The Encounter

218 19 27
                                    

Melanie menggerutu kesal saat Friska, bawahannya, memberitahu bahwa nanti siang ada urgent meeting dengan anggota divisi yang dia kepalai itu. Menjelang akhir tahun seperti ini, seakan mengharuskan semua karyawan bekerja lembur setiap hari. Tidak ada kata libur di dalam kamus Melanie. Entah sudah sejak kapan ia hapus.

Suara ketukan dua kali terdengar lagi dari pintunya yang baru saja tertutup, lalu tidak lama kemudian kepala Friska menyembul dari luar. Matanya menyorotkan penyesalan, tapi penting. Seperti biasa, pasti bukan hanya urgent meeting.

"Apa lagi!?" sembur Melanie dengan ketus. Melihat Friska yang diam saja di pintu, sambil memilinkan pensil yang ada di tangannya, entah mengapa membuat perasaan Melanie gusar.

Friska seperti kehilangan kotak suara, ia mendadak bisu. Keningnya sudah mengeluarkan keringat dingin sebesar biji jagung. Mengganggu ketenangan Melanie adalah daftar paling terakhir yang ada di dalam agendanya. Tapi ini penting!

"Friska? Kamu mau di situ terus? Merhatiin saya kerja?"

"Bu ... kan, begitu, Bu," potong Friska gugup. Ia menarik napasnya dalam-dalam, kemudian melanjutkan, "Itu, tadi ada telepon dari Bogor. Orang tua Ibu—"

Belum sempat Friska menyelesaikan kalimatnya, Melanie sudah memotongnya dengan decakan kasar. Juga umpatan. Membuat nyali Friska seketika menciut. Ia ragu, antara ingin melanjutkan informasinya, atau segera keluar dari ruang atasannya itu.

"Mama," geram Melanie tertahan.

Kemudian, tanpa disuruh lagi Friska sudah keluar dari ruangannya. Yang mana Melanie syukuri, karena tidak perlu membuang tenaga untuk membentak Friska.

Sudah kuberitahu kalau panggilan dari Bogor, langsung direject! Bodoh.

***

Mams 💜 : Mama gak mau tau, ya, Mel. Kalau minggu depan kamu masih tidak datang juga, mama hapus nama kamu dari kartu keluarga. Ayah sudah setuju.

Keanu Abizhar : nini ulangtaun ke 90, mel. dia pengin liat elu. dateng ya? gue juga kangen loh

Ayah 👙 : kamu sudah dewasa. sudah bisa memutuskan. ayah dukung yang menurut kamu baik

Mams 💜 : Ayah!

Millenia A. : masuk bulan november tuh, udah peak season mam. ngertiin aku dong, aku ga dateng bukan buat leha-leha kok, aku kerja
Millenia A. : gue udah kasih hadiah pra-birthday ke nini kok, nu. gue juga kangen sama kalian lah. anyway ayah, aku makin cinta sama ayah!👌

***

Adrian tersenyum saat pasiennya mengucapkan terimakasih padanya. "Sama-sama Oma, jangan lupa minggu depan datang lagi, ya!" Peringatnya dengan ekspresi galak dibuat-buat. Membuat Lina, susternya, terkekeh pelan.

"Iya, aku gak akan lupa, Nduk," sahut Oma Yati ketus. Tipikal seorang nenek.

Kemudian Lina mengantar Oma Yati sampai ke pintu, tidak lupa Adrian menitipkan salam untuk anak gadisnya. Hanya ramah tamah, tidak lebih. Toh, anak gadisnya Oma Yati juga sudah memiliki kekasih.

Lina menutup pintu setelah Oma Yati pergi. Ia mendesah lelah, pasien terakhir yang satu itu memang menguras tenaga sekali. "Kamu juga jangan lupa pulang. Tadi siang Mas-mu telepon."

Adrian masih memasang senyum tipisnya. Hanya saja, satu desahan lelah tak ketara berhasil lolos dari bibirnya. "Nanti malam aku pulang, kok, Mbak. Tenang aja. Nanti juga aku sekalian bilang Mas biar gak ganggu Mbak Lina terus."

The EncounterWhere stories live. Discover now