40 Days

495 6 5
                                    

Roh Mada beradu pandang dengan Dikha, Ia merasakan sepertinya pemuda itu melihatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Roh Mada beradu pandang dengan Dikha, Ia merasakan sepertinya pemuda itu melihatnya.

"Tapi apa mungkin ?" Roh Mada sulit mempercayainya.

"Apa benar ada orang yang dianugerahi indera keenam dan bisa melihat hantu ?. Apa Kau memiliki kemampuan itu ?" Mada menggumam tanya ke arah Dikha.

Dikha menggeleng, Ia mencoba tak mempercayai apa yang Ia dengar. Bahwa roh Mada seperti tengah bercakap dengannya.

"Aku mau ke toilet" Dikha yang ingin menghindari tatapan Mada beranjak dari kursinya.

"Hei, Saya belum selesai bicara dengan Anda" Okta berdiri marah dan merasa Dikha hendak lari dari tanggung jawab.

Mada menepi ke sisi Okta dan membiarkan Okta bicara pada Dikha.

"Aku benar-benar ingin ke toilet. Apa Kau mau Aku buang air kecil disini" Dikha yang bingung menghardik marah dan buru-buru pergi.

Ia keluar dari ruang Manager operasional menuju toilet kantor yang ada di dekat ruang karyawan. Ia masuk ke dalam dan berdiri dimuka wastafel, mencuci mukanya dan melihat cermin.

"Ini tidak mungkin, Aku tidak mungkin melihatnya. Orang itu sudah mati."

Dikha menarik nafas dalam-dalam berusaha mempercayai ucapannya sendiri. Setelah agak tenang Ia membalikkan badan dan terpaku ditempat.

Roh Mada yang sedari tadi berdiri di belakang punggungnya tengah berdiri menatapnya.

"Kau pasti punya indera ke enam hingga bisa melihatku" Roh Mada berkata pada Dikha.

Dikha melangkah mundur ke belakang hingga tubuhnya menempel pada wastafel. Ia memegangi tepi wastafel untuk mengatasi kegugupannya.

"Apa Kau hantu Mada ?" gemetar Dikha bertanya.

Mada menggeleng "Aku bukan hantu. Aku rohnya, jiwanya."

"Kenapa Kau masih berkeliaran ?. Bukankah seharusnya Kau sudah berpindah ke alam lain ?" Dikha mulai bisa menguasai diri dan menyingkirkan rasa takutnya.

"Belum saatnya. Aku masih punya waktu tiga puluh sembilan hari lagi untuk tinggal di bumi."

Dikha mendelik "Kau punya waktu tiga puluh sembilan hari untuk tinggal di bumi kenapa mendatangiku ?. Kenapa bukan mendatangi keluargamu ?. Apa Kau ingin menakut-nakutiku ?"

Mada menggeleng cepat "Aku tak pernah berencana menakut-nakutimu."

"Lalu kenapa Kau sekarang disini ?" Dikha mulai bisa bersikap biasa seolah-olah Ia bicara dengan manusia hidup.

Belum sempat Mada menjawab sesuatu sudah melintas dibenak Dikha, roh Mada yang merentangkan tangan di hadapan Okta seolah melindunginya.

"Jangan katakan karena Manager operasional yang dipekerjakan Ayahku" Dikha menebak.

Mada mengangguk "Iya benar. Aku masih penasaran padanya. Sepertinya Aku jatuh cinta padanya."

Dikha mendelik dan menggeleng beberapa kali " Ucapanmu sama sekali tak masuk akal. Kau hantu, Dia manusia tak mungkin bersatu. Lebih baik lupakan dan cari pasangan sesama hantu yang seribu kali lebih ramah dari Okta" Dikha menasehati.

"Aku tidak bisa."

"Kau pasti bisa. Banyak hantu yang lebih cantik dari Dia. Sundel Bolong, Suster Ngesot, Si Manis Jembatan Ancol, Perawan Seberang, Kuntilanak Duyung..."

"Itu hanya ada di film" Roh Mada memotong.

"Pada kenyataannya Aku hanya bisa melihat orang yang ingin Ku lihat. Bukan hantu lain" Mada menambahkan.

"Lalu bagaimana ?. Aku harus jadi mak comblangmu ?."

"Tidak. Pinjamkan saja tubuhmu, Aku akan mendekatinya sendiri."

"Jangan mimpi !. Aku tak akan membiarkan tubuhku melakukan tindakan bodoh dengan mendekati kaki tangan Ayahku !" Dikha menghardik. Ia melewati roh Mada

***available at

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 01, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

segitiga cinta dua duniaWhere stories live. Discover now