Sweety

33.1K 1.1K 145
                                    

Orang berfikir hidupku sudah sempurna. Wajah tampan, karir yang mapan, harta yang berlimpah. Apapun yang mereka inginkan sudah aku miliki. Itulah yang mereka lihat dan pikirkan. Mereka iri padaku, tapi mereka tidak mengetahui bahwa sebenarnya aku lah yang iri pada mereka. Khususnya dalam hal orang tua.

Aku bukan seorang yatim piatu. Aku masih memiliki seorang Ayah yang sekarang keberadaannya entah dimana. Masih hidup atau sudah matipun aku tidak mengetahuinya. Tapi kuharap dia masih hidup dan baik-baik saja, mengingat lebih dari sepuluh tahun menghilang tanpa kabar.

Usiaku tujuh tahun saat ibuku meninggal dunia. Beliau sosok yang bisa dibilang memiliki pribadi yang ramai atau lebih tepatnya cerewet. Ibuku meninggal karena sakit parah. Sakit yang baru aku tahu artinya saat usiaku menginjak sepuluh tahun.

Selepas kematian ibu, Aku dan ayahku hanya hidup berdua. Ditengah harta yang bergelimpangan ini, kami berdua merasa kesepian. Pribadiku yang ramai juga menghilang seiring kesuraman yang ada di hidupku. Tentu saja suram karena hanya ada dua manusia yang tinggal dirumah sebesar ini. Dan keduanya sama-sama ber-belalai. Sangat memuakkan.

Aku menjadi tertutup dan tidak memiliki teman. Namun aku menjadi sangat pandai dalam hal pelajaran. Belajar adalah satu-satunya hal yang aku lakukan untuk membunuh rasa bosan. Hahaha! Lucu sekali mengingat dulu aku sangat tidak menyukai belajar dan sejenisnya.

Mengenai ayahku, Namanya Namikaze Minato. Ayah pergi saat usiaku baru menginjak enam belas tahun. Masih aku ingat jelas wajahnya yang tidak setampan diriku dengan rambut gondrong yang menjadi ciri khasnya. Bukan merasa sombong, tapi itu memang kenyataan. Tidak percaya? Ya sudah!.

Ayah seorang pria pekerja keras dan pribadi yang setia. Aku sedang tidak membual! sungguh!. Ayahku tidak menikah lagi setelah ibuku meninggal dan aku rasa ayah memang hanya mencintai ibuku seorang. Dan tentu saja aku sangat menghormati hal itu.

Kami hidup tenang pun bahagia walau hanya akan saling berbicara seperlunya saja. Ya semua karena ibu sudah pergi. Dulu ibulah yang sering mencari topik obrolan agar suasana tetap ramai.

Aku juga sudah tidak terlalu memikirkan kepergian ibu lagi. Dengan ayah saja sudah cukup, kami akan saling menguatkan. Namun pada hari itu, "Ayah pergi memancing dulu ya! Nanti ayah bawakan ikan yang cantik untukmu Naruto!" Hanya itulah pesan terakhirnya padaku. Dan akupun berakhir sendirian. Tinggal dirumah besar ini seorang diri.

Seminggu kepergiaan ayahku tanpa kabar aku sangat sedih, bahkan aku berhenti sekolah beberapa hari dan mengurung diri. Tapi memasuki sebulan setelahnya aku malah merasa biasa saja. Aku sudah bisa makan dan pergi sekolah dengan perasaan senang. Entah kenapa aku tidak khawatir sedikitpun pada ayahku. Setidaknya di televisi dan surat kabar tidak ada berita kematian semacam..

'Telah ditemukan jasad manusia berambut kuning di sungai xxx. Diduga kematian diakibatkan karena si korban sibuk berfoto hingga terpeleset'.

Aku belum melihat dan mendengar berita seperti itu. Jadi aku anggap ayahku baik-baik saja hehehe.

Sekarang Usiaku sudah menginjak dua puluh sembilan tahun. Setidaknya itulah yang aku ingat. Bukan bermaksud lupa, aku hanya enggan memikirkannya saja. Berapapun usiaku aku akan tetap sendirian didunia ini. Hey! Aku bukan seorang Hakikimori yang benar-benar menutup diri dari dunia luar. Aku masih bertemu orang lain dan menjalankan bisnis keluargaku. Yaaahh walaupun kebanyakan aku menghabiskan waktuku di kamar dan bermain berbagai macam game.

Game yang aku mainkan bermacam-macam. Aku tidak menggeluti hanya satu jenis saja. Dengan kata lain aku memainkan semua jenis baik yang normal hingga yang menurut orang lain tidak normal. Kalian tau erotic game?  Itulah maksudku.

My Daddy WifeWhere stories live. Discover now