04. Penyerangan monster

27 21 0
                                    

Teriakan riuh memenuhi segala penjuru. Para pekerja di mansion ini berlari kelabakan. Mereka berdesakan ingin segera menyelamatkan diri. Sedang tidak menyadari keberadaan Duchess dan Tuan Muda yang juga berdesakan di antara mereka.

Sepersekian detik langkah mereka melewati ruang perpustakaan. Netra Orias melirik ke celah pintu yang terbuka separuh. Memperlihatkan ruangan yang porak-poranda dan hampir seluruh rak buku ambruk saling menimpa satu sama lain.

Orias tercekat. Refleks menarik tangan Elias. Membuat mereka berdua keluar dari gerombolan orang-orang. Sialnya prajurit dan Duchess sama sekali tidak menyadari itu.

"Lucasta!" Pekik Orias sambil menunjuk ke arah perpustakaan.

Tanpa menunggu penjelasan, seolah sudah paham dengan maksud tatapan saudara kembarnya, Elias langsung bergegas membuka pintu tersebut.

Ruangan ini memang benar-benar porak-poranda. Gawatnya adalah netra mereka langsung disambut dengan keberadaan si laki-laki berkacamata yang tengah melambai pada mereka. Meminta pertolongan. Tubuhnya terjepit di antara rak buku yang ambruk.

"Lucas!" Elias memekik tertahan. Segera berlari ke arahnya.

Membantu mengangkat rak buku tersebut, dibantu oleh Orias.

Tapi rupanya tak perlu waktu lama bagi kedua laki-laki itu untuk menyelamatkan Lucasta. Dengan cepat rak terangkat, dan si empu menarik kakinya dari sana.

"Apa masih ada orang lagi di sini?"

"Tidak, tuan muda. Sepertinya hanya ada saya." Jawab Lucas.

"Terima kasih banyak, tuan muda!" Lucas menunduk. Tapi sesaat sebelum kalimatnya berlanjut, Elias sudah menarik tangannya dengan cepat. Mengajaknya berlari menyelamatkan diri.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Orias seraya melangkah.

Lucas menoleh, mengangguk-angguk. Ia sungguh tak apa. Beruntung si kembar datang tak lama setelah dirinya tertimpa rak. Jika tidak, mungkin bisa mengakibatkan luka yang lebih besar padanya.

Gawat. Begitu keluar dari ruang perpustakaan, mansion sudah tampak lebih sepi dibanding tadi. Orang-orang sudah berhasil keluar menuju titik evakuasi. Tersisa beberapa saja, yang kini ikut berjalan bersama mereka.

Yang lebih gawat lagi adalah kekuatan gempa ini semakin kuat. Beberapakali ketiganya terpeleset dan jatuh di lantai. Satu karena bersenggolan dengan orang yang ingin cepat-cepat keluar, dua karena guncangan ini. Sulit menyeimbangkan tubuh saat posisi tanah sedang bergetar. Apalagi dengan harus memperhatikan sekitar. Salah-salah bisa terkena runtuhan bangunan, atau pecahan kaca.



GROOOO!!




Untuk kesekian kalinya mereka terjatuh. Kali ini bahkan lebih parah dari sebelumnya. Elias jatuh terguling-guling di anak tangga menuju lantai satu. Orias dan Lucas panik melihatnya.

Beruntung kendali tubuh Elias dapat kembali sesaat sebelum dirinya terjun kebawah. Saudara kembarnya bersama si kacamata memekik bersamaan. Lantas segera berlari menyusul. Bersusah payah membantu Elias berdiri. Ketiganya menyandarkan tubuh pada dinding. Melirik ke arah jendela di seberangnya.

Rupanya keadaan diluar jauh lebih kacau. Terlihat dari sini, api-api kebakaran dari arah permukiman penduduk beradu menghiasi langit gelap malam. Asap membumbung tinggi. Suara mengerikan yang dihasilkan oleh monster tersebut terus menerus keluar tanpa henti. Begitupun dengan riuh warga, mereka semua panik.

"Kita keluar sekarang?" Tanya Lucasta, terengah-engah. Ia mengusap pelipisnya yang dipenuhi debu bercampur peluh.

Mengambil ancang-ancang untuk segera melangkah keluar.

Barratheon Where stories live. Discover now