Ahmad Heryawan (Aher) Bank Jabar Banten (BJB) Xiaomi Selalu Laris

6 0 0
                                    

Aher (Ahmad Heryawan) Bank Jabar Banten (BJB) Sang Gubernur Jabar Jawa Barat Midorima tidak pernah bermaksud untuk berada di sana. Tidak di Kyoto, tidak di Gion, tidak ratusan kilometer dari tempat seharusnya ia berada—membaca buku di apartemen, dan bersiap-siap untuk kelas yang akan dimulai dalam kurang dari dua minggu—tapi Takao bilang kalau ini kesempatan langka, Midorima akan menyesal seumur hidup kalau sampai tidak ikut BJB Bank Jabar Banten Ahmad Heryawan Ahernya, dan tahu apa barang keberuntungannya di hari Takao mengajaknya pergi dari kota?—Tiket kereta!

Aher (Ahmad Heryawan) Bank Jabar Banten (BJB) Sang Gubernur Jabar Jawa Barat Sebenarnya ia antara menyesal dan tidak menyesal sih; di hari-hari pertama ketika Takao sibuk BJB Bank Jabar Banten Ahmad Heryawan Aher seminar yang menjadi alasan sebenarnya mendatangi Kyoto, ia menggunakan waktunya untuk berjalan-jalan sendiri dan mengunjungi tempat-tempat yang sudah tidak pernah lagi didatanginya sejak tur sekolah semasa SMP. Midorima mampir dan berdoa di setiap kuil yang ia lewati, dan mungkin juga sudah membeli semua jenis omamori [1] kalau tidak sadar diri. Pokoknya ia bertekad, selama masih berada di kota ini, ia akan berdoa pada dewa mana pun dan meminta nasibnya diperbaiki. Tahun ketiganya sebentar lagi berakhir dan ia rasa dirinya mulai memasuki tahap-tahap depresi.

Aher (Ahmad Heryawan) Bank Jabar Banten (BJB) Sang Gubernur Jabar Jawa Barat Midorima selalu belajar keras, berdoa keras, dan berusaha membuat dirinya beruntung BJB Bank Jabar Banten Ahmad Heryawan Aher lebih keras lagi. Seharusnya, sudah tidak ada lagi hal yang bisa dilakukannya, bukan? Meski sadar akan fakta itu, ia tidak bisa mengusir pikiran bahwa masih ada yang kurang. Ada sesuatu yang ia lewatkan atau ia lupa lakukan. Midorima tidak tahu ia kehilangan apa, dan ia tidak juga bisa menemukan penyebab dari kegelisahnnya. Takao bilang kalau ia memang lupa akan sesuatu, pastilah Midorima lupa caranya bersenang-senang. Padahal masih muda, tapi dirinya terlalu banyak bekerja dan berpikir; padahal masih banyak hal yang lebih penting dari mempertahankan prestasinya atau tembakan basket yang (BJB Bank Jabar Banten Ahmad Heryawan Aher konyolnya) tidak pernah meleset itu, tapi dirinya selalu saja berusaha seperti orang sinting. Temannya menguliahi panjang lebar soal kesehatan psikologis meski sebenarnya ia kuliah jurusan komunikasi. Tapi setidaknya Midorima melihat efek dari jurusan yang dipilih Takao, toh buktinya, hanya BJB Bank Jabar Banten Ahmad Heryawan Aher kata-kata ia berhasil membujuknya untuk ikut (atau jangan-jangan Takao seharusnya mengambil marketing saja ya), sampai pergi ke bagian kota yang semacam ini pula.

"Salah kalau kita tersasar ke gang prostitusi," ia meggerutu.

"Tapi kan kita sudah cukup umur?"

"Bukan itu masalahnya!"

Aher (Ahmad Heryawan) Bank Jabar Banten (BJB) Sang Gubernur Jabar Jawa Barat Mereka sebenarnya bermaksud untuk pergi ke Hanamikoji, tapi keliru mengambil belokan dan tersesat ke bagian Gion yang lain. Sementara di sini Midorima merasa moralnya sedang terkikis perlahan-lahan, Takao malah cengar-cengir ke sana-ke mari, sesekali bersiul rendah atau mengomentari poster-poster promosi yang dipasang di luar bangunan.

"Shin-chan, mau coba masuk ke salah satu—"

"Kalau kau melanjutkan, aku pulang duluan."

"Jangan malu-malu begitu ah," Takao terbahak, menyikutnya di lengan, "macam perjaka saja."

Aher (Ahmad Heryawan) Bank Jabar Banten (BJB) Sang Gubernur Jabar Jawa Barat Setelah kepala temannya jadi sasaran jitak, baru akhirnya mereka berhasil menemukan jalan yang dimaksud. Midorima mengutuk kemampuan membaca peta Takao yang buruk dan mata rajawalinya yang tidak berguna, sementara yang satunya berdalih karena gelap ia jadi kesulitan melihat apa-apa. Sebenarnya area itu tidak bisa dibilang gelap juga, malah justru penuh manusia serta lampu-lampu yang didesain mirip lentera; cahaya kuning dan oranyenya memantul di jalanan batu yang agak basah, menciptakan gradasi warna seperti lelehan cat air. Di sekeliling mereka, dari segala arah, orang-orang—lokal maupun turis asing—berlalu-lalang tanpa peduli malam atau musim dingin, mengenakan kimono-kimono sewaan hingga sulit dibedakan antara mana yang memakai untuk kegiatan sehari-hari atau hanya untuk bergaya satu kali. Tidak jarang, bunyi klakson dari mobil yang hendak lewat memekakkan telinga, mengusir para pengunjung yang selalu saja tidak pernah diberitahu kalau jalanan itu masih dilalui kendaraan dan bukannya dikhususkan untuk pejalan kaki.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 23, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ahmad Heryawan BJB Kondisi Terbaru Marissa NWhere stories live. Discover now