Untitled Part 1

3.7K 174 36
                                    

Happy reading^^

Hembusan angin pagi membawa lembut aroma segar dari balik jendela, memberi semangat baru bagi Veranda. Ia bergegas keluar kamar dan melahap dengan nikmat menu sarapan yang sudah disiapkan oleh sang mama.

"Ma, Ve berangkat dulu"

"iya sayang hati-hati ya" ucap sang mama sambil mencium pipi bak moci milik putrinya itu.

"iya ma"

Senyum simpul jelas terlihat kala Veranda mendapati sosok gadis seumurannya yang sedang berdiri di depan rumahnya, sedang menunggunya. Dia Kinal, sahabat Veranda.

Ia mengamati sosok yang masih sibuk menonton jalanan perumahan sambil sesekali menyapa orang yang lewat berlalu lalang. Helaian rambut sebahu milik Kinal berterbangan dihempas oleh angin membuat Ve betah mengagumi gadis yang selama ini selalu berada di sampingnya, yang selalu melindunginya dan menjaganya.

"hei Ve" seruan Kinal membuat Veranda tersadar dari aktivitasnya menikmati sosok di depannya itu.

"eh? Iya Nay.. bentar" ucap Ve sedikit gugup.

Sering sekali seperti itu, Kinal mendapati seorang Veranda melihat dengan tatapan yang tak ia mengerti. Tatapan intens yang penuh makna itu. Sebenarnya Kinal merasa takut dengan tatapan misterius itu, selalu membuat dadanya berdesir hebat, beberapa kali ia harus berusaha mengatur degup jantung yang tak karuan karena tatapan Veranda tersebut.

Ia tidak senang dengan kelemahan hatinya yang seperti itu, ia bahkan tak mengerti kenapa selalu seperti itu.

Dua sahabat tersebut dibaluti senyum menaiki sepeda milik Kinal, terpaan angin pagi membuat Veranda selalu menikmati momen-momen berangkat sekolahnya. Oh mungkin bukan karena suasana paginya, tapi.. mungkin karena ia bersama orang yang disayanginya. Asalkan bersama Kinal, terik mataharipun tetap terasa sejuk dan hujanpun tetap terasa hangat.

"Ve, besok free ngga?" ucap Kinal sambil memelankan laju sepedanya.

"Uum.. iya kayanya. Kenapa?"

"kita jalan yuk?"

"hah? Kemana Nay?"

"kemana lagi kalau bukan pantai favorit kita?"

"beneran Nay?"

"iya.. lagian udah sebulan ngga kesana jadi kangen"

"yeeeyyyy siap Kinay!!!"

Sepasang tangan tiba-tiba melingkar erat pada perut Kinal, perlakuan Veranda membuat Kinal kaget hingga membuat sepedanya hampir saja oleng, untung saja kinal berhasil menyeimbangkannya kembali. Jantung Kinal bagai berlari dengan kelajuan tinggi, berdegup dengan hebatnya menikmati suasana ini. Veranda selalu seperti ini, membuat Kinal memperkarakan perasaannya yang tak dimengerti oleh diri Kinal sendiri.

Sesuai janji Kinal, esok hari ia membawa Veranda menuju pantai favorit mereka. Biasanya setiap weekend, barangkali sebentar mereka selalu menyempatkan diri menikmati pesona pantai pasir putih yang masih sangat sepi itu. Tak jarang mereka menghabiskan waktu hingga malam hari disana, tiada lagi yang lebih indah saat mereka memandang sunset bersama.

"the real of keindahan yah Ve" ucap Kinal sembari merentangkan tangannya lebar menikmati hembusan angin senja yang menyambut pesona warna langit jingga dengan matahari sebagai pusat terangnya.

"iya Nay, aku seneng masih bisa menikmati sunset bersamamu setiap sore"

Kinal terkekeh mendengarnya, tak mengerti dengan ucapan Veranda barusan. Ambigu.

"aku berharap selalu bisa menikmatinya bersamamu Ve, kuasa Tuhan yang indah ini"

Veranda hanya tersenyum mendengarnya. Dalam hati ia berkata, tak hanya untuk melihat sunset Nay, aku ingin setiap saat bersamamu, menikmati waktu yang ada. Menikmati senyum khasmu yang indahnya melebihi mentari senja ini. Mengikuti tawa renyah yang selalu kau berikan padaku. Aku ingin selalu bersamamu.

ONLY TODAY?Where stories live. Discover now