Jungkook tersenyum kecil di depan cermin setelah ia selesai dengan make up nya untuk malam ini, setelah sore tadi Seokjin menghubunginya, dan bilang, kalau katanya ia baru bisa menemui Jungkook jam 8 malam nanti.
Tentu, Jungkook langsung memberitahukan dimana mereka akan bertemu.
Seharian ini Jungkook sudah mencari tempat yang bagus untuk mereka ngobrol-ngobrol santai, sambil pada intinya ia ingin berterimakasih kepada Seokjin.
Sebuah cafe manis yang menyajikan beberapa menu makan malam juga dessert-dessert enak menjadi pilihannya saat ini.
Jungkook pun pergi setelah ia merasa sudah siap.
Dan sesegera mungkin pergi ke cafe sebelum Seokjin mendahuluinya.
. . .
"Maaf, mungkin aku sedikit terlambat, karena kerjaan aku belum juga beres. Tapi aku usahain kalo pun terlambat, gak akan terlalu lama."
Send...
Sebetulnya tidak enak bagi Seokjin untuk mengirimkan pesan seperti itu pada Jungkook karena pada awalnya dia sendiri yang meminta Jungkook bertemu dengannya jam 8 ini.
Tapi nyatanya?
Pekerjaannya menumpuk. Dia harus membangun tim dari awal dan bagaimana membuat even yang akan dilaksanakan sekitar 10 hari lagi itu sukses besar.
Karena kalau tidak, tau sendiri, Hana akan sangat kecewa dengan kinerja Seokjin.
Seokjin menghela nafas panjang dan menyimpan ponselnya.
Penatnya ini memang butuh sedikit kelonggaran.
Memang berbicara dengan seseorang adalah obatnya.
Ia jadi ingin bertemu dengan Jungkook secepatnya.
. . .
Hampir 90 menit berlalu, dan Seokjin masih belum juga memberi kabar terbaru kepada Jungkook.
Jungkook juga sudah malu karena dia sudah diam di cafe ini terlalu lama.
Dia sudah pesan dua gelas minuman meskipun keduanya tidak ia habiskan.
Jungkook menghela nafas sembari mengangkat kedua alisnya.
Ia juga kembali menengok ponselnya yang masih tak ada tanda apapun dari Seokjin dan begitu ia melihat cafe yang mulai kosong, Jungkook pun bangkit dari kursinya.
Mungkin hari ini bukan hari keberuntungannya, atau mungkin Seokjin terlalu sibuk, jadi, ya, lebih baik Jungkook kembali ke hotelnya saja.
Jungkook pulang dengan hati yang hampa.
Entahlah, ini mungkin yang dinamakan dengan, kecewa.
. . .
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
