Perkenalan

358 19 20
                                    

Claudia Salwa Prasetyo
Tuntutan usia membuatku ingin lari dari dunia, bayangkan setiap detik ada saja yang menanyakan, kapan nikah? Oh my god.... ada tidak tempat di dunia ini yang bisa melenyapkan 1 pertanyaan itu? Mindset Orang Indonesia itu anak perempuan harus nikah tepat waktu, kalau di atas usia 25 tahun di anggap perawan tua, nah untuk menikah aku siap tapi masalahnya jodohnya yang belum di temukan.
Usia ku kini 28 tahun tepatnya akhir tahun nanti 29 tahun, pacar? Udah di hapus dari pemikiran ku sejak 5 tahun lalu. Pekerjaan ku sebagai guru disalah satu sekolah swasta di Pekanbaru, membuatku happy mungkin juga lupa untuk mencari jodoh. Hemmm....... Memangnya salah, aku berfikir jodoh itu harus di tunggu bukan di cari. Atau mungkin itu yang membuatku sampai saat ini belum bertemu jodohku. Di saat semua teman-temanku telah menggandeng putra Putri mereka bahkan ada yang telah menjadi murid di sekolahku.
"Wa, kamu masih ngajar disini?" Itu Reni ibu dari salah 1 muridku dan teman SMA ku.
"Iya ren, jaman sekarang susah cari kerja, jadi ya, kerjaan yang sudah ada tetap di pertahankan saja " Jawabku seraya tersenyum, "ngapai? Bukannya Ditto udah di jemput Akbar?" Tanyaku lagi.
"Ha.. udah dari tadi Akbar jemputnya Wa?" Tanya Reni sedikit kaget.
"Udah, kan pulang sekolahnya udah dari pukul 12.30 tadi" jawabku mengeryitkan dahiku "kamu gak tau Akbar jemput Ditto?"tanyaku lagi melihat ekspresi Reni yang gelisah.
"Hemm sebenernya aku udah cerai sama Akbar Wa"ucapnya sedih.
"WHAT" aku kaget dengan pengakuan Reni, Reni dan Akbar telah berumah tangga selama 10 tahun dan yang aku tahu mereka telah pacaran dari SMP dan menikah saat kami kuliah disemester 2. Gila saja dengan usia pernikahan dan pacaran yang begitu lama mereka bisa bercerai.
"Ceritanya panjang Wa" Reni tampak menerawang "jangan sampe kamu ngalamin kayak aku ya Wa"ucapnya tulus.
"Ya sudahlah Ren sudah berlalu juga, yang penting jangan sampe Ditto kehilangan Kasih sayang kalian sebagai orang tua"ucapku bijak, meski aku tidak tahu masalah apa yang dihadapi mereka.
"Pastinya Wa,hemm"Reni melihat jam tangannya "aku pulang dulu ya, udah siang banget takut Dwi rewel" pamitnya.
"Hati-hati Ren, klo kamu mau cerita aku masih di sekolah ini kok" ku usap pundaknya menenangkan, di balasnya dengan senyuman sebelum dia beranjak pergi.
Aku pun memutuskan kembali ke kontrakanku yang super sederhana. Aku bukanlah asli pekanbaru, aku merantau kesini untuk belajar mandiri. Dengan motor matic yang selalu Setia menemaniku bekerja akhirnya sampai juga di kontrakkanku. Kembali memikirkan apa yang sebenarnya menyebabkan Reni dan Akbar bercerai, membuatku semakin takut memikirkan pernikahan, mereka saja yang sudah lama bersama memutuskan berpisah di saat pernikahan mereka memasuki usia 10 tahun. Gimana aku yang notabene belum ketemu jodoh sama sekali.

GILANG RIZALDI

"Lembur mulu lo bro, kapan mau dapat jodohnya?" Ledek Guntur salah satu staff HRD di perusaahan tempatku bekerja, aku menaikkan sebelah alisku tanpa berniat menanggapinya "emang lo gak niat ngasih ibu baru buat Kinan bro?"imbuhnya lagi.
"Belum tertarik"jawabku acuh.
"Gila lo, udah 5 tahun lo ngeduda, emang gak bosan?"tanyanya lagi.
"Kayak mak gue pertanyaan lo"
"Ckck gue rasa lo belum bisa move on, sadar bro dia udah selingkuh, gak pantas lo mikiri dia lagi, ingat anak lo, dia butuh Kasih sayang seorang ibu"lanjutnya lagi membuatku jengah.
"Gue gak mikiri wanita sialan itu lagi Tur"ucapku sinis"dan kalau gue harus nikah lagi gue mau wanita itu tunduk dan nurut sama gue" emosiku mulai sedikit terpancing.
"Gak semua wanita kayak Kiara bro"
"Jangan sebut nama sialan itu"sergahku tak suka,Kiara mantan istriku yang memilih kabur dengan pegawai bea cukai yang ternyata telah menjadi selingkuhannya sejak kami pacaran. Bahkan aku sempat meragukan anak ku, untung Kinan benar-benar anakku. Wanita yang kukenal sebagai pribadi yang lembut, yang saat itu bekerja sebagai teller bank swasta. 2 tahun kami berpacaran dan akhirnya menikah, tapi sayang pernikahan kami hanya bertahan 2 tahun.
"Buka mata lo bro, Kiara masa lalu lo, sekarang lo butuh masa depan untuk lo dan anak lo" tambahnya tanpa melihat wajahku yang memerah menahan amarah. Tanpa menjawab ucapannya, aku pergi begitu saja. Jangan karena wanita yang tidak jelas keberadaannya aku dan Guntur jadi bertengkar.
Cuma 1 yang bisa membuatku tenang, Kinan. Putri kecilku yang kini berusia 6 tahun. Yang selalu ceria menyambut kepulanganku, kuparkirkan mobil toyota yarisku di depan rumah ku, hemm rumah orang tuaku tepatnya, sejak aku bercerai 5 tahun lalu orang tuaku tidak lagi mengizinkanku mengurus kinan sendirian, jadilah aku dan kinan tinggal di sini.
"Asalamualaikum "
"Waalaikumsalam, PAPAAAAA"teriak putriku sambil berlari, dengan sigap kuangkat dia ke atas dan dia tertawa senang.
"GILANG, bisa muntah anak kamu nanti"omel mamaku.
"Dia senang gini ma" ucapku acuh.
"Ganti baju dan makan" ucap mama sambil berlalu keruang TV.
"Pa, Kinan mau sekolah SD"katanya tiba-tiba yang membuatku bingung.
"Kenapa?kan enakkan di TK?" Tanyaku lagi, umurnya juga belum cukup untuk masuk SD dan lagi tahun ajaran baru, baru akan di mulai semester depan.
"Kata mas Davin di SD lebih enak" ucapnya seraya menarik selimut dan masuk kedalamnya, ya kami berada di kamarku, anakku ini tidak tahan udara dingin dan AC di kamarku terlalu dingin baginya.
"Mas Davinkan memang sudah cukup umur sayang, makanya sudah SD?" jawabku memberi pengertian " tahun depan juga kamu sudah bisa masuk Sd" imbuhku lagi melihat wajah bingungnya.
"Benar pa? Tapi kata mas Davin gurunya enakan yang sekarang pa"
"Taun depan juga gurunya masih itu"jawabku meyakinkannya "sekarang saatnya tidur" ucapku seraya memeluknya.
"Good nite papa" ucapnya seraya mengecup pipiku.
"Nite too, princess "

Hello semua apa kabar?
Semoga selalu bahagia 😊.
Bantu komen dan like ya...
Biar makin semangat nulisnya

Start With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang