Untitled Part 1

4 0 1
                                    


Aku akan menulis sebanyak apapun di buku harianku, di laman-laman  pribadi ku ini ataupun di media sosial, perihal isi kepalaku. Merangkai pengakuan yang aku selipkan di diksi dan permainan kata yang entah aku dapat dari mana. Mungkin dari buku-buku yang aku pinjam dari perpusatakaan kota atau saduran dari penulis-penulis kesukaan. Aku akan menulis dan terus menulis, berharap mereka mendengar tanpa perlu lidahku mengunakan fungsinya, hanya lewat kata-kata yang kerap membuat akupun gila.

Bicara tak selamanya slalu menyentuh jiwa, tidak slalu bicara bisa menawarkan segala pertanyaan, kadang diam jauh lebih bisa memberikan jawaban. Bagiku diam adalah salah satu bentuk bicara kan ?, dan dengarkan aku lewat tulisan ini saja.

Angin yang berhembus mengabarkan beritanya, awan yang berarak menyapu langit yang tadinya biru. Hujan menuliskan kenangan menjadi cerita yang utuh dalam ingatan, rindu yang bertumpuk ini menjadi cair, dan sayangnya hati hanya sebesar gelas, sementara rindu seperti es di kutub utara tidak kuat hati ini menampungnya maka, mengalirlah ia menjadi air mata.

Aku yang berusaha menahan tangis malam itu, jelas masih lekat tersimpan di ingatan, dimana beliau (nenek) red. Terjatuh lemas dan seketika itu juga lidah nya kaku untuk berucap juga tak sadarkan diri. Bisa kalian bayangkan ? betapa panik nya aku juga seluruh keluarga ku malam itu ? entah harus dengan apa aku ungkapkan kejadian malam itu.

Aku tertegun dan semakin bungkam. Aku kehabisan kata-kata untuk menolak kesedihan, dan langit mendung beriring tetesan air langit menghantarkan nenek di peristirahatannya yang terakhir 1 Desember 2013, usailah sudah seluruh tugas beliau semasa di dunia. Telah waktu nya beliau tenang di taman surga jannatun na'im-Nya. Raga itu tak lagi bernyawa, ketika lelah itu tlah menghilang, sakit itupun kini juga hilang, ujian beliau telah berlalu, pedihnya telah sembuh saat itulah beliau berpulang, sungguh Allah telah menciptakan dan telah memasukkan Ruh ke dalam jasad hamba-hambanya. Tak ada yang bisa menolak datang nya maut seorang hambanya yang telah tertulis dalam lauhul mahfudz.

Akulah Maut yang memisahkan antara seluruh kekasih.

Akulah Maut yang memisahkan antara suami istri.

Akulah Maut yang memisahkan antara anak-anak dan ibunya.

Akulah Maut yang memisahkan antara saudara laki-laki dan perempuan.

Akulah Maut yang merusakkan rumah dan gedung-gedung.

Akulah Maut yang meramaikan kubur-kubur.

Akulah Maut yang akan mencari dan menjumpai kamu sekalian.

Ada banyak malam yang terlewati tanpa bintang lagi, rasa yang tak berbalas, inginkan bertemu tersimpan rapat dalam kotak rindu. Akhir cerita, ialah akhir sebuah hayat, kembali pada ketiadaan putus nafas meninggalkan nama menuju keabadiaan. Selamat jalan Nek . . . Do'a yang terbaik selalu di panjatkan untukmu,salam rindu.

Tertanda : Cucu Perempuanmu......

i

आप प्रकाशित भागों के अंत तक पहुँच चुके हैं।

⏰ पिछला अद्यतन: Feb 17, 2017 ⏰

नए भागों की सूचना पाने के लिए इस कहानी को अपनी लाइब्रेरी में जोड़ें!

Surat Rinduजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें