[1] SMAN 1 BELO

3K 77 7
                                    

"Nama?" Tanya pak Rahmat. Mata Pulpennya hampir menyentuh permukaan kertas. Hendak menulis sebuah nama pada daftar murid yang bermasalah. tak hanya itu, ia perlu mencatat nama orangtuanya atau wali murid sekalian, beserta alamat lengkapnya. Orangtuanya harus mengetahui perbuatan anaknya di sekolah. Banyak pelanggaran yang dilakukan oleh siswa di depannya ini. Datang terlambat dengan Penampilannya yang urakan. Dasinya ia biarkan longgar, seragamnya sebagian tak dimasukkan, rambutnya acak-acakan dan parahnya ia tak membawa tas dan peralatan tulis lainnya.

"Ali." Sahut remaja di depannya.
"Ali saja?" Pak Rahmat mendongak dengan alis sebelah terangkat.
"ya" jawabnya pendek
Pak Rahmat kemudian beralih menatap kertas. mencatat namanya.
"Apa Orangtuamu kehabisan stok nama?" Gumamnya pelan.

"Kelas?" tanya pak Rahmat.
"..........." tak ada jawaban dari Ali
"Kelas?" Tanyanya sekali lagi.
"......." sekali lagi Tak ada respon.

Pak Rahmat menunggu jawaban siswa di depanya.
sela beberapa detik ia mengadah wajahnya meminta jawaban kepada Ali.
Ali hanya menatap datar yang membuatnya kesal.
"Kelas?" Tanyanya sekali lagi .
"Tidak tau" jawabnya yang membuat kening pak Rahmat mengkerut.

Tok tok tok.

"Assalamu'alaikum" bu Eti memasuki ruangan Bk.

"Wa'alaikumsalam" jawab pak Rahmat kemudian beralih menatap siswa di depannya, alisnya terangkat. "Kau tak menjawab salam" sahutnya. Ali menatap sekilas bu Eti kemudian mendengus pelan.

Mata pak Rahmat mendelik tak percaya "kau memang siswa brandalan, begitu caramu di depan Gurumu, HA!?" suaranya kini meninggi. Tak habis pikir dengan kelakuan siswa yang tak punya sopan santun di depannya.

Bu Eti mendekat kemudian tersenyum ramah. "gak papa pak, Ali juga murid baru di sini" bu Eti menaruh tasnya di atas mejanya.

Pak Rahmat berdecak "oow jadi dia murid baru. lihat, baru satu langkah memasuki lingkungan sekolah tingkahnya sudah macam brandalan di pasar. Kau mau ikut bergabung dengan kawanmu Sergio dan anggotanya di sini, jika tau begitu tak usah sekolah. Hanya akan menyusahkan dan meresahkan sekolah di sini" pak Rahmat sudah kesal setengah mati tatkala melihat tingkah Ali yang hanya membuang muka.
Respon si siswa baru di depannya membuatnya melongo tak percaya. Mungkin pak Rahmat perlu memberikann hukuman untuknya. Biarkan saja siswa brandalan ini harus tau bahwa ia adalah Guru ter killer di SMAN 1 Belo.

"Kau harus berlari mengelilingi lapangan 5 putaran"

Dia tau, Siswa di sini telah melabelkan ia sebagai Guru ter killer di sekolah ini. Namun apa yang dilakukan siswa di depannya ini? Sungguh di luar dugaan. Sama sekali tak takut dengan dirinya, ataupun tak menunjukkan penyesalan karena telah melakukan pelanggaran. lebih-lebih ia adalah seorang murid baru di sekolah ini.

Kumis lebat yang terlentang di atas sana mirip seperti sekasar preman pasar ditarik oleh tangannya. Memainkan dengan menggulung-gulung. Sudah menjadi kebiasaannya. kalau sudah begini ia sedang marah besar.

Bu Eti menghampiri Ali.
"Nak, kelasmu di ips 1" Mendengar itu, Ali hendak beranjak namun ditahan oleh penggaris besar pak Rahmat. Ali mengerutkan alisnya. Bingung.

Pak Rahmat berdiri dari mejanya "kau harus menuliskan pernyataan terlebih dahulu, kemudian berlari mengelilingi lapangan 5 putaran. Baru kau boleh meninggalkan ruangan ini. Menuliskan Pernyataan maaf satu lembar kertas." Titahnya sembari menyodorkan kertas bersama pulpen kearah Ali.

Ali menghembuskan nafas kasar kemudian menarik kertas itu.

###

"Anjirr ganteng banget!! Huaa kasih gue oksigen!" Lala mendadak histeris di dalam kelas ips 3. Seisi kelas kompak menoleh ke arah si pembuat heboh itu.
"Liat dong La" Mira mencoba merebut handphone-nya Lala namun dengan gerakan cepat ditepis oleh gadis itu.
"Gak ah, lo naksir ntar " serunya sembari menatap layar handphonenya dia terus tersenyum-senyum.
"Pelit amat lo ama sahabat sendiri. hidungnya doang la" Mira bersi keras untuk melihatnya.
"gue bilang gak mau!"
Mira mencibir kesal.

"Ooee berisik amat. Diem napa? Gue lagi ngantuk ni" Rama menatap ke arah Lala dengan tak suka. Kesal dengan Cewek alay itu yang telah mengganggu tidur paginya.

"eey siapa suruh lo tidur di sekolah" Lala tak mau kalah dengan Rama.

"Oe cewek alay plus norak, lo pikir ni kelas lo doang yang punya, suara udah macam toa musholah sekolah" sahut Rama kesal.

"iih nyebelin ih, mulut lo tuh udah kayak mak-emak" Lala berdiri dari tempat duduknya menatap benci ke arah Rama. Kemudian ia kebas rambutnya kebelakang. Merasa gerah dengan cowok pemalas itu.

"Lo tu udah kayak mulut toa tau gak" balasnya tak mau kalah.

Elang, Dedi dan Rio menyoraki nama Lala untuk membalas ucapan Rama.

"Lala..Lala..Lala" seru mereka kompak tak lupa tangan terkepal melambai di udara.
"Balas La" suara Dedi mulai terdengar.

"Ehh cowok yang gak pernah laku dan hidup selalu dramatis. Lu tidur tu di UKS atau di perpus sana biar gak ada yang ngeganggu" balas Lala dengan tangan terlipat di depan dada. Kekesalannya sudah di ubun-ubun.

Kemudian Elang dan Dedi serta Rio beralih menyoraki nama Rama untuk membalas Lala..

"Rama..Rama..Rama"

"Ehhh kalian apaan sih. Tadi kalian ngesuport gue, kenapa kalian dukung Rama lagi sih"sahut Lala tak terima melihat Elang, Dedi, dan Rio menyoraki nama Rama.
Mereka bertiga terdiam dan saling menatap satu sama lain sela beberapa detik kemudian dengan serentak.
"Rama...Rama. Rama" seru mereka dengan bertambah semangat..

"Lo semua bisa diem gak?!" Kalo udah kayak gini, Darmawan sudah tak sanggup lagi. Dia memukul mejanya dengan sangat keras. Semuanya tersentak kaget.

"Rama. Ram" beo Rio semakin memudar.

Teman-temanya terdiam.

Darmawan menatap bengis ke arah teman-temannya semua.

Kelas XI Ips 3 memang sudah dikenal kelas yang tak pernah bisu. Ketenangan takkan pernah terjadi, Kelas yang jarang dihinggapi oleh Guru. Kenakalan dan kebisingan kelas ini membuat para Guru menggeleng-gelengkan kepala tidak kuat untuk mengatur kelas yang dikenal kelas kumpulan para-para otak udang.

Kembanggan kelas ini cuman satu. Yaitu memiliki Darmawan. Sang ketua kelas memiliki otak pintar dan sabar menghadapi kelasnya. Setidaknya ada lah alasan Guru memasuki kelas ini.

Entah dosa apa yang telah memasukan ia ke dalam kelas yang sudah terkenal nakal dan sulit diatur ini. Udah menjadi terun temurun memang kelas XI Ips 3 kelas kumpulan semua berbagai jenis siswa.. Si Cabe-cabean, si brandalan, si tukang tawur, si tukang malak, si tukang tidur dan hal yang bisa mengantarkan mereka ke dalam ruangan BK. Tingkat kemalasan di kelas legend ini tak pernah turun setiap tahun. Selalu di urutan posisi pertama dari Alumni-alumni sebelumnya. Memang sudah dianugerahkan memiliki generasi yang sama dan mempertahankan posisinya dari para sesepuh.

"lo Lala kenapa sih? Lo bisa diem gak sih. pagi-pagi udah bikin kelas kayak pasar. Ini pula nyorakin nama Lala dan Rama udah kayak tim ceerleaders. Diem. Nambah rusuh aja, dan lo Rama udah. Gak usah dibales lo tinggal lanjut aja tidurnya. Kalian semuanya udah dewasa gak usah ngetingkah kayak bocah SD." Darmawan kembali menarik kursi, duduk dan membuka kembali buku paket Bahasa Indonesia kembali membaca dan mengisi beberapa kuis.

"Tu denger apa kata ketua kelas" sahut tenang seorang gadis di pojok kelas..

Serentak meneloh kebelakang.
Gadis itu menyengir kuda kemudian tertawa renyah.. Teman sekelasnya menatap benci pada gadis aneh tersebut.

"Upps! Ok abaikan"

"Cih dasar aneh"

Tbc.

Kutemukan Engkau Dalam IstikharohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang