Again

92 13 3
                                    

Keringatku bercucuran pertanda sudah cukup lama aku berlari menghindari mereka. "Apa yg aku lakukan? Apa salahku?"gumamku dalam hati.
Tiba-tiba ada tangan hangat yang membekap (berharap pilihan kata ini benar *author blank) mulutku. Tangan yang cukup besar untuk menutupi seluruh wajahku. Seketika jantungku terasa berhenti berdetak. Sambil meruntuki diriku sendiri, aku berusaha menggigit tangan itu. "Nasib macam apa yang kau alami saat ini park sooyoung", ucapku dalam hati bersamaan dengan tangan yang tak merespon gigitanku malah mengeratkan bekapannya terhadap bibirku tersayang. Kini seluruh wajahku terbenam di tangan besar ini. "Siapa orang ini?", gumamku terus menerus seperti kaset rusak yang diputar berulang dalam otakku.
"Apa saat ini aku sudah tertangkap?", ucapku dalam benaman tangan besar ini. Aku berusaha melihat wajah orang ini dari sela-sela jarinya tapi nihil. Karena saat ini kami sedang berlari, lebih tepatnya dia yang berlari dan aku mau tidak mau ikut berlari bersamanya. Wajahnya yang menghadap ke depan membuatku kesulitan melihatnya.
Langkahnya melambat bersamaan dengan wajahnya yang menghadap ke arahku. Aku bisa merasakannya walaupun samar terlihat dari jari tangan kirinya yang menutupi wajahku. Lengan kirinya yang melingkar di belakang leherku tiba-tiba mendorong wajahku untuk maju. Posisi apa ini? Aku baru tersadar, saat berlari tadi aku berada dalam pelukannya.
Saat ini aku bisa merasakan detak jantung tak beraturan orang ini dengan jelas. Efek berlari yang sangat wajar.
"Sooyoung-ah", ucap orang ini dengan nada seksi sampai aku tidak sadar bahwa sooyoung itu adalah aku. Iya. Dia memanggilku.
Tangannya terlepas dari wajahku yang pucat. Ketakutanku muncul karena jika orang ini adalah bagian dari mereka, artinya aku tertangkap.
Tak kujawab panggilannya. Hatiku pasrah sekarang dengan apa yang terjadi. Kutundukan kepalaku mengisyaratkan bahwa diriku sudah menyerah.
"Pletak" (anggap bunyinya seperti itu).
Ada yang menyentil keras dahiku yang indah ini. Reflek wajahku mendongak menatap wajah orang yang merusak dahiku.
"Oppa?", desahku sedih, kaget dan bahagia.
"Yaaa, apa yang kau lakukan dengan orang-orang itu? Kau memperkosa mereka?", ucapnya dengan nada seperti ahjuma.
"Oppaaaa", ucapku dengan buliran air mata yang tiba-tiba keluar dari mataku yang memang sudah tertahan sejak tadi.
Dia menenggelamkanku dalam pelukannya. Saat ini aku merasa aman.
"Kau ini. Bagaimana bila aku tak ada tadi? Kau tau? Itu berbahaya. Bagaimana bisa aku meninggalkanmu sendirian?", ucapnya seperti membanggakan diri.
"Dumb dumb dumb dumb dumb ...",
"Oppa, sepertinya ada telepon", ucapku sambil menahan tawa karna    Nada dering ponselnya yang menggunakan lagu dari album the red kami.
*
Tiba-tiba wajahnya menghilang tergantikan sinar matahari dengan iringan lagu dumb dumb. Mataku terbuka perlahan. Kututupi sebagian mataku karna silau matahari.
"Oh ternyata alarmku", kumatikan alarmku. Dengan posisi duduk kutoleh ke kanan, ke tempat tidur disebelahku. Yeri masih tertidur dengan mulut yang agak terbuka. Pemandangan yang tidak asing.
Pandangan kosong kuarahkan ke jendela dorm kami yang langsung memperlihatkan pemandangan perumahan disekitar sini.
"Mimpi itu lagi", ucapku depresi.
"Sebenarnya siapa dia? Mengapa dia muncul dalam mimpiku 3 hari ini padahal aku tidak mengenalnya?. Bertemu pun tak pernah", ucapku pada yeri yang sedari tadi sedang memeluk boneka kesayangannya dan masih berada di alam mimpi.


***
Yey, akhirnya punya karya sendiri. Ini karya pertamaku, kata-katanya mungkin masih agak kaku dan sulit dimengerti. Mianhe 😅
Berharap banyak komentar dari para sunbae untuk meningkatkan ff ini agar jdi bertingkat-tingkat kkkkk
Maksudnya agar lebih meningkat *tabok sambil salto
Masih pendek, karna kesulitan ngatur alur cerita hehe
Minta vote dan komennya yaa. Biar semangat ngelanjutinya. Gomawoo unnie, oppa, dongsaeng sekalian 🙏

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 21, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dreaming aloneWhere stories live. Discover now