[1]

15.7K 1.4K 463
                                    

Matahari pagi menyembul dari celah-celah kastil. Terlihat seorang gadis berhazel cokelat sedang sibuk dengan beberapa barang bawaannya dan juga sepatu sialnya yang sedari tadi talinya selalu terlepas.

Hermione Granger. Sang pahlawan. Anak paling pintar diangkatannya dan seorang Gryffindor sejati. Berjalan dengan penuh wibawa di tengah kedua pria yang juga memiliki ketenaran yang sama dengannya.

Harry Potter.

Dan Ronald Weasley.

Gadis itu menggurutu dalam hati. Pasalnya, ditahun ketujuh mereka yang seharusnya diisi dengan hanya kegiatan belajar dan belajar, malah diadakan kegiatan camping yang tak ada gunanya ini. Ya, setidaknya itu hanya pikiran Hermione. Karna semua anak senang-senang saja.

"Sudahlah, Mione. Lagian camping itu ser..u." Ron langsung bungkam karna dipelototi Hermione. Di sampingnya, Harry berusaha menahan tawanya.

"Jangan tertawa kau, Harry!!"

Harry menutup mulutnya rapat-rapat. Sepertinya Hermione sedang datang tahun, eh bulan.

"Ahh! Benar-benar tidak berguna! Tunggu sampai aku acak-acak acara ini!" Sungut Hermione sambil menendang-nendang rumput yang tak berdosa. Lalu gadis itu pergi meninggalkan Harry dan Ron.

"Sepertinya aku tidak punya wibawa sama sekali sebagai pacarnya." Lirih Ron pada Harry yang kembali menahan tawanya.

[.]

Hermione terus menggerutu sepanjang jalan. Berkali-kali Ia juga menabrak orang tanpa berniat meminta maaf. Dan tidak ada yang berani menegurnya. Karna satu, Hermione adalah pahlawan dunia sihir. Voldemort saja dia kalahkan. Bagaimana nasib mereka yang hanya penyihir biasa. Kedua, lihat saja tampang gadis itu. Singa saja enggan melahapnya.

"Lihat, ada pahlawan kita sedang berjalan sendirian."

Oh, gawat. Orang itu benar-benar sudah tidak sayang nyawa.

Dengan cepat, Hermione mendatangi orang itu. Orang yang mencari masalah dengan Hermione. Siapa lagi yang berani kalau bukan Draco Malfoy.

Cowok itu bersandar pada batang pohon bersama ketiga temannya; Pansy, Blaise, dan Theo.

"Bicara padaku, Malfoy?!" Seru Hermione dingin. Dia menatap tajam ke dalam netra abu-abu Draco. Mungkin kalau tatapannya bisa memancarkan granat, Draco pasti sudah hancur sampai penyek.

"Oh, aku sangat tersanjung. Tak sangka, pahlawan sepertimu mau berbicara pada rakyat jelata seperti kami." Ledek Draco.

Hermione mengepalkan kedua tangannya. Cuping hidungnya sudah terangkat, menandakan kesabarannya sudah hampir habis.

"Kenapa? Mau meninjuku lagi? Ini! Silakan. Kau bisa memilih. Mau pipi kanan, atau pipi kiri." Draco memajukan wajahnya ke dekat Hermione. Lalu menunjuk kedua pipinya bergantian.

Hermione menggigit pipi bagian dalamnya. Darahnya sudah naik sampai ubun-ubun. Membuat mukanya memerah, marah.

Dan tiba-tiba..

Dugg!!

Hermione membenturkan kepalanya sendiri pada kepala Draco. Membuat cowok itu mengerang kesakitan.

"Sial! Kau gila ya?!" Sungut Draco sembari mengelus-elus kepalanya.

Kepala Hermione juga berdenyut, sakit. Tapi dia gengsi kalau harus memperlihatkannya pada kumpulan ular itu.

Maka itu dia pergi. Menjauh dari Draco yang sekarang sibuk mengumpat.

Hermione semakin masuk kedalam hutan. Sebenarnya Ia tidak tahu kemana kakinya melangkah. Amarah sudah menguasai dirinya. Entahlah, akhir-akhir ini dia memang sangat cepat marah. Mungkin sebagian jiwa voldemort masuk ke dalam dirinya sebelum makhluk itu menjadi kumpulan debu.

My STUPID Girl [DRAMIONE]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora