Aku mengaku kalah

22 1 0
                                    


Pagi datang. Matahari belum menampakan diri. Mataku terbuka dan hatiku sudah sepenuhmya yakin. Sepanjang malam aku berfikir dan mantap akan melakukannya hari ini. Hari yang akhirnya datang. Aku mengambil ponsel dan mengecek jam, 4.53. Kutarik nafas panjang dan segera tutun dari tempat tidur.

Air mengalir dan segera kubasuh wajah. Selesai bersiap aku menatap diriku dalam cermin. Memastikan kembali niatku. Kulihat jam di dinding, 7.45. tanpa aku sadari waktu berjalan dengan sangat cepat. Dan tanpa aku sadari pula jantungku berdetak lebih cepat. Kembali melihat cermin aku tersenyum, merapikan riasan di wajah. Keputusaku bukan sebuah kesalahan, dan aku tak akan menyesalinya. Mengambil tas yang selalu kupakai, aku siap melangkahkan kaki keluar rumah.

Terpaan sinar matahari tidak menghalagi langkahku. Aku berjalan santai menuju halte bus sambil mengumamkan lagu kesukaanku. Saat bus yang akan kutumpagi mendekat aku mempercepat langkah. Pagi ini tidak ada yang berbeda, semua terlihat sama seperti hari biasannya. Supir bus tersenyum ramah pada setiap penumpang yang naik. Semunya naik dengan senyum dan hati yang ringan. Aku juga berharap hatiku akan ringan setelah hari ini berakhir.

Memerlukan waktu sekitar satu jam untuk sampai di tempat yang ku tuju, tapi karena ada kecelakaan motor, terpaksa perjalanan berhargaku memakan waktu lebih dari dua jam. Hati ku tidak tenang selama di dalam bus, khawatir ini akan memakan waktu yang lebih lama. Seandainya itu terjadi aku akan kembali dengan membawa semua penyesalan. Sebelum turun dari bus aku melirik jam di depan supir, 10.05.

Setengah berlari aku segera menuju padanya, di tempat yang telah di tentukan. Sambil berlari aku melihat jam tanganku, menjaga waktu... 10.07

Mempercepat lari bukan masalah, hanya tempat aku tuju belum terlihat. Panik dan khawatir menyelimuti diriku. Hari ini tidak boleh gagal. Hari ini, hari dimana aku mengaku kalah pada diriku sendiri. Hari dimana aku mempertahukan semuanya. Hari ini.

Bangku merah itu sudah didepan mata, 10.09. Mengurangi laju lariku dan menghapus peluh dikening, aku duduk. Belum sepuluh detik berlalu, dia datang. Tubuhnya menghalangi terpaan sinar matahari. Aku langsung berdiri. Ia tersenyum. Sedang aku gagap. Pidato yang semalam penuh aku persiapkan hilang. Otakku tidak dapat bekerja. Jantungku masih berdetak cepat karena berlari dan kini berpacu makin cepat. Mengumpulkan kesadaranku yang masih tersisa, bibiku berucap.

10.10

"Aku... aku menyukaimu"

Semua berlalu cepat setelah mantra itu terucap, yang aku ingat hanya ia tersenyum dan menepuk kepalau pelan sambil menyodorkan sebotol air mineral. 

10:10 [Aku mengaku kalah...]Where stories live. Discover now