Blue Moon 1

85 5 20
                                    

Seperti malam-malam biasanya, Yasui duduk di sebuah sofa panjang, mulutnya sibuk mengepulkan asap rokoknya ke udara, sementara tangannya sibuk dengan ponselnya.

"Ohayou gozaimasu, senpai!" pandangan Yasui langsung beralih ke arah pintu masuk, seorang pemuda dengan rambut hitam masuk ke dalam.

"Hey! Ohayou, Hokuto! Baru balik?" tanya Yasui, dan si pemuda yang dipanggil Hokuto itu mengangguk, "Souka, aku baru mau berangkat, sorry tolong Aran di kamar mandi ya, dia kayaknya kebanyakan minum deh," ucap Yasui.

"Wakatta senpai!"

Yasui mematikan abu rokoknya, membereskan jasnya lalu beranjak dari sana.

Blue Moon.

Tulisan itu terpampang jelas di sudut ruangan yang tak begitu besar ini. Yasui tidak pernah malu mengakui bahwa dirinya bekerja di tempat ini, toh dia mendapatkan bayaran besar, hidupnya mencukupi bahkan berlebihan.

Blue Moon sendiri sebenarnya sebuah bar yang berada diantara pertokoan Kabukicho (disebut sebagai 'red district' di Jepang karena adanya banyak bar, brothel, dsb), tapi seperti bar lain di daerah ini mereka menyediakan layanan servis lebih pada pengunjung, tentu saja termasuk layanan di ranjang.

Di bar ini Yasui bisa dibilang paling terkenal. Untuk mendapatkan layanan plus plus darinya sampai harus mengantri dan menawarkan bayaran lebih mahal, salah satu pemasukan terbanyak dari dirinya dan beberapa host plus plus lain.

"Iya, aku menuju ke sana," ucap Yasui lalu keluar dari bar, melihat orang yang menjemputnya sudah ada di depan.

Seperti biasa Yasui lebih memilih di luar bar, atau di hotel tepatnya. Karena melayani di kamar bar kadang tidak membuatnya nyaman.

"Nyonya sudah menunggu di kamar, Yasui-san," ucap seorang pria tegap yang membukakan pintu mobil untuknya.

"Okay, arigatou Hagiya-kun," Yasui turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam hotel.

Will be a long night, tak masalah asal bayarannya oke, ucap Yasui dalam hati.

***

"Hazuki, setelah aku lulus dan bekerja maukah kau tetap ada untukku dan kita menikah?" Ucap Hokuto sambil membelai rambut Hazuki di sebelahnya. Si pemilik nama tersenyum malu dan kembali menaikkan selimutnya hingga menutup semua wajahnya. Hokuto mengikuti dan memeluk tubuh polos Hazuki yang ada disebelahnya, "Suki desu," bisiknya sungguh-sungguh.

"Jadi kau sudah tidur dengan pacarmu? Sugeeeee!!"

"Jangan berisik Jess!" Hokuto menumpuk kepala Jesse dencan buku di mejanya.

"Okee karna aku kalah taruhan jadi akan ku tepati janjiku ke kamu sore ini ayo kita makan eskrim enaaak!"

Hokuto dan Jesse Lewis teman dekatnya saling tertawa. Bukan rahasia lagi bagi seisi sekolah bagaimana Jesse yang terkenal menaklukkan hati wanita itu.

"Crepes eskrim ini enak yaa," Jesse tak hentinya menjilati eskrim yang ada dicrepesnya. "Hokuto... Matsumura Hokuto?" Sadar tak ada jawaban Jesse menoleh dan mendapati Hokuto tak ada di sebelahnya.

Hazuki? Itu Hazuki aku tak salah lihat. Dengan siapa dia? Ngapain masuk ke... love hotel? Dengan wanita cantik? Hazuki dijual? Tidak mungkin! Meski hanya ada ibunya tapi Hazuki tak mungkin menjual dirinya seperti itu.

Pikiran Hokuto berlarian tak jelas. Bagaimana bisa Hazuki nya berbuat seperti itu?

Tak ada jawaban, Hazuki tak mengangkat telponnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 30, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Blue MoonWhere stories live. Discover now