Bab 1 : Roda akan selalu berputar, tak selamanya yang di atas akan terus di atas

79 9 1
                                    

Suasana malam itu, tidak seperti biasanya. Tidak terlihat canda tawa dan obrolan hangat di ruang makan. Ibu Gadis berusaha terlihat tegar, meskipun batinnya menangis. Beliau harus menguatkan Ayah Gadis dan juga Gadis yang terlihat bengong karena terkejut dengan perkataan Ayahnya yang sangat singkat.
"Roda itu berputar, tak selamanya yang berada di atas itu akan terus di atas." Ibu Gadis memecah suasana yang senyap dengan suara tercekat.
"Sekali lagi maafkan Ayah." Wajah Ayah tertunduk lesu, ada air mata yang merembes di pipi. Sedangkan Gadis, hanya terbengong tanpa mengeluarkan sedikitpun kata.

"Memang sudah jalannya seperti ini, dan Kita harus melewati semua ini." Kini wajah Ibu terlihat sedikit sumringah terbukti dari senyuman yang terkembang dari bibirnya. Ibu lebih cepat mengendalikan emosi dan menata hatinya dibandingkan dengan Gadis dan Ayahnya. Mereka masih membutuhkan waktu untuk mengendalikan emosi dan menata hati.

"Lantas, nasibku bagaimana?"Gadis berdiri dan tangannya menghentak meja makan. Suasana yang senyap kini pecah dengan suara hentakan tangan Gadis yang kuat, hingga sontak membuat kaget Ayah dan Ibunya. Wajah mereka tertuju ke arah Gadis. Ayahnya langsung kembali terutunduk dan seketika langsung tergugu. Anak perempuan satu-satunya itupun  berlari menuju kamarnya.

Ibu mendekati Ayah yang masih tertunduk dan tergugu. "Yah, sudahlah, inilah cara Tuhan menegur dan mengingatkan Kita agar bersyukur dengan apa yang ada. Ibu yakin ada hikmah di balik kejadian ini." Kata-kata Ibu yang lembut dan menyejukkan sedikit membuat Ayah tenang dan mulai menyadari.
"Bagaimana dengan Gadis, Bu?",suara Ayah terdengar begitu lirih.
"Masalah Gadis, serahkan sama Ibu. Biarkan dia dulu, besok baru Ibu akan bicara sama Dia." Ibu menepuk bahu Ayah dengan mantab sambil tersenyum.

Sementara itu Gadis menangis di pojok kamarnya. "Kenapa Tuhan, kenapa ini harus terjadi?" Wajah Gadis dibenamkan pada lipatan tangannya sambil terus menangis. Terdengar suara ketukan pintu kamar. Dan terdengar sayup-sayup suara Ibu memanggil nama Gadis.
"Gadis, ayo nak bangun."Mata Gadis terbuka pelan-pelan. Ia hanya berkedip-kedip saja saat ia mendengar suara panggilan Ibu. Tubuhnya seakan berat digerakkan. Seolah tidak ada tenaga dalam tubuhnya, semangatnya pun hilang.

"Ayolah Gadis, jangan seperti ini. Ibu yakin kamu bisa dan mampu melewati semua ini."Suara ketukan pintu kini terdengar agak keras.
Dengan mengumpulkan sisa-sisa tenanga yang ada dalam tubuhnya, Gadis yang tergeletak di lantai, karena semalaman dia menangis di pojok kamarnya akhirnya lelah dan tertidur di lantai berlahan duduk bersandar. Suara ketukan pintu dari luar itu semakin kencang, suara Ibupun makin kencang. Gadis, ayolah buka pintunya. Kita bicara sebentar saja."

Dengan bersungut-sungut, Gadis berjalan ke arah pintu dan membukanya. Terlihat senyuman Ibu dari balik pintu. Gadis langsung berbalik dan berjalan membelakangi Ibunya kemudian merebahkan badannya ke kasur dan menutupinya dengan bantal.
"Sayang, jangan seperti ini, Ibu tahu perasaanmu. Coba kamu pikir, kejadian ini sudah terjadi dan kenyataannya bisnis garmen Ayahmu mengalami kebangkrutan. Lantas, kamu menyalahkan Ayahmu dan kamu marah dengan kejadian yang sudah terjadi. Apakah itu akan mengembalikan keadaan yang sudah terjadi?apakah ini akan memperbaiki keadaan yang sudah terjadi?"Ibu berusaha menyingkirkan bantal dari wajah Gadis.

"Terus bagaimana dengan nasibku bu?Aku harus bagaimana?"Gadis menyeka air mata di pipinya.
Lagi-lagi terlihat senyum hangat sang Ibu yang menenangkan.
"Yang harus kamu lakukan adalah perbaiki sikapmu, ubah gaya hidup dan pola pikirmu." Belaian tangan Ibu yang lembut mendarat di kepala Gadis.
Lagi-lagi Gadis meneteskan air mata. Baginya itu adalah sesuatu hal yang sulit dilakukan. Karena ia sudah terbiasa dengan sebuah kemewahan, kebutuhan yang semua serba tercukupi. Tapi kini, semua hilang.
"Bagaimana kehidupanku setelah ini nanti?", Bisik Gadis dalam hati, sambil terus menangis.

Dunia seakan abu-abu di mata sosok perempuan berkulit kuning langsat itu. Belum tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Hati dan pikirannya masih diselimuti awan hitam tebal. Tidak ada satu idepun keluar dari isi kepalanya untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang ia hadapi saat ini.

Inilah yang disebut dengan dunia. Apapun bisa terjadi. Tidak peduli kita mau menerima atau tidak. Jika Tuhan sudah berkehendak apapun bisa terjadi. Yang harus dilakukan adalah bertawakal dan berdoa. Tetapi tidak bagi Gadis. Ia masih sangat sulit menyadari hal itu. Membutuhkan proses untuk menyadari kebangkrutan sang ayah.

COKLAT VS KOPIWhere stories live. Discover now