32. Aku dalam Meradang Luka

1 1 0
                                    

Aku Dalam Meradang Luka

Dalam keramaian aku merasakan amarah begitu hebat
Tapi aku selalu menutupinya dengan seribu canda
Tak pernah ada orang yang melihat sebegitu dekat
Walau garis mataku memperlihatkan semuanya
Aku rasakan betapa lelah hati yang terluka
Bukan dua atau kali pertama
Kini aku tak akan dapat berpikir dengan rasa manusia
Biar orang membual, aku telah bersiap dengan satu zirah
Memang tidak mudah memberi pandangan pada satu nyawa
Yang sudah kuanggap sebagai setengah jiwa
Meski ia tak pernah mengatakan dan berbicara
Juga tidak menolak atau membenarkan
Tapi dapat aku lihat dengan jelas pesan dari raut muka
Yang disalurkan melewati garis tangan yang bergerak
Aku tak akan pernah mempercayai lagi
Karena aku telah memahaminya dengan harfiah
Mungkin aku merasakan amat kepedihan
Namun jauh lebih baik daripada harus membunuh perasaan
Batinku telah rapuh memerangi semua realita
Aku sudah tidak mampu menanggung seluruh nestapa
Sekian kalinya aku harus merasa
Tak akan pernah kuberi maaf dengan percuma
Sekalipun ia mengampun atas nama Tuhan
Tiada bisa mengobati seluruh lapisan hati terkoyak
Walaupun itu bersama orang yang tak sama
Mungkin Tuhan akan lebih mendengar doa lirih dalam kegelapan
Daripada ratusan sumpah serapah seribu orang
Tidak pernah bisa hangat melihatnya
Bibirku beku, begitu pula dengan rasa peduli yang melayang

Dalam kesunyian aku merasakan sendu merana
Tapi aku selalu menutupinya dengan seribu tawa
Tak pernah ada orang yang peduli sebegitu jelas
Meski garis waktu perlahan berlari membunuhnya

Budak dalam Sebuah Garis Takdir [END]Where stories live. Discover now