Prologue

2.2K 176 6
                                    

Renjun's Diary

03/08/2011

Gigi Injun sakit. Kata Mami besok harus ke dokter gigi buat dicabut giginya. Injun takut :(

Hari itu sekitar jam 3 sore, Renjun pulang dari sekolah dijemput oleh ibunya. Masih mengenakan seragam sekolahnya Renjun duduk di kursi penumpang sedangkan ibunya menyetir mobil yang mereka kendarai.

Kaki Renjun bergerak-gerak gelisah, sejujurnya ia takut karena hari ini mereka akan ke dokter gigi. Sejak dari pagi hari, Renjun berangkat ke sekolah dengan hati tidak tenang. Bahkan di sekolah, saat pelajaran berlangsung pun pikirannya tidak fokus karena mengingat sepulang sekolah ibunya akan membawanya ke klinik dokter gigi dekat rumah mereka.

"Mami..."

"Kenapa Injun kok lemes gitu?"

"Injun takut.."

"Injun nggak usah takut sayang, dokternya baik kok, nanti pulang mami beliin es krim deh"

"Beneran mi?"

"Iya sayaaang"

Setelah mengurus pendaftaran dan beberapa administrasi kini Renjun dan ibunya berada di ruang tunggu.

Ugh bau ini, Renjun sungguh benci bau khas klinik gigi. Belum lagi disertai suara-suara alat yang digunakan sang dokter ketika melakukan tindakan. Ibu Renjun meraih tangan anak semata wayangnya lalu mengenggamnya dengan erat, seakan tahu hati anaknya sedang gelisah.

Tak berapa lama setelahnya seorang wanita dan seorang anak laki-laki keluar dari ruang periksa dokter. Si anak laki-laki itu memasang raut wajah kesakitan sambil memegangi pipinya.

Wanita tersebut menuntun anaknya untuk duduk di kursi yang berada di ruang tunggu kemudian pergi untuk menyerahkan resep obat dari dokter ke bagian farmasi.

Renjun memperhatikan si anak laki-laki yang kini duduk di seberangnya. Anak itu memakai kaos dan celana pendek yang sepertinya merupakan baju tidur. Ia menunduk sambil masih memegangi pipinya yang ternyata setelah dilihat lebih dekat agak sedikit bengkak.

Seorang wanita yang Renjun asumsikan merupakan ibunya lalu datang dan duduk di sebelah anak laki-laki tersebut. Ia mengelus rambut anak laki-laki itu sambil membisikkan sesuatu di telinganya, membuat anak tersebut mendongak kearah sang wanita. Oh, mata anak tersebut berkaca-kaca.

"Sakit apa bu anaknya?" Renjun menoleh dari sumber suara yaitu ibunya. Ibu Renjun memang memiliki kepribadian yang ramah dan mudah akrab dengan banyak orang, tak jarang ibu nya terlebih dahulu memulai percakapan dengan orang asing tidak seperti dirinya yang cenderung pemalu.

"Oh, ini habis cabut gigi susu bu." Jawab wanita di seberang mereka sambil tersenyum. "Kalau anaknya kenapa bu?" lanjutnya.

"Wah sama nih, anak saya juga mau cabut gigi susu. Gimana adek giginya habis di cabut sakit nggak?"

"Sakit banget!!! Huaaaaaa!!!" Balas anak lelaki tersebut di sambut dengan tangisannya yang ternyata dari tadi ia tahan menjadi pecah.

"Eh-eh mas kok nangis?!" tanya ibu dari anak tersebut.

Renjun yang mendengar anak tersebut menangis mulai merasa ketakutan, genggaman pada tangan ibunya mengerat. "Hiks..."

"Lho Injun kok kamu ikutan nangis?"

"Huhuhu... Injun nggak mau dicabut giginya.. takut mi..." Renjun terisak.

Kini ruang tunggu klinik dokter gigi tersebut dipenuhi suara tangisan kedua anak laki-laki yang saling bersahutan membuat ibu mereka menepuk dahi. "Walah... gimana ini?"

Yours TrulyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang