#1 (Discord)

579 53 46
                                    

Cit...Cit...Cit...

Suara kicau burung yang sangat merdu, membangunkan seorang laki-laki berambut hitam pekat dari tidurnya yang lelap. Untuk kesekian kalinya, laki-laki itu memandang keluar jendela kamarnya, masih berharap dapat bertemu lagi dengan gadisnya.

Hanya pada dirinya sendiri, ia menampakkan titik lemahnya. Orang luar mungkin hanya akan memandangnya sebagai laki-laki cuek, yang sama sekali tidak memiliki beban hidup. Faktanya dia sangat lemah dalam menghadapi masalah pribadinya, yaitu kehilangan orang yang sangat ia sukai.

Flash Back

"Yeolli...!" panggil seorang gadis berumur 14 tahun, sambil menarik tangan seorang pemuda berumur sebaya dengannya. Gadis yang ceria dan selalu tersenyum pada setiap orang.

"Ada apa?!" balas pemuda itu agak malas.

"Kenapa kau mengajakku ke sini?" lanjutnya.

"Aku punya sesuatu untukmu!" Gadis itu kembali tersenyum sembari menggenggam kedua tangan temanya itu.

"Apa?" tanyanya sambil menatapnya tajam. Sebenarnya ia malas sekali jalan keluar dihari yang panas ini. Tapi gadis di depannya itu terus bersikeras agar ia mau keluar rumah.

"Ini... terimalah!" sang gadis menyerahkan sebuah paper bag berwarna merah pada laki-laki di hadapannya itu.

"Hah? Apa ini?" ia pun segera membukanya, di dalamnya berisi sebuah syal berwarna biru. Ia bingung mengapa temannya itu memberinya syal di hari yang panas ini.

"Syal? Ini kan hanya bisa digunakan saat musim dingin saja! Mengapa memberikan ini padaku?"

"Ini... sebagai hadiah terakhir yang kuberikan padamu... atau bisa dibilang hadiah perpisahan!" saat mengucapkan kata perpisahan, wajah gadis itu berubah lesu.

"Hadiah perpisahan?"

"Ya... aku sebentar lagi akan pindah ke Busan!"

"Oooh!" Tampaknya laki-laki itu sama sekali tidak merisaukan kepergian temannya, yang otomatis membuat si gadis kecewa.

"Oooh? Seharusnya kau kan sedih kalau aku pergi! Kenapa ekspresimu polos sekali seakan-akan kamu tidak peduli dengan kepergianku?" balasnya kecewa.

Si cowok memutar bola matanya bosan dan memalingkan wajahnya.
"Lagi pula apa yang dapat kulakukan? Apa aku harus mengatakan 'Jangan pergi!' seperti itu?"

Sang gadis menggembungkan pipinya kesal.
"Ugh... terserah lah! Lagi pula aku memberitahukan hal ini padamu, karena aku tidak tahu kapan aku akan kembali lagi. Aku hanya takut kau menangis jika aku tidak ada!"

"Dih! Mana ada orang yang mengangis hanya karena ditinggal seorang gadis? Lagipula tidak akan ada yang berubah jika kau pergi! Jadi kenapa aku harus peduli?" elaknya, padahal di dalam hatinya ia sulit untuk menerima kenyataan bahwa gadis yang sekarang ada didepannya akan pergi meninggalkannya.

"Ya! Dasar menyebalkan! Ya sudah kalau begitu! Aku harus kembali dan merapikan barang-barangku! Padahal aku meluangkan waktuku hanya untuk memberikan hadiah itu padamu! Syal itu juga aku yang merajutnya sendiri! Aku mati-matian belajar dari eonniku supaya aku bisa membuatkan itu untukmu tahu! Dasar jahat!" gadis itu membalikkan badannya dan hendak berjalan pergi.

Sebelum melakukan langkah pertama, ia kembali berbalik dan berkata,
"Oh iya! Saat aku pergi nanti, berjanjilah bahwa kau akan datang melepaskan kepergianku ya?!" kata gadis itu sambil lanjut berbalik dan pergi meninggalkan pemuda itu sendirian.

Sekarang yang dilakukan sahabat sang gadis hanya memegang dan merasakan kehalusan syal yang ia terima, yang kehalusannya mirip dengan perlakuan baik gadis yang barusan mengucapkan salam perpisahan dengannya.

"Mungkinkah ini adalah pertemuan yang terakhir?"

Hari berganti hari dan tibalah saatnya untuk perpisahan yang sebenarnya, atau bisa dibilang perpisahan yang paling menyakitkan. Gadis itu sudah siap dengan koper dan seluruh keperluannya. Keluarganya, dan keluarga Chanyeol pun sudah ada di sana. Tapi ia masih celingak celinguk mencari orang yang ditunggu-tunggu, namun tak kunjung datang.

"Ada apa Seungwan? Mencari seseorang?" tanya sang eomma kepadanya.

Sang gadis menatap ibunya sembari menunjukkan seulas senyum.
"Ah tidak kok, ayo Eomma sebentar lagi kereta apinya akan berangkat!" ajaknya. 'Jadi.. ia tidak datang ya? Sudahlah memang tidak ada gunanya jika aku memintanya datang!' sahutnya dalam hati.

"Wan-ah... jaga dirimu baik-baik ya!" kata seorang laki-laki berumur 16 tahun mengucapkan salam perpisahan.

"Um... terima kasih! Oppa juga jaga diri baik-baik ya! Akan ku kabari jika aku sudah sampai di Busan!"

"Baiklah, kutunggu kabarmu!" balasnya sambil tersenyum.

"Kemana sih Chanyeol? Padahal kau sudah mau pergi, tapi dia malah tidak ada di sini!"

"Sudahlah Suho Oppa tidak apa-apa, lagi pula sebentar lagi keretanya sudah mau berangkat! Yang penting jagalah kesehatanmu! Sampaikan salamku pada Yeolli ya!"

"Baiklah kalau begitu, jaga dirimu juga ya! Kapan-kapan main ke Seoul ya!" balas Suho sembari melambaikan tangannya pada Seungwan.

"Iya pasti!" kemudian perempuan itu mulai menaiki kereta api, dan mencari gerbong yang sesuai dengan   kursi yang sudah dipesan. Saat sudah berhasil duduk, ia menatap ke arah jendela yang sedikit terbuka.

"Selamat tinggal... kuharap kita bisa bertemu lagi!" ia berkata pada dirinya sendiri, seolah-olah pesan yang ia katakan akan tersampaikan. Sejak saat itu, mereka tak pernah bertemu lagi.



TBC

Hellow chingudeul😍😍
Maaf ya aku republish
Karena ini cerita pertamaku,
Jadi rasanya banyak banget yg harus diperbaiki.

Berawal dari aku iseng2 reread
Ehhh kok pengen nangis baca tulisan sendiri😭😭😭
Bahkan setelah diedit tipis2 juga masih aneh😭
Dulu nulisnya gimana dah😂

Semoga kalian suka yaa😘

Thanks for your voment ❤️
Stay safe n healthy🤗🤗
Saranghaeee❤❤❤

The Memory of LoveWhere stories live. Discover now