Promise

113 31 17
                                    

Seorang gadis berambut panjang itu menggeret koper bewarna biru, meninggalkan terminal bandara Soekarno-Hatta. Matanya menatap langit, sebelah tangannya yang bebas menghalau teriknya matahari, lalu tersenyum kecil, aku kembali, batinnya.

===

Ia turun dari taxi lalu mengedarkan pandangannya.  Merasa tempat ini tidak banyak berubah sejak ia meninggalkannya tiga tahun lalu. 

"Ini Mbak, kopernya," ucap supir taxi yang mengantar gadis itu. Ia menoleh lalu mengambil alih koper miliknya.

"Makasih, ya, Pak," katanya sambil tersenyum, "ini." Lalu ia memberikan beberapa lembar uang untuk membayar taxi dan sedikit tip untuk supir itu. Setelahnya, ia menarik kopernya memasuki sebuah rumah sederhana. Rumah dengan cat putih tulang itu terlihat nyaman, lengkap dengan halaman yang tidak terlalu besar, berisikan beberapa pohon bunga dan pohon buah-buahan.

Ia membuka pintu dan mengucapkan salam, tetapi tidak ada seorang pun yang menjawab. Hanya terdengar suara televisi yang memenuhi ruang tengah, ia melirik jam tangan yang melekat di tangan kirinya. Pukul tiga sore. "Pada kemana, sih?" gumamnya.

Gadis berumur sembilan belas itu lantas meninggalkan kopernya di samping sofa berwarna coklat, dan berniat untuk mencari penghuni rumah. Ketika hendak melewati dapur, ia melihat seorang wanita yang sedang berkutat dengan penggorengan, lalu gadis itu mendekatinya dan memeluknya dari belakang. "Bundaa," panggilnya.

Wanita yang dipanggil Bunda itu terkejut, dan menoleh ke belakang, "Lho, Sa?" Bunda mematikan kompor dan kembali melihat gadis di depannya, "kamu kok udah di sini?"

Keisha cemberut, "Lah, Bunda nggak seneng aku pulang? Aku baru balik setelah tiga tahun loh."

Bunda menarik tangan Keisha menuju meja makan, dan menyuruhnya duduk. "Kenapa kamu nggak ngabarin kalo udah nyampe jam segini? Katanya pesawat kamu delay?"

Keisha mengangguk, "Iya tadi sempet delay, awalnya aku pikir bakal lama, nggak taunya cuma sejam," Keisha meraih buah apel dan menggigitnya, "Bunda abis masak apa? Aku laper."

"Bunda abis goreng ayam, tapi belum selesai masaknya. Abis, kamu ngagetin Bunda dateng tiba-tiba," Bunda berdiri dan menyalakan kompor lagi, melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, "udah sana, kamu bersih-bersih dulu baru makan."

"Iyaa," saut Keisha. Keisha keluar dan mengambil kopernya, menaiki tangga menuju lantai dua, di mana kamarnya berada. Ia memasuki kamarnya yang bernuansa biru laut, keadaannya tidak berbeda jauh saat ia meninggalkannya. Hanya saja terlihat sedikit rapi, pasti Bundanya yang membersihkan.

Keisha melempar dirinya ke kasur, menatap langit-langit kamarnya, Keisha lelah berada di pesawat selama empat belas jam, tidak terhitung saat delay. Keisha memijit bahu kanannya, lalu teringat alasan ia begitu excited kembali ke negeri asalnya. Tiba-tiba Keisha mengantuk, dan ia terlelap dalam mimpinya.

===

Keisha mengeringkan rambutnya dengan handuk, setelahnya ia menyisir dan turun ke bawah untuk makan malam. Tadi ia tertidur selama empat jam dan sekarang perutnya memberontak untuk diisi. Saat sampai di meja makan, Keisha melihat dua orang laki-laki yang sudah duduk manis terlebih dahulu, sedangkan Bundanya tengah mempersiapkan makanan. Salah seorang laki-laki menyadari kehadirannya, laki-laki itu bergeming sesaat, lalu berlari ke arah Keisha dan memeluknya. "LO KAPAN BALIKNYA?" tanya laki-laki itu setelah melepas pelukannya.

Keisha menutup kedua telinganya, dan mendorong Chandra-kakaknya-menjauh. "Abang! Nggak usah teriak kaya gitu, kenapa?" 

"Gue kangen lo tau, di rumah nggak ada yang bisa gue jailin." Chandra menyentil dahi Keisha.

Promise (2)Where stories live. Discover now