namun tetap akan kupercayai semua realita pahit ini
Meski setiap saat batinku terluka karena garis hidup yang tertakdir
YOU ARE READING
Budak dalam Sebuah Garis Takdir [END]
PoetryPerjalananku belum selesai, walau perahu sesekali menepi. Tidak jarang orang ingin menduduki, tetapi takdir selalu berbalik. Dari sudut dermaga itu, aku merintih luka-lukaku sendiri. Aku tidak akan percaya takdir, sebelum nasib hidupku mereka tangis...