P R O L O G

42.4K 4K 508
                                    

"BERHENTILAH tersenyum, karena setiap kali lo senyum, ada malaikat yang mati."

Gelas kopi Chiko nyaris oleng dari genggaman saat Satria menggumamkan dialog dari naskah yang ia baca. Namun, dagu Chiko mengedik ke arah sosok pimpinan redaksi SKY Media yang memasuki ruang rapat dengan langkah mantap.

Gaung Sabda Trahdevan namanya. Anak-anak SKY Media biasa memanggilnya Paduka Devan jika tidak sedang diuber target, Pak Bos Kece saat bermanis-manis ria mengode bonus, atau Setan Deadline ketika stres dicekik tenggat.

"Wah, pagi-pagi udah pada ngumpul. Karyawan teladan semua, nih."

Aturan tidak tertulis nomor satu; jangan pernah santai jika bos mendadak baik hati dan suka memuji. Percayalah, ucapan begini biasanya diikuti dengan lontaran bom deadline.

Devan menarik kursi di ujung meja, praktis membuat para deadliners yang semula leha-leha berubah waspada. Satria berhenti mengecek review Goodreads, Chiko meminggirkan kopinya, Fahmi menutup game-nya, Diana tidak jadi checkout Syopi, dan Andreas pura-pura mengagumi ID Card. Semua orang mendadak kalem.

Ditambah kehadiran Ardana, anak finance, makin pahamlah atasan mereka kali ini akan membawa kabar puting beliung.

"Jangan pada tegang gitu, dong. Ini cuma rapat biasa, kok. Santa." Devan terkekeh, berupaya mencairkan suasana. "Kita akan bahas dampak pandemi Covid-19 part dua."

Satria membulatkan mulutnya. Dehaman Devan tidak memberinya kesempatan lebih untuk mencerna.

"Kalian tahulah akhir-akhir ini kenaikan kasus pandemi Covid lumayan signifikan? Pemerintah juga rumornya mau menerapkan PSBB lagi."

“Tahu. Duh, ke mana-mana mesti bawa sertifikat vaksin sama tes SWAB.” Satria mengangguk-angguk, ikut menimpali pernyataan sang atasan.

Chiko menimbrung, "Bener, rempong banget. Belum lagi social distancing. Mau nge-date sama ayang aja susah. Malem Minggu bukannya jalan malah scroll Wasap."

"Aelah, mana biaya kesehatan juga nombok. Rutin tes PCR sama uji mental tiap hari. Takut positif covid, sih," timpal Fahmi.

Dalam sekejap, rapat pagi itu jadi ladang sambat. Semuanya kompak mengeluhkan betapa tidak enaknya hidup dibayang-bayangi virus tak kasatmata. Pergi ke tempat kerja pun bisa disebut perjuangan empat lima.

Devan menampung semua curhatan bawahannya. "Slogan stay at home beneran nyiksa, ya. Banyak kantor nerapin work from home, bahkan sekolah juga online." Napasnya terembus prihatin. "Sektor perbukuan pun kena dampak parah. Daya belinya turun drastis. Itulah kenapa gue minta kalian buat rapat pagi ini."

Slide yang menampilkan logo SKY Media kemudian berganti menjadi grafik penjualan buku terbitan selama kuartal pertama. Dengan lancar, Devan menyambung topik barusan dengan penjelasan tentang keadaan kantor penerbitan mereka.

Ardana sesekali menimpali dengan membeberkan kondisi kas perusahaan yang kurang memungkinkan untuk menggaji banyak karyawan di saat pemasukan tidak sebanding dengan pengeluaran.

"So, inilah alasan kantor kita berlakuin perampingan karyawan. Informasi yang barusan gue sampein sama Ardana itu sebatas insight biar kalian nantinya enggak ngerasa diperlakuin kurang adil waktu terdampak perampingan," jelas Devan mendadak serius.

Aturan nomor dua; transparansi itu semboyan utama para atasan. Bahkan saking transparannya, kejujuran mereka terkadang menancap tepat ke jantung para karyawan.

Satria mendesah pasrah. Dia yang menjadi duta “ya-udahlahmau-gimana-lagi”, menyadari performa kinerjanya beberapa
minggu terakhir memang buruk. Buku-buku yang ditanganinya sedang tidak terlalu bagus penjualannya, ditambah orang-orang
di rumahnya positif Covid-19. Alhasil semuanya buyar.

"Tapi berhubung gue pimred baik hati, gue bakal ngasih satu kesempatan yang adil."

Kalimat lanjutan Devan membuat perhatian lima kepala kembali menghunjamnya. Aura nelangsa para deadliners seketika banting setir penuh harapan.

Devan mengulum senyum. "Proyek #SpeakUpYourWorld akan nentuin siapa yang bertahan dan siapa yang out dari SKY Media. Semua editor harus turun tangan cari naskah yang potensial di platform Uwritinc.com. Dengan cara apa pun, penjualan novel yang kalian tangani wajib unggul. Barangsiapa yang hasil penjualannya paling rendah harus legawa keluar dari SKY Media."

Bersama rentetan kriteria cerita yang disesuaikan dengan selera pasar terkini, rahang Satria nyaris copot ketika tahu genre cerita yang ditargetkan Devan adalah fiksi remaja. Tambah embel-embel geng, bad boy, bucin, tawuran, dan minimal jumlah views... ini serius?

Mata Devan mengerling. "Inget, sekarang lagi pandemi. Cari kerja di luaran sana jelas susahnya setengah mati. Kalian punya waktu dua bulan buat buktiin kalau kalian layak stay di SKY Media. Semangat!"

Satria si pawang naskah fantasi dan terjemahan melongo, Chiko pawang naskah nonfiksi dan self-development berjengit, Fahmi pawang buku anak menelengkan kepala, serta Diana pawang naskah romansa dewasa melotot tak percaya. Sementara Andreas anteng karena merasa teenlit itu spesialisasinya, personel deadliners yang lain nyaris tewas di tempat dengan keterkejutan tak terkira.

Well, selamat datang era berpusing-pusing ria!






















__________________________



Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.





Mungkin ada beberapa pembaca yang ngeh sama Abang Satria. Sebelum negara api menyerang dan Malika auto berubah jadi kecap, cerita ini dulu judulnya "Kohesi".

Terus kenapa ganti Revisweet? Karena yang Kohesi itu rada bikin Yana pengin teriak, "BUKAN GUE YANG NULIS INI! BUKAN! KENAPA ALAYNYA MACEM BREWOK SAPU IJUK DEO, SIH, YA ALLAH?!" *emot ngesot*

So, lahirlah Satria versi bayi baru. Karakter, alur, konflik, plot BARU SEMUA. Selamat membaca.


Yuhuuu... absen kota asalmu di sini dong. Siapa tahu deket sama Yana dan kapan-kapan bisa hangout bareng, hahaha.















Vote kalau suka.
Share cerita ini kalau menurutmu asyik dibaca.
Terima kasih.














SPOILER & INFO UPDATE :
• Wattpad : leefe_
• Instagram : by.leefe

Revisweet [TERBIT di Bhuana Sastra]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora