counting

2.1K 279 48
                                    

"Taehyung! Taehyuuuuung!"

"I'm here, Madame Kim!"

"Astaga, ke mana saja kau? Tidak lihat sekarang sibuk sekali? Besok adalah malam tahun baru dan orang-orang siap bertempur hanya untuk diskon dan cake yang enak. Demi bubuk baking powder, kenapa kau malah berdiri di sana, dear? Come here—dan, Jiminnnn! Siapa pun tolong panggilkan Jimin! Kita kekurangan boks cake di sini!"

Tiga jam lima belas menit sebelum waktu berganti hari menjadi tiga puluh satu Desember, Kim Taehyung lebih memilih menimbun diri di antara desakkan orang yang mengantre dan krim-krim lengket yang menempel di celemek toskanya. Ia kerap kali bertanya-tanya senyum seperti apa yang harus disunggingkan, bagaimana ekspresinya, harus seperti apa nada yang dikeluarkan, kalimat macam apa yang membuat para pelanggan senang, dan apakah orang-orang asing yang berdatangan itu akan kembali karena cake di toko kue tempatnya bekerja?

Tetapi, well yeah, Madame Kim itu pria yang hebat. Atasannya itu memang penuh dengan ide brilian agar kue-kue di tokonya laris manis tanpa meninggalkan jejak miris. Omong-omong, dia memang seorang pria, dan dia sendiri yang memintanya untuk dipanggil Madame.

Anggap saja gunjingan itu sebagai tanda iri dear, jawab Madame Kim saat itu, saat Taehyung bertanya apakah pria itu tidak merasa risih karena sering digosipkan dengan rumor yang beredar. Misal seperti; hei, dia itu lelaki transgender! Lihat saja dia, sudah tahu badannya berotot tetapi memakai pakaian wanita. Legging ketat dan blazzer berwarna pink!; meski harus Taehyung akui, Madame Kim itu memanglah orang yang hebat. Pria itu cerdas, teknik marketing-nya sangat cerdik, dan sifatnya begitu supel walau terkadang seringkali cerewet akan hal-hal kecil. Dan yang terpenting, pria itu dihormati oleh para bawahannya.

Yang penting toko kueku terkenal, tambahnya, cukup melihat senyum mereka dan itu akan membuat perasaanmu hangat, dear. Banyak hal yang bisa Taehyung pelajari di dunia ini, selama ia hidup, tentang kue-kue itu dan para pelanggan, juga setiap tutur kata yang diucapkan Madame Kim secara tidak sadar. Itu menyenangkan, benar juga.

"Astaga, jangan melamun," peringatan Madame Kim menginterupsi, Taehyung tersentak lalu berdeham kecil. "Iya, aku tahu kau ingin segera pulang. Ayo, ayo, sebentar lagi kuenya habis. Jangan sampai aku memotong gajimu bulan ini, sayang."

Jimin bersiul kecil, entah sejak kapan pemuda itu sudah berdiri di sampingnya. "Ancaman yang menggiurkan,"

"Kau ini senang sekali melihat orang menderita, eh,"

"Koreksi," sela Jimin, "aku senang melihat Kim Taehyung menderita."

"Yak!"

"Oke, boys, berdebatnya nanti saja dan Jimin, jangan kira aku tidak memberikan ancaman yang sama untukmu."

Jimin meringis ngilu, Taehyung tergelak puas.

Namun semua cake-nya memang tidak bertahan lama. Tepat ketika jam menunjuk angka sebelas untuk jarum pendek dan satu untuk jarum panjang, etalase benar-benar kosong tak berbekas. Lima menit yang lalu adalah shift Taehyung yang berakhir, Madame Kim bilang tidak apa-apalah sekali ini ia melewati jam pulangnya sebelum hari berganti menjadi esok. Dan sebagai gantinya, libur untuk semua karyawan pada malam tahun baru, eureka!

"Maaf tidak bisa memberi lilin, dear,"

Taehyung menoleh, satu tangan berhenti pada permukaan pintu kaca saat kaki hendak keluar. Madame Kim melempar sebungkus hot pack, Taehyung refleks menangkap dan berhasil menahan diri untuk tidak mengangkat alis dengan heran.

"Sampai bertemu tahun depan," ujar Madame Kim, tidak menjelaskan tidak pula memberikan tanggapan. "Sekarang, cepat pulang dan tidur sana. Matamu aneh, ew."

counting [kookv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang