Jerk

228 21 6
                                    

Beberapa hari telah berlalu, Bilqis bisa merasakan perubahan Sean yang cukup signifikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa hari telah berlalu, Bilqis bisa merasakan perubahan Sean yang cukup signifikan. Tidak ada gombalan receh yang selalu ia lontarkan, tidak ada pula pillow talk yang biasanya mereka lakukan saat keduanya berbaring di ranjang.

Begitupun dengan intensitas keduanya dalam berkirim pesan, Sean membalas pesan Bilqis dengan cepat saat istrinya itu mengabari soal si kembar—entah karena Syifa yang ingin tau keadaan Sean ataupun sebaliknya. Jika pesan itu hanya sekedar basa basi, Sean memilih untuk tidak membalas pesan Bilqis.

Jujur saja, rasa bersalah Bilqis semakin hari semakin besar, bahkan untuk menelan sebutir nasi pun rasanya begitu sulit. Tetapi, wanita itu cukup bersyukur karena Sean masih memperhatikan dan menyayangi si kembar.

'Gak apa-apa, selama Mas Sean masih baik dan sayang sama Syifa dan Yesha, gak apa-apa, kok. Dia cuma lagi kecewa banget sama aku,' batinnya menyemangati seraya tersenyum sendu.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, Bilqis kembali menatap ponselnya—berharap pesannya dibalas Sean karena ia begitu khawatir. "Mas, kamu boleh marah sama aku, tapi jangan lukain diri kamu sendiri ya," ucap Bilqis dengan gelisah, wanita itu terus menatap ke arah ponsel dan jam setiap beberapa menit sekali. "Aku khawatir, kamu lagi lembur ya?"

"Mas, kamu beneran gak apa-apa, 'kan?" Bilqis terus bergumam dan menatap ponselnya dengan sendu—berharap ada pesan balasan dari sang suami.

Wanita itu duduk di kursi dapur, tangannya terlipat dan menjadi bantalan pipi. Bilqis menatap dinding di hadapannya, ia tersenyum kecil saat ingat kebaikan-kebaikan Sean padanya. "Maafin aku ya, Mas. Kamu pasti nyimpen semuanya sendirian, maafin aku yang selalu egois dan lampiasin semuanya sama kamu."

Tanpa sadar, air mata Bilqis turun dengan perlahan. Wanita itu menangis dalam diam, air matanya terus mengalir tanpa bisa Bilqis cegah. "Aku harus gimana biar kamu bisa maafin aku, Mas? Kamu jadi berubah semenjak itu, maafin aku ya. Hati aku sakit kalau kamu perlakuin aku sedingin ini."

"Um ... mi."

Suara serak dari Syifa mengagetkan Bilqis, dengan cepat wanita itu menghapus air matanya dan berbalik menatap Syifa yang tengah mengucek matanya pelan.

"Kenapa, nak? Kok kebangun? Ayo bobo lagi," ucap Bilqis seraya menggendong Syifa dan membawanya menuju kamar.

Syifa hanya menggeleng pelan seraya memeluk Bilqis dengan begitu erat. "Sayang ummi."

Mata Bilqis kembali berkaca-kaca mendengar kalimat itu dari sang anak, ia pun mengecup pipi Syifa dan berbisik lirih di telinganya, "Ummi juga sayang sama Syifa dan Yesha, maafin ummi ya, nak."

●●●

Sean menatap secarik kertas di genggamannya, sudah beberapa hari ini Kim tidak terlihat di manapun dan entah mengapa hal itu membuat Sean sedikit terusik.

Akhirnya, lelaki itu meminta teman kantornya yang mengenal Kim untuk memberikan alamat rumah sang gadis.

Karena rasa penasarannya cukup besar, Sean memutuskan untuk berkunjung ke rumah Kim sebelum pulang ke apartemennya.

Biggest Regret [END]Where stories live. Discover now