Part 1

4.1K 20 0
                                    

Dulu...
Aku sampai lupa kapan lebih tepatnya. Aku pernah bahagia.
Lelucon memang untuk aku dengar lagi sekarang. Gemas, melihat cerminanku dulu yang begitu lahap menelan janji-janji dongeng sembari menjilat-jilat lolipop.
Bukan, ini bukan cerita saat aku kecil, saat aku bermain-main di taman hiburan. Aku juga muak menceritakannya.
Terkadang, saat kamu kehilangan sesuatu, segalanya akan terasa lebih lama. Aku juga merasa begitu. Aku merasa, sudah seabad kejadian ini berlangsung.
Dari mana aku harus memulai? Apakah dari matanya yang membuatku merasakan hangatnya musim semi saat itu? Atau justru lambaian tangannya yang meruntuhkan semuanya saat itu juga?
Aku harus memulai dari masa, saat hidupku berubah detik itu juga.

Hari itu, aku tak memikirkan apa pun. Aku sedang rindu rumah saat itu. Konyol sekali. Kau tahu seberapa sedihnya aku jauh dari rumah saat itu? Aku sampai membuat reminder di handphoneku.
Hari pertama, tenang 2 hari lagi.
Hari kedua, ayolah besok hari terakhir.
Dan begitu hingga hari ketiga.
Hahhahahahahaha.
Tak kupedulikan celotehan mentor yang bagai berbicara dengan bahasa sanskerta (aku sedang mengarang, iyakan saja). Kepalaku terkatuk-katuk, dengan tangan melipat-lipat ujung kertas. Pukul 9 pagi. Sial. Aku perlu tidur.

Hari-hariku terus begitu. Sampai aku mulai dekat dengan dia. Duh. Tenang, aku bukan ingin menceritakan bagaimana aku bertemu dengan pacarku (hai sweetheart!). Lagian rak buku kisah cinta remaja adalah bagian di bumi ini yang ingin aku bakar sejak dulu. Picisan. Klise. Basi. Maaf, aku malah membicarakan hal lain. Intinya, aku tidak akan menceritakan itu.

Baiklah, aku ini termasuk orang yang tertutup. Jarang berbicara. Sebut saja semua. Aku mungkin terlihat, terlalu idiot untuk diajak berbicara. Sehingga, aku begitu senang mendapati ia memulai percakapan denganku. Telingaku selalu antusias mendengar celotehannya, aku bagai punya pendongeng pribadi yang bebas biaya jasa tentunya. Apa yang lebih mengagetkan saat aku mulai dekat dengannya?
Aku lupa dengan reminder di hp-ku.
Begitu pula kantuk-kantukku yang kemarin, bagai sirna disapu bersih.

Baik, sepertinya cerita 'bahagia' ini akan aku lanjutkan nanti. Mungkin sampai aku kuat bernostalgia lagi. Atau perlu kupersiapkan pedih-pedih yang akan muncul kembali.
Sampai jumpa.

MabukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang