One of These Nights

1.2K 94 17
                                    


Pertama kali melihat mata itu, sepasang mata indah yang tak pernah ia tahu ada di dunia ini - Terbingkai apik oleh bulu mata lentik dan tinta hitam yang mempertegas kecantikannya - Kris tengah mengunjungi ayahnya saat itu. Baru saja pulang dari bertahun-tahun menetap di Jerman, ia memutuskan jadi anak baik dan tiba-tiba membuat kunjungan kejutan ke tanah air.

Hanya untuk mendapati kantor ayahnya kosong.

Memutar balik ke meja sekretaris yang—tadinya kosong—kini dihuni oleh sesosok perempuan berambut panjang sepinggang berdiri membelakanginya, tampaknya sedang menjawab telepon. Ikal gantungnya melambung indah ketika ia tersentak oleh dehaman Kris, menyadari kehadiran seorang tamu di teritorinya.

Kris tidak pernah percaya pada, sebutkan saja, cerita rakyat, mitos, atau legenda. Tapi ia dipaksa kelu untuk menemukan penjelasan ilmiah yang tepat untuk menerjemahkan sosok dihadapannya.

Kini ia percaya bahwa Dewi itu ada.

-

Tak ada yang belum Kris lakukan demi menarik perhatian sang dewi. Sudah habis daftar restoran bintang lima ternama yang bisa ia jadikan medan perang untuk menaklukkannya. Tak terhitung kalimat rayuan—nyaris garing—yang ia luncurkan demi membuat gadis itu berkata sepatah 'ya'.

Kris bahkan mulai mempertanyakan kemampuannya dalam menggaet perempuan. Ia, yang menurut statistik, adalah pria asing paling menawan dan sukses yang pernah menetap di Jerman. Sebelas dari sepuluh wanita—mungkin satunya pria­—akan berhenti dan menyempatkan diri untuk menoleh apabila berpapasan dengannya. Tambahkan dengan jumlah model dan artis yang menunggu kesempatan untuk sekedar menjadi pasangannya. Belum lagi kekayaannya yang fantastis. Kalikan dengan aset-aset yang berada di negara asal. Pangkat dua-kan dengan warisan yang sudah ditulis dalam tinta emas atas nama dirinya. Lalu bagi dengan berapa tahun yang bisa ia nikmati dengan semua itu. Sama dengan seumur hidup. Sampai mati.

Namun bahkan semua itu tak sanggup menarik hati seorang Zitao.

Sungguh Kris yang sudah kehilangan pesona atau Zitao sama sekali tidak tertarik padanya.

-

Misteri itu terjawab pada suatu malam panas di apartemen Zitao. Berawal dari pesta ulang tahun perusahaan, entah bagaimana ia berakhir di atas ranjang bersama tubuh molek itu. Zitao, sudah lama menanggalkan gaun satinnya di lantai kamar, kini hanya dibalut dengan bra dan celana dalam yang terancam akan meninggalkan tubuhnya juga apabila Kris tidak sanggup menguasai diri.

Segilanya ia dengan pemikiran akhirnya bisa menyentuh Zitao. Seinginnya ia melihat dan memiliki tubuh yang menghantui sudut gelap hatinya selama ini, ia masih seorang pria yang memiliki harga diri dan selalu menghormati perempuan. Sungguh, yang harus ia lakukan hanyalah membuka tudung saji dan menikmati hidangan yang sudah tampak di depan mata. Ia tidak akan mengambil kesempatan di saat seperti ini. Tidak saat Zitao sedang mabuk dan mungkin tidak sadar tengah menelanjangi diri di hadapan seekor singa lapar.

Namun, apabila warna merah jambu yang menghiasi pipi Zitao adalah indikasi rasa malu, maka ia salah mengartikannya. Karena kini bra itu terlepas setelah pemakainya, tanpa ragu-ragu, melepas kaitan dan melemparnya sembarangan. Kris nyaris misuh melihat pemandangan didepannya.

Sama persis. Bukan. Bahkan mungkin lebih. Lebih besar, lebih matang, lebih ranum. Lebih dari apapun yang pernah dibayangkan oleh pikiran liarnya. Tak butuh waktu bagi Kris untuk melesakkan wajahnya disana. Jika ini yang namanya surga, maka ia rela berada disana selamanya. Menangkup kedua payudara itu, memainkan pucuknya dengan jari sementara bibirnya memagut bibir Zitao.

One of These NightsOnde histórias criam vida. Descubra agora