Part 1: Menjadi Tidak Perjaka dan Menjadi Tidak Perawan

13.5K 1.8K 342
                                    

Love me love me
Say that you love me
Fool me fool me
Go on and fool me
(Lovefool by The Cardigans)

Dita's Note

Hari ini adalah hari wisuda pendidikan masterku. Hari ini aku resmi menyandang gelar Master of Sciense jurusan International Studies dari Seoul National University. Semuanya bagaikan mimpi dalam dua hari terakhir karena kemarin aku juga resmi menyandang status sebagai istri dari mantan playboy cap beruang kutub setengah sholeh, Yudhistira Yusuf Ansharri, yang biasa kupanggil Mas Dhisti, dan juga dia sebenarnya adalah kakak sepupuku dari pihak ibu. Ibuku dan Ibunya merupakan saudara kandung.

Hubungan yang lumayan rumit yang aneh kan? Kalian pusing? Aku juga bingung jika menjelaskan pada orang lain –yang mengenal kami atau tidak mengenal kami- bagaimana hubungan kami berubah sekarang.

Dari kakak adik menjadi suami istri...

Aku membayangkan apa reaksi satpam apartemen favoritku yang botak seperti Vin Diesel jika mengetahui statusku sekarang....

"Chloe? Apa yang kamu pikirin, sih?" Mas Dhisti melambaikan tangannya di depan wajahku.

Aku mengerjap dan nyengir, tidak lucu rasanya aku menjelaskan kalau aku memikirkan si pak satpam pada Mas Dhisti. Bisa-bisa ia sebal dan cemburu.

"Kenapa Mas?"

"Ayo foto denganku di sana." Mas Dhisti menarikku ke depan gerbang masuk SNU yang berbentuk unik dan asimetris. Gerbang itu adalah icon kampus ini dan teman-temanku juga sedang berfoto di sana.

Aku nyengir dan menggandeng tangannya, berpose seperti pada umumnya orang-orang yang baru selesai wisuda. Nakula berperan sebagai fotografer bersama Abby, wajah si kembar sulung terlihat sangat ceria. Aku menebak itu semua karena ada Abby di dekatnya. Sementara Sadewa sibuk dengan ponselnya, aku curiga sepertinya ada yang ia sembunyikan dari kami.

"Mepet lagi dong, masa gandengan tangan jauh-jauhan gitu." Nakula memberi tanda dengan tangannya agar aku lebih mendekat ke Mas Dhisti.

Abby tersenyum lebar dan mengangguk, menyatakan persetujuannya dengan perintah Sadewa. "Kurang mesra!" teriaknya usil.

Tubuhku terasa kaku, aku tidak mau menuruti maunya Nakula.

"Yaelah, udah suami istri juga. Tadi udah ciuman nggak tahu malu di ballroom fakultas. Ini pelukan aja ogah. Malam tadi pasti nggak naena, ya." Mulut Nakula dengan nyinyir tanpa tahu situasi dan kondisi mengoceh dan membuat wajahku merah padam. Aku mendengar Abby tertawa dan ia segera menutupi mulutnya dengan tangan ketika aku memelototinya.

Mas Dhisti meraih pundakku, membuat tubuhku menempel dengan tubuhnya. "Lakukan saja, daripada kita malu karena embernya Nakula," bisiknya dan nyengir.

Senyuman lebar yang terasa kaku kupasang di wajahku. Hangat tubuh Mas Dhisti terasa hingga ke balik jubah dan gaun yang kukenakan, lagi-lagi aku merinding. Berdekatan dengan Mas Dhisti terasa aneh sekarang kecuali kalau aku ingin tidur, aku bisa sangat tidur dengan sangat nyenyak kalau Mas Dhisti memelukku.

"Nah gitu dong, yang mesra. Sekalian ciuman deh.." ujar Nakula makin iseng di sambut tawa terkikik Abby.

Sialan! awas lu, Nakula.. ntar aku bongkar busuk-busukmu ke Abby...

Tanpa kukira, ketika aku sedang merencanakan balas dendam ke Nakula di otakku, bibir Mas Dhisti meraup bibirku dengan cepat. Aku mengerjap dan tidak bisa berpikir lagi, ketika hangatnya bibir Mas Dhisti menyentuh bibirku dan tangan kekarnya menahan punggungku. Ciuman ini berbeda dengan ciuman paksaan yang dilakukannya di kamarku di apartemen atau ciuman setelah aku turun dari podium. Bibir Mas Dhisti terasa sangat menggoda dan dengan ahli membuatku menyerah dan melupakan segalanya.

DD's Marriage JournalWhere stories live. Discover now