Tragedi

12 1 0
                                    


Hari ini semua warga sangat panik, gunung berapi yang ada di pulau tempat tinggalnya mengalami erupsi dalam sekejap. Seluruh warga sudah berhamburan keluar dari rumah mereka menuju pelabuhan untuk mengungsi ke pulau seberang. Tapi Gita dan Wanda masih di dalam rumah memikirkan bagaimana cara penangkaran hewan itu harus selamat dari erupsi gunung. Gempa tektonik yang makin terasa bangunan rumah warga mulai runtuh, suara teriakan warga sekitar semakin histeris.
"Ta, cepat kita harus cepat!!!". kata wanda panik
"Wan, penangkaran hewan harus selamat dari erupsi". Gita bicara lalu bergegas pergi
"lo gila ya!,lo masih aja mikirin penangkaran hewan bodoh itu!, kita harus selamatkan diri!". wanda menarik tangan Gita yang hendak pergi ke penangkaran hewan
"plak". suara tangan Gita menampar Wanda. "kalo lo pengen pergi aja, ga usah hiraukan gue. mereka juga makhluk hidup wan, hati lo dimana?!?!?". Gita bergas pergi.

Sebagian warga telah mengungsi ke pulau seberang dan sisanya masih di pulau penunggu kapal berikutnya. Ditengah bisingnya erupsi gunung dan gempa tektonik yang terus bergetar meluluhlantahkan desa di pulau, Gita tetap berlari ke penangkaran hewannya. Memang tak banyak hewan yang ada disana, 2 ekor beruang yang baru diselamatkan, beberapa ekor burung yang akan dilestarikan, 4 penyu, kura-kura dan 4 ekor ular. Untuk menyelamatkan penangkarannya itu Gita harus mengorbankan nyawanya. sesampainya disana Gita mengemudikan truck lalu memindahkan kandang hewan yang ada satu persatu.
"Gita, lo masih gila ya". kata seorang laki-laki yang nafasnya tak beraturan habis berlari.
"lo ga usah ikut campur urusan gue, kalo lo mau bujuk gue pergi jangan harap gue mau!". Gita menjawab sambil memindahkan hewan.
"maksud gue sama Emil kesini buat bantuin elo!". kata wanda
"yaudah cepet bantuin!, gue takut tau dari tadi!, gue kira gue bakal mati terpanggang disini, hiks.. hiks....hiks". bentak Gita sambil menangis

Mereka berangkat menuju pelabuhan. "untuk para penduduk pulau kori, gunung berapi sudah mulai mengeluarkan material panas, diharapkan penduduk yang masih tinggal di pulau untuk segera ke pelabuhan untuk menyebrang ke pulau dan mengungsi". peringatan dari kantor pusat pulau kori.
" sepertinya para penduduk udah pada nyebrang". kata Emil
"astaga!!! yatuhan aku lupa, kakek pendeta pasti masih digereja, Emil cepet puter balik". kata Wanda
"tapi gunung berapinya?, kata pusat gunungnya udah mulai ngeluarin material". kata emil
"cepetan mil cepet!!!" kata Gita panik

Mereka bertiga menuju gereja tua di pulau itu. lalu mencari kakek pendeta, bangunan gereja tua sudah hampir rubuh akibat gempa tektonik yang terus menerus.
"kakek!!, kakek dimana??". wanda bersuara lantang
"Wan kita harus cepat, coba cari diatas, mungkin dia ada di kamar atas" Kata Emil bergegas menaiki tangga menuju ruang atas diikuti Wanda dan Gita
" astaga kakek!!!" teriak Gita melihat seorang laki-laki tua tertidur dilantai
"Emil, cepet gendong kakek bawa ke mobil". perintah Wanda

Emil memindahkan kakek ke dalam mobil berwarna hitam yang terparkir di belakang gereja tua.
"ayo kita cepat". kata Gita
"kalian naik truk terus gue sama kakek akan naik mobil ini, cepet kita ga punya waktu, kapal di pelabuhan gak mungkin akan nunggu kita". Perintah Wanda sambil berlari

Mereka melaju kearah pelabuhan, tinggal satu kapal yang belum berangkat. Tapi mobil hitam Wanda belum tampak juga.
"Emil, mereka ketinggalan jauh?, Wanda baru bisa menyetir. Kita tunggu mereka aja ya baru masuk ke kapal". Gita khawatir.
Emil mengabaikan perkataan Gita, dia menyetir truck itu masuk ke dalam kapal
"eh Emil, apa yang elo lakukan?!, kakak gue belum naik kekapal!!! lo tega mil! tega lo!". berontak Gita memukul Emil dan mencoba keluar dari pintu truck, tapi pintunya dikunci.
"lo mending diem aja, dia pasti bakal selamat!, gue cuman jalanin perintah kakak lo aja". kata Emil memegang tangan Gita

Kapal mulai melaju kearah seberang, saat kapal mulai menjauh terdengar suara ledakan gunung yang dibarengi muntahan lava seperti kembang api, asap tebal dan hitam membungbung tinggi kelangit. Di atas kapal berdiri lemas Gita, duduk lalu menangis tersedu-sedu
"lo gausah sedih Ta, kakak lo pasti selamat". Emil berusaha menenangkan Gita dan memeluknya
"hiks...hiks.... gimana Wanda bisa selamat dalam erupsi sedasyat itu?, lo bener bener jahat sama gue mil, katanya elo bakal jadi orang yang baik buat gue! hiks...hiks, lo tau kan Wanda itu satu-satunya keluarga gue". Gita menagis semakin keras melepas pelukan Emil
"Wanda pasti selamat percaya sama gue". kata Emil memengang pundak Gita dan kembali mendekapnya.
Gita bingung tak bisa berbuat apa-apa, dia terlalu takut perasaannya tercampur aduk, Gita membalas memeluk Emil erat. Dia tak tahu harus melakukan apa.
"ohh jadi elo cari kesempatan sama Gita nih!!, sini gue hajar lo!!, main peluk-peluk sembarangan". Suara ini rasanya taka sing, apa ini benar atau hanya halusinasi saja. Gita berfikir dalam benaknya, memberanikan diri untuk menoleh. "Wanda!!!!". Gita berlari mendekap sosok yang ia rindukan.
"pasti lo kira gue gak bakal selamat". kata Wanda membalas dekapan Gita.
"hiks..hiks... lo jahat, lo tega buat gue kayak gini!!". Gita menangis lega.
"tapi lo seneng kan di peluk sama Emil". Wanda berusaha menggoda gita.
" apaan sih emang gue apa dipeluk-peluk sembarangan". Gita tersenyum senang.

Setelah beberapa minggu berada di pulau seberang, terlepas dari peristiwa mengerikan beberapa hari yang lalu, Gita termenung di pinggir pantai pasir putih menikmti angin dan pemandangan yang sangat indah. disana terlihat para warga sedang menikmati waktu, anak-anak berlarian. Sudah lama sekali Gita merindukan pemandangan yang seperti ini, tenang, nyaman, dan hangat. Rasanya tak ingin beranjak dari tempat ini. Tiba-tiba ada seorang yang merangkulnya dari belakang, dia adalah Emil.
"ngapain bengong?"
"nyaman aja ngeliat pemandangan indah gini, niatnya sih jogging tapi bangunnya kesiangan" jawab Gita sambil tertawa kecil
"dasar males, jalan jalan yuk". ajak Emil menggenggam tangan Gita.
"Aku minta ijin dulu sama Wanda dan Kakek"
"ayo, kalo perlu aku minta ijin langsung nikahin kamu aja". Kata Emil menggoda.
"iiihhh apaan sih". Gita tersipu malu, Emil membalas dengan memeluk Gita

Bersambung

 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 13, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ending Is My Sweet StoryWhere stories live. Discover now