Kisah Tak Sampai (O.N)

157 6 4
                                    

Seandainya waktu bisa diputar kembaliHal apa yang ingin kamu putar terlebih dahulu?

Pertanyaan itu seakan memohokku untuk kembali ke masa lalu. Masa yang hingga sekarang membuatku menyimpan penyesalan besar. Mungkin bukan aku saja,  melainkan juga dia yang menjadi bagian dari masa lalu itu. Terhitung dalam jangka waktu yang lama rasa itu tersimpan dalam diam,  tak berani kuusik hingga aku pun merasa lelah.

"Tuhan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tuhan ... Bisakah kau menghilangkan rasa ini,  agar tak menjadi beban ketika kau tidak menyatukan aku dengannya."

Berawal dari sebuah pertemuan tak sengaja.  Menciptakan rona kebahagiaan yang tak terkira di wajah kedua insan. Seperti sebuah mimpi yang menjadi nyata,  hal itu yang kurasakan saat pertama kali bertemu denganmu. Memandangmu dari jarak yang lebih dekat. Menciptakan tawa yang hanya ada dalam hayalan. Dan membuat setiap pasang mata menatap kagum ke arah kita.

"Aku bahagia dengan hari inimeski ada luka yang juga menghampiriku dalam satu waktu," begitulah isi hatiku.

Namun,  apa kabar soal hatimu? Aku belum mengetahui siapa yang dapat memenangi hatimu sekarang. Mengingatnya membuatku takut menyimpan harapan lebih padamu. Tapi yang perlu kamu tahu,  saat ini aku sedang berusaha dan memperjuangkanmu meski dalam diam.

"Hay... Selamat pagi."

Aku tersenyum kala di pagi buta mendapatkan sapaan hangat darimu. Aku tak berpikir darimana kamu mendapatkan nomer ponselku. Yang pasti aku bahagia. Sejak itu aku mulai melupakan jika hatiku baru saja di patahkan. Aku yang begitu sulit melupakan seseorang yang pernah aku sayangi dengan mudah tergantikan dengan sosokmu.

"Apa kabar?"
"Jaga kesehatan. "
"Belajar yang rajin. "

Setiap perhatianmu membuat aku semakin yakin dengan pemikiranku. Tapi aku masih belum berani memastikan sebelum aku tahu darimu langsung.

"Dan masih ada ribuan huruf yang kurangkai untuk sekedar bisa mengobrol dengamu. Aku tahu responmu baikbahkan aku sempat mengira jika kamu pun merasakan apa yang kurasa. Tapi ... Bommm! seperti ledakan bom atom yang menghujam jantungku saat kutahu kenyataan jika salah satu dari mereka adalah teman spesial di hatimu."

Short StoryWhere stories live. Discover now