If I Hadn't Met You [END]

365 56 235
                                    

Gadis itu mempercepat langkahnya di dalam sebuah gang sempit. Baunya tak mengenakkan, penerangan pun sangat minim di sana. Namun, inilah yang harus dilewatinya ketika hendak pulang ke rumah kalau tak ingin berjalan memutari gedung besar.

Kaki jenjang itu menapaki ujung gang. Jemarinya memutar kunci yang sudah terpasang. Didorongnya pintu dengan tidak sabaran hingga bunyi memilukan terdengar. Langkahnya cepat--sedikit terseret, bergerak menuju kamar mandi.

Kehadirannya disambut pantulan wajahnya dalam cermin. Hanya satu kata yang ada dalam pikirannya. Kalut. Pikirannya kalut. Beterbangan tak beraturan di udara, tak dapat dikejar, tak dapat diraih lagi.

Diusapnya wajah dengan air. Tangan itu bergerak mengambil sebuah botol kecil di dalam kotak obat. Sudah seharusnya dia mengambil satu atau dua, tapi kali ini gadis itu menuangkan banyak kepingan pil dalam telapak tangannya. Memasukkannya ke dalam mulut, menelannya dengan bantuan air wastafel.

Terbatuk. Gadis itu terbatuk dan akhirnya jatuh, berusaha tidak memuntahkan obat-obatannya ke dalam kloset. Pengelihatannya mulai samar. Dunianya seakan terbelah jadi dua. Tak ada lagi yang bisa dia harapkan. Semua musnah, pupus, dan hilang seiring musim berganti.

Masih bisakah?

Masih bisakah aku mendengar suaranya?

Masih bisakah aku merasakan sentuhannya?

Sekali lagi. Hanya sekali, habis itu tidaklah perlu kutemui lagi.

Terlalu cepat.

Aku ingin mendengarnya melirihkan namaku lagi!

Masih bolehkah aku mencintainya?

Atau semua sudah terlambat?

"[Name] ..."

Kau masih di sini?

.
.
'Love Is Missing'
Create by: Akabane Yu
Joker Game© Yanagi Koji
.
.
Dedicated to #VessaSongFictionChallenge
Vessalius04
.
.
Pict source Pinterest
Video by His/Her Owner
Song: Anata ni Deawanakereba - Aimer
.
.
WARN: OOC, Typo(s), Bad Diksi, dan sejawatnya.
.
.
Hepi Riding~

Aku duduk di antara kerumunan orang dalam sebuah cafe. Kupakai kerudung hoodie untuk menutupi kepalaku. Sedangkan, wajahku kututupi dengan helaian rambut. Secangkir teh hitam tersaji di hadapanku, tapi percayalah aku tidak menyentuhnya sedari tadi.

Kenapa memesan kalau tidak meminumnya?

Jawabannya ada di hadapanku sekarang. Lelaki itu terus berada di sana, menungguku dengan dagu terangkat. Kesan angkuhnya tertangkap jelas bahkan dari sudut mataku sekali pun. Tapi, kutekankan aku tidak suka teh hitam.

"Kau hanya perlu melakukannya."

Bibirnya bergerak. Aku mendengus sebal. Kedua alisku menyatu dan kutatap dirinya dengan garang.

"Apa urusanmu?"

Ia terlihat menghela napas sembari mengurut pelipisnya. Aku membuang muka, pemandangan di balik jendela menjadi pelarianku dari wajahnya yang terlihat kewalahan sekarang.

Kewalahan dengan apa? Sikapku tentu saja.

Manik anggurnya terpaku padaku. Sorotnya lebih lunak dan bersahabat dari yang tadi.

"Jangan keras kepala."

Aku mendecih. Tanganku bergerak meletakkan uang di meja guna membayar bill atas kopi yang kupesan.

love is missing ◇ miyoshi ◇Where stories live. Discover now