Rumah Baru

1 0 0
                                    

Sebuah mobil ambulance tiba di depan rumah mewah berpagar hitam nan tinggi. Beberapa orang kemudian membukakan gerbang itu dan menginstruksikan supir ambulance untuk memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah disediakan.
Tampak beberapa bunga karangan bediri di samping pintu putih yang kokoh. Sementara suasana di dalam rumah itu penuh isak tangis dan lantunan ayat ayat doa mengelilingi jenazah yang terbujur kaku diatas kasur. Dan, seorang perempuan muda Yang memakai kain hitam di kepala menuruni tangga dengan wajah yang sebam..
"Turut berduka cita"
Satu per satu orang menghampiri perempuan itu sambil mengucapkan turut berduka cita..
Datanglah seorang pria menarik tangan perempuan itu
"Kenapa anda datang kesini?" Tanya perempuan itu yang segera mencoba melepaskan tangannya dari genggaman seorang pria berjas hitam yang memakai kaca mata.
"Anna, maaf kan saya. Saya ingin mengajak anda untuk tinggal bersama saya" pria itu menjawab dengan nada yang pelan
"Biarkan saya tinggal sendiri, urus saja kelurga baru mu, saya baik2 saja" jawab perempuan yang bernama Anna kepada seorang pria yang ternyata adalah ayahnya nya.
"Anna, dengarlah.. Ikutlah bersama saya, jika ada waktu yang tepat saya akan menjelaskan semuanya. Dan yang perlu kamu ingat, kamu seorang wanita remaja, tak baik jika tinggal sendiri" pria itu mencoba membujuk Anna untuk ikut bersama nya.
"Jika saya tetap bersih kukuh untuk bilang tidak?" Sahut Anna dengan nada cepat.
Farhan, percakapan tersebut ternyata terdengar Farhan. Dia adalah tetangga Anna yang memiliki hubungan yang cukup dekat dengan perempuan sedingin Anna dilingkungan tempat tinggalnya. Farhan yang datang membawa kumpulan bunga mawar putih yang segar mendengar percakapan antara anak dan bapak itu, dan akhirnya.. Farhan mulai mengerti, mengapa Anna hanya tinggal bersama ibunya di rumah yang cukup besar dan mengapa Anna tak jarang terlihat dingin dan sedih.
Mendengar percakapan itu membuat Farhan terdiam dan mencoba agar dirinya tak terlihat oleh kedua orang yang sedang berbicara di dalam bilik tamu.

Suasana di pemakaman yang cukup mendung berjalan dengan khidmat. Setelah penguburan selesai turunlah rintik rintik hujan. Satu per satu orang mulai meninggalkan Anna yang sedang duduk lemas di samping batu nisan sang ibu.
"Ma, kenapa Anna harus mengalami drama menjijikan ini? Anna lelah mendengar cemoohan teman2, sekarang siapa orang yang bisa mendengar curhatan Anna?" Tampak tetesan air mata membasahi pipinya
Datanglah pria dengan membawa payung hitam menghampirinya..
"Anna, sebentar lagi akan turun hujan. Sebaiknya ikut aku ke mobil"
Tak ada tanggapan dari Anna, Farhan berusaha membangunkannya, sementara hujan semakin deras Anna masih berat untuk melangkahkan kakinya meninggalkan tempat pemakaman
"Pliss Anna dengerin Farhan, hujan sudah mulai turun!" Farhan yang mulai panik mencoba meyakinkan Anna dengan nada yang sedikit membentak.
Keduanya berjalan di bawah payung hitam menuju parkiran. Farhan membukakan pintu mobil, perlahan Anna duduk dengan baju yang sedikit basah akibat hujan. Farhan menyalakan mesin kendaraan dan segera membersihkan kaca depan yang mulai basah dan berembun.
"Anna, pakai jaket ini kamu pasti kedinginan" Farhan sambil mengulurkan jaket tebalnya yang berwarna pink pemberian Anna saat ulang tahunnya. Namun, Anna hanya terdiam dan menyenderkan kepalanya di kaca mobil. Tanpa berpikir panjang, Farhan segera memakaikan sabuk pengamannya dan memakaikan Anna jaket untuk menghangatkan tubuhnya.

Sesampainya di depan rumah berpagar hitam, Anna terlihat tidur pulas dengan menggunakan jaket pink sebagai selimut. Tampak bibirnya yang selalu terlihat pink kini pucat. Farhan mencoba membangunkannya pelan pelan,
"Anna sudah sampai, bangun Anna"
Anna hanya terlihat bergerak sedikit dan tetap menutup matanya, tak lama ia berbicara
"Jangan tinggalkan Aku sendiri" entah sepertinya Anna tidak sadar, Farhan pun keluar dan memencet bel rumah Anna, tak lama seorang ibu tua membukakan gerbang itu
"Dimana Non Anna tuan?" Tanya wanita itu sambil sibuk membukakan gerbang
"Masih dimobil, ia sepertinya tak sadar kan diri, tolong bantu saya bi"
"Iya tuan" jawab singkat sang bibi
Farhan membukakan pintu dan melepas sabuk pengaman yang melekat di tubuh Anna, secepat mungkin Farhan membopongnya dan mengantar Anna ke dalam kamarnya. Sementara bibi tampak sibuk mengambil pakaian tidur Anna dan segera membawakan kain handuk kepada Farhan.
"Bibi tolong gantikan pakainnya, nanti dia masuk angin"
"Siap tuan" bibi pun segera menutup pintu kamar dan menggantikan pakaiannya.
"Tuan Farhan! Tuan Farhan!" Teriak bibi sambil turun dengan berlari kecil di tangga
"Ada apa bi?" Tanya Farhan yang baru saja sampai di depan pintu rumah Anna yang akan pulang ke rumah.
"Anna menyebut nama tuan, bibi tak kuasa melihatnya yang terus meneteskan air mata"
"Apa Anna terbangun bi?" Tanya Farhan dengan raut wajah yang sediikit panik
"Tidak tuan, ia tidur sambil menangis dan tubuhnya demam"
"Cepat ambil obat di kotak p3k sekalian kompresan" Farhan pun segera meninggalkan bibi dan berlari kelantai atas untuk menemui Anna di kamarnya.
"Anna? Farhan disini"
Tampak Anna menangis dan terisak
"Anna sadarlah, tenang saja semua akan baik baik saja"
Tiba tiba Anna bangun dan memeluk Farhan dengan erat, Farhan pun terdiam dan merasakan suhu tubus Anna yang panas. Farhan mencoba untuk memeluk Anna dengan erat, namun tak lama Anna melepas pelukannya dan mencium bibir Farhan. Farhan yang kaget dengan reflect membuka mata nya lebar lebar, ia juga merasakan basahnya pipi Anna karna air mata yang membanjiri perempuan tersebut.
Di kegelapan kamar Anna yang hanya memiliki sedikit cahaya dari lampu lampu kecil yang menempel di tembok Anna. Anna mencium Farhan.
Tak lama Anna melepaskannya dan tampak mata Farhan kembali terbuka
"Stay with me"ucap Anna yang menyenderkan palanya ke punggung Farhan yang duduk terdiam di atas kamar Anna
"Always" jawab Farhan yang mulai mengusap kepala Anna dan menciumnya.
Beberapa menit berlalu, Farhan segera meletakan kepala Anna di bantal dan segera menyelimutinya.
Bibi tak kunjung datang, Farhan pun segera ke bawah untuk mencarinya. Satu per satu anak tangga di turuni Farhan melihat bibi yang sedang bercakap cakap dengan kedua pria. Terlihat Farhan tampak kaget setelah melihat ketika pria itu saling merangkul dan tampak Bibi mulai membawa tas koper dan segera keluar dari rumah. Farhan yang hanya berdiam dan berdiri di tangga itu langsung duduk dan menyender di kaca pegangan tangga itu. Kini ia benar benar memahami, tak hanya meninggalkan Anna dan ibunya, ayah Anna adalah seorang gay.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 23, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm Ok With YouWhere stories live. Discover now