Bagian 1 - KUMUH -

7 0 0
                                    

Malam cerah dibulan Agustus yang penuh bintang dimusim panas terlahirlah bayi kecil yang sangat dicintai oleh keluarganya, semua anggota keluarga sangat senang menyambut bayi cantik nun-lucu itu lahir kedunia. Keceriaan yang dibawa olehnya seakan terpancar menyinari setiap malam yang gelap "Oh Tuhan, cantik sekali anak ini" ucap kakek Jessie yang sedang berkumpul diruang tengah bersama anggota keluarga yang lain. Malam terus berlalu, keluarga kaya ini sangat bahagia dibuatnya. Namun hari-hari yang sangat membahagiakan itu harus musnah dengan satu malam pilu, pembantaian keluarganya yang sadis mengakibatkan bayi mungil itu harus menjadi sebatangkara. Dirinya diamankan oleh ibunya dan ditinggalkan di pinggir sungai yang airnya mengalir tenang dengan penuh harap anaknya akan tumbuh menjadi wanita yang pemberani dan tidak ditemukan oleh orang jahat.

18 tahun sejak kejadian itu terjadi, Jessie tinggal bersama satu keluarga di perkampungan kumuh ditengah kota. Hari-harinya dilalui untuk mengumpulkan rongsokan, keluarganya saat ini menjadi tumpuan hidupnya. Keluarga kecil ini sangat miskin sehingga kerap kali Jessie tidak makan demi mengurus adiknya yang sebenarnya adalah adik angkatnya, ibu angkatnya adalah wanita pekerja di klub malam dan ayah angkatnya selalu berjudi dan mabuk-mabukan. Setiap malam Jessie tidur dengan beralaskan kardus dan selimut koran, adiknya yang sakit-sakitan seakan menambah beban bagi Jessie karena kedua orang tua angkatnya itu tidak perduli dengan mereka. "Jessie !" Suara tinggi terdengar dari luar "Ini ibu ada makanan buat kamu dan anak penyakitan itu" Sesekali ibunya pulang dan membawakan beberapa makanan, "udah ya... ibu mau pergi dulu, jangan mati yah nak hahaha" akan tetapi langsung pergi dengan singkat "iya bu..." sahut Jessie "Bay bay anak cantik" ujar ibunya sambil jalan berlenggok melambaikan tangan dan menggandeng laki-laki yang tidak dikenal oleh Jessie.

Disuatu hari yang dingin sepulang Jessie mencari barang bekas, ia pulang kerumah dan mencari-cari adiknya dan ingin cepat-cepat membawanya ke rumah sakit. Tapi semua itu tidak akan perna terjadi, adiknya yang berumur 6 tahun itu telah tiada. Jessie sangat terpukul dengan itu, dia merasa bersalah karena harus meninggalkannya. Setelah pemakaman selesai Jessie kembali ke gubuknya dan menunggu kedatangan orang tuanya yang tak kembali setelah 2 minggu terakhir kali mereka pulang. Jessie berfikir, apakah orang tuanya akan kembali? Dan apakah dia akan menjadi seperti itu selamanya? Dan akhirnya di memutuskan untuk mencari pekerjan yang lebih baik lagi.

"Aku gak bisa kaya gini terus! Aku capek, aku harus cari pekerjaan yang lebih baik dari pada ini." Tekat Jessie dalam hati.

Sering kali ia melamar pekerjaan dan sering pula iya ditolak. "Bodoh! Apa yang diharapkan dengan ijazah SMP?" gumam Jessie di pinggi jembatan sambil memandangi air sungai yang mengalir ke laut, "Tunggu, " sambil mengerutkan dahinya "itu laut ?" sesekali menengok sekitarnya yang basah karena gerimis, "Ya ampun, sejauh apa aku berjalan?" sambil memegang kepala; sesaat kemudia ia melanjutkan perjalanannya. Akhirnya sampailah ia ditepian pantai yang airnya cukup tenang, pada suatu ketika Jessie melihat toko saufenier yang terlihat cukup banyak barang yang dijual disana dan tanpa pikir panjang ia pun mencoba peruntungannya.

'klening' "Permisi" ucap Jessie yang mengenakan baju lepek itu sambil membuka pintu toko "Selamat datang, silahkan dilihat-lihat dulu," Sambut hangat bapak pemilik toko sambil duduk memegang pulpen dan sibuk dengan kalkulatornya. "Anu... Maaf pak, saya kesini mau..." ucap jessie terpotong karena ada pembeli lain

'klening' "Permisi" ujar pelanggan tersebut sambil membuka pintu "Iya, selamat datang" sambut sang pemilik toko "Kamu?! Tadi mau bilang apa?" tanya bapak itu yang ditujukan kepada Jessie "Saya ?" ucap tamu paruh baya yang datang barusan sambil menunjuk dirinya, "Oh maaf, saya bertanya kepada nona yang ada disana nyonya" ucap pak pemilik toko sambil tersenyum lepas. Wanita paruh baya itupun melanjutkan pencariannya dalam menemukan saufenier yang akan iya beli. "O oh, Sa sa... kedatangan saya kesini sebenarnya bu, bukan untuk membeli saufenier pak" jelas Jessie pelan.

"Lalu, ada apa?" tanya bapak itu heran; "emm, sayakemari ingin..." Jessie terdiam dan membuka topi yang dikenakannya. "Ingin ??" tegas bapak itu. Jessie masih terdiam, sampai pemilik toko itu berjata "maaf nona, jika tidak ada kepntingan lain saya harus kembali bekerja." sambungnya menunjukan muka heran sambil melanjutkan pekerjaannya, lalu Jessie pun memberanikan diri untuk menjelaskan maksud kedatangannya. "Maaf pak, boleh saya minta waktunya sebentar ?" Jessie terlihat gugup. Bapak itu menruh pulpennya dan berjalan menghapiri Jessie, entah kenapa tubuh Jessie menjadi gemetar dan seakan ingin keluar air mata dari pelupuk matanya. "Silahkan kamu duduk dulu, kamu terlihat kedinginan dan pucat sekali" tanpa sadar bapak itu sudah sampai di depan Jessie, "Ba baik pak, terimakasih".

Waktupun dihari itupun cepat berlalu, panjang lebar Jessie menjelaskan kondisi dan perjalanannya selama 3 hari dengan uang seadanya itu membuat bapak pemilik toko merasa iba terhadapnya, ia melihat sosok anak perempuannya didalam tubuh Jessie. Dan dia sempat berpikir bahwa, bagaimana kalau ia adalah Niki anaknya? "Jadi, kamu berasal dari tengah kota yang sebenarnya tidak tau arah dan tujuan mu?" tanya bapak itu setelah mendengar penjelasan Jessie; "Iya pak," sahut Jessie yang mulai tenang "Baiklah, kamu boleh bekerja disini. Tapi ingat kamu harus rajin dalam bekerja" ucap bapak itu "akkh yang bener pak ?" Jessie tidak menyangka atas apa yang ia dengar, ia pun langsung memegang tangan bapak itu untuk berterimakasih. "terimakasih pak, terimakasih bahyak, terimakasih"

"Ya sudah, kamu boleh tinggal dilantai dua tempat penjaga toko sebelumnya, kebetulan memang toko kami sedang membutuhkan karyawan" jelas bapak itu singkat, "Maaf pak kalau boleh tau penjaga sebelumnya kemana ya?" tanya Jessie penasaran "Oh, Noni itu... dia berhenti karena ingin merawat ibunya dikampung. Sudah sekarang kamu istihat, dan tugas kamu besok adalah mendisplay ulang saufenier-sanufenier yang ada didepan nanti akan ada anak saya yang akan membantu kamu" ucap bapak itu sambil kembeli ke mejanya. Jessie pun mengambil tas yang ditaruhnya dilantai dan berjalan menuju tangga, belum sempat ia menginjakan kaki ke anak tangga pertama bapak itu memanggilnya "Jessie! Nama saya Friedy, panggil saja Pak Friedy" "oiya, baik pak" sahut jessie yang langkahnya terhenti untuk menuju keatas.

Setelah sampai diatas, dia melihat ada dua pintu kamar dikiri dan dikanan. Pak Friedy sebelumnya tidak memberitahukan kamar mana yang harus ia tinggali untuk tempat istirahat, tanpa pikir panjang dia membuka pintu sebelah kanan dan ternyata tidak dikunci; dan dia mengira bahwa ia memilih kamar yang tepat. Setelah ia masuk kamar tersebut terlihat rapi dan terasa nyaman, ia langsung meletakan tas dan topinya di atas kasur yang ukurannya tidak terlalu besar itu yang cocok untuk satu orang. "huft, terimakasih ya tuhan kau telah mendengar do'a ku selama ini" ucap syukur Jessie sambil merebahkan badannya ke kasur tadi. Tidak lama kemudia terdengar suara pintu terbuka dan masuklah seorang laki-laki yang hanya mengenakan handuk di pinggang dan kepalanya, Jessie pun terdiam kaget dan laki-laki yang baru datang itu menutup dan mengunci pintu kamar tersebut. Beberapa saat kemudian mereka bertatap mata dan terdiam, . . . Tidak lama kemudian . . . 'a a a a' mereka berdua teriak sampai terdengar kebawah, "k k k k ka kamu siapa?" ucap Niki heran yang ternyata anak pak Friedy itu. Wajah Jessie memerah dan terlihat sangat terkejut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 19, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Air LangitWhere stories live. Discover now