Satu

30 5 2
                                    

Dengan sekuat tenaga Yuchan berlari, dalam setiap pijakannya terpatri harapan agar raganya bisa kembali ke masa itu, ke tahun 1980, tahun di mana ia seharusnya bisa menjalankan kehidupan selayaknya remaja pada usianya. 2018 melelahkan. Tempatnya bukan di sini. Yuchan rindu senyum hangat keluarga yang selalu menyambutnya di rumah.

Secercah cahaya mulai menerobos gulita yang sedari tadi menyelimuti terowongan ini.

"Sebentar lagi!" gigih Yuchan.

Terowongan pun akhirnya ia lewati.

Sialnya, tetap pemandangan serba modern lah yang ia dapati.

Percobaannya gagal lagi.

________


"Nice. Sebentar lagi ceritanya bakal selesai. Semoga pembacaku ga kecewa," gumam Ungjae tanpa memalingkan pandangannya sedikitpun dari monitor komputernya.

"Ungjae, jangan lupa makan!" terdengar jelas suara teriakan wanita paruh baya dari lantai bawah.

"Iya, Bu!"

Sedari dulu Ungjae memang gemar menulis, bahkan ia sempat bercita-cita menjadi penulis novel. Semangatnya dalam menulis sebenarnya pernah meredup karena ia merasa kehilangan ide dan pemicu, sampai akhirnya takdir mempertemukannya dengan UNB, grup beranggotakan sembilan orang laki-laki yang berada di naungan perusahaan bernama THP.

"UNB itu lambang kerja keras. THP beneran kerja dari bawah. CEO-nya sampai jual apartemennya supaya mereka bisa debut lho. Sekarang? Udah dua tahun dan pencapaiannya luar biasa banget. Bangga pokoknya sama mereka," tukas Ungjae layaknya seorang narator. Matanya serta merta memandang poster-poster UNBnya yang terpajang bangga di dinding, lalu senyumnya melebar saat gerakan matanya terhenti pada satu poster yang ukurannya lebih besar dibanding poster-poster yang lainnya.

Itu poster dari anggota favoritnya, Kang Yuchan.

"Jagoanku," batin Ungjae.

Sudah dua tahun Ungjae menggeluti dunia tulis-menulis fanfiction UNB, khususnya fanfiction Yuchan. Ungjae biasa menumpahkan semua fantasinya di dalam sebuah wadah internet yang bernama Wazzpad. Sialnya, stigma warga sekolah Ungjae terhadap Wazzpad sangatlah buruk, dan itu semua terjadi akibat kejadian tidak mengenakkan setahun yang lalu.

Tahun lalu, ada seorang siswa yang tertangkap basah menulis fanfiction yang tidak senonoh, hingga akhirnya dia (sempat) dituntut oleh artis yang bersangkutan. Walaupun pada akhirnya siswa tersebut tidak dapat hukuman apa-apa dari pengadilan, nama baik sekolah sudah otomatis tercoret sejak siswa tersebut di beritakan di TV.

Oleh karena itu, sekolah Ungjae sangat 'mengharamkan' penggunaan Wazzpad. Teman-teman sekolahnya pun sudah menganggap Wazzpad sebagai wadah untuk orang yang ngga bener, padahal nyatanya tidak demikian.

"Itu sih emang dianya aja yang ga tau aturan, iya kan?" oceh Ungjae, pada dirinya sendiri.

________

Satu malam berlalu, di balik akunnya yang bernama HeyJaechan itu, tercurahkan semua ide dan emosinya dalam Wazzpad. Kenapa Jaechan? Benar, Ungjae Yuchan.

Sekarang hari Senin, saatnya kembali ke rutinitas membosankan yang harus orang-orang lalui secara berulang-ulang hingga enam kali dalam seminggu.

Biasanya orang menanggap hari Senin itu menyebalkan, bukan? Tapi tidak dengan Ungjae, karena di hari itulah ia bisa bertemu dengan sosok yang telah ia nanti-nantikan. Sosok yang sinarnya melebihi cahaya rembulan di kegelapan. Sosok yang manis senyumannya mengalahkan permen caramel yang biasa dijual di kantin sekolahnya. Sosok yang...

"Hey bro! Hehehe," sapa seorang anak laki-laki berseragam sekolah yang perlahan menghampiri Ungjae seraya melambaikan tangannya teramat mungil, kalau tidak ada yang menganggap tangan-tangannya mungil, ya setidaknya mereka mungil bagi Ungjae seorang.

Senyuman khas yang dimiliki laki-laki itu membuat Ungjae terinfeksi. Senyumnya menular, rasanya seperti terpasang dua helai tali yang akan otomatis mengangkat ujung bibirnya selebar mungkin. Dari senyuman itu, Ungjae pun ikut tersenyum yang tak kalah lebarnya.

"Hey Kwanmin! Ke kelas bareng yuk," balas Ungjae kepada laki-laki yang disebut Kwanmin itu, lalu ia merangkulnya untuk masuk kelas bersama.

________

Di kelas, Ungjae mulai menyadari bahwa Kwanmin tak seriang biasanya. Berkali-kali ia menghela nafas, dan sesekali bibirnya mengerucut. Pasti ada yang mengganggunya, dan itu pun sudah pasti mengganggu Ungjae.

"Kwanmin, ada apa?" tanya Ungjae.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: May 02, 2018 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Midnight WriterDove le storie prendono vita. Scoprilo ora