1. The Dare

22 7 12
                                    

Rian menyeringai jahil, "Truth or dare?" Baskara diam. Ia jelas tahu Rian sedikit gila dan kreatif dalam hal tantangan seperti ini, maka dari itu truth or dare bukanlah permainan yang bagus untuk dimainkan bersama Rian. Baskara menimbang pro dan kontra jika ia memilih salah satu pilihannya.

Kalo gue pilih truth, nanti si Bego nanya siapa cewe terakhir yang gue ajak tidur. Kalo dare-

"Waktu berjalan, ngerti kan lo? Lagian apa susahnya, sih, tinggal jawab doang? Gue gak bakal nanya macem-macem yang personal banget, kayak siapa cewe yang terkahir lo-" Kalimat Rian terpotong oleh ekspresi jijik dari wajah Baskara. Baskara sudah mengira. "Apa?" Tanya Rian sok polos.

"Dare, deh." Baskara akhirnya menjawab. Seringai Rian makin melebar, rasanya Baskara ingin menonjok wajah Rian saja agar seringai bodoh itu terhapus dari wajahnya. "Apa lo nyengir-nyengir?" Baskara melotot.

"Lo tau Lunar, kan?" Rian bertanya, yang mana sebenarnya ia sudah tahu jawabannya, Baskara kenal Lunar. Hanya saja ia ingin memanaskan suasana.

Tubuh Baskara menegang, pandangan horor dimatanya membuat Rian hampir tertawa lepas, pikir Rian itu terlalu lucu.

"Lunar...- maksud lo si Lunar-" Baskara mengerjapkan matanya tidak percaya. Wah, gak bisa banget, batinnya. "Kalo lo ngasih tantangan yang berhubungan ama itu cewe-"

"Nah iya, bener," Putus Rian tertawa, "Pas banget, mau gue kasih tantangan yang berhubungan sama dia." Ujar Rian seperti meledek. Baskara hanya menatap Rian dengan mata yang seolah bicara 'ngaco nih orang'.

"Nggak deh Yan kalo bawa-bawa dia." Baskara menggeleng. "Lo tau sendiri gue se-nggak suka apa sama dia."

"Tetep gak mau walaupun gue kasih Panda sebagai hadiahnya?" Ria menaik-naikkan alis kanannya, seolah menggoda.

"Panda siapa, bangsat." Kata Baskara yang serius tidak mengerti, siapa itu Panda. Atau apa itu Panda.

"Lah, lo gak tau Panda? Mobil gue yang warnanya item putih? Gak tau?"

"Siapa yang ngasih nama mobilnya 'Panda', coba?" Baskara bertanya aneh.

"Ya... gue?" Rian menunjuk dirinya sendiri.

"Goblok lo."

"Emang. Tapi mobil gue keren dan lo bucin ke Panda."

Tepat. Memang Baskara selalu jatuh cinta dengan mobil temannya itu. Panda, mobil tua yang gagah warisan kakek Rian. Menurutnya, benda antik itu sangat keren. Mobil klasik yang tidak lagi diproduksi dimanapun diseluruh penjuru dunia, itulah yang membuatnya keren. Jauh sangat keren.

"Jangan dipersulit dong..." Baskara menatap Rian penuh harap. "Gue mau si Panda, tapi gue gak mau kalo harus ada cewe itu sebagai syarat. Ganti tantangan apapun, gue terima deh." Baskara memohon agar Rian mengganti tantangannya, agar lebih mudah bagi Baskara untuk melakukannya.

Rian menggeleng.

"Yaudah Yan, ganti hadiah aja. Apa gitu, yang lebih buluk." Kali ini Baskara memohon agar Rian mengganti hadiahnya, agar lebih mudah bagi Baskara untuk menolak.

"Udah gue kasih pilihan, ya. Lakuin aja sih. Udah sepadan. Atau kalo mau lo tolak, it's okay. Palingan seumur hidup lo gak bakal ngerasain nyetir Panda..." Rian tersenyum licik, tahu betul Baskara akan melakukan tantangannya.

Baskara mengacak-acak rambutnya, mengehela napas kasar, akhirnya menjawab, "Iya deh, apa tantangannya?"

"YES!" Sorak Rian puas. "Tapi perjanjian dulu, apapun yang gue suruh, lo lakuin. Gak boleh lo tarik lagi perjanjiannya." Baskara mengangguk pasrah saja. Sepakat.

Baskara menatap lantai kayu, merasa gugup tiba-tiba. Ini gak bener. Gue tau ini gak bakal bener. Tolol, Baskara tolol. Batin Baskara pada dirinya sendiri. Ia menatap kearah Rian yang sudah menatapnya terlebih dulu.

"Gue mau lo..." Rian menggantung kalimatnya, yang hanya membuat Baskara semakin gugup. "Gue mau lo pacarin Lunar sampai kita lulus."

"HAH?!" Itu adalah sahutan spontan paling cepat yang pernah keluar dari mulut Baskara. Ia mengutuk Rian didalam hati, Lo gue tumbal ya, Njing. Itulah yang terulang-ulang dihati Baskara.

"Hehehe..." Hanya itu jawaban yang Rian beri. "Gak boleh dibatalin, ya. Udah perjanjian tadi." Ujar Rian memelas, sembari memberi ekspresi memohon.

"SETENGAH TAHUN LAGI, GOBLOK LO YA?!"

"Hehehe..."

"AH, GAK JELAS!"

"Hehehe..."

"NGOTAK YAN KALO NYURUH ORANG!"

"Hehehe..."

"JANGAN HEHE HEHE AJA LO!"

Rian diam, lalu, "Hehehe... maaf ya."

"Ah, anjing. Sebel gue sama lo, Yan."

Rian diam saja. Memang sih, ini keterlaluan. Rian tahu Baskara sangat tidak suka -hampir benci Lunar, tapi Ryan hanya ingin tahu bagaimana jika Baskara disatukan dengan perempuan itu.

Rian meraih rokoknya yang masih menyala, "Gak bakal kenapa-napa kalau gak dibawa serius, Bas. Kalem." Ujar Rian sembari menghembuskan asap rokonya, Baskara masih diam. Semua sudah sepakat, Baskara tidak boleh menolak lalu mobil Rian menjadi miliknya. Akhirnya Baskara mengangguk pelan.

Ah, hari itu. Hari dimana Baskara sedang bodoh-bodohnya, tidak sadar apa yang akan ia hadapi di kemudian hari. Jika saja Baskara tahu, tidak akan ia terima tantangannya, apapun hadiahnya.

_________________________________________
************************************

covernya kaco alay banget anjir HAHAHAHAHAH emsori gangerti cara bikin cover gimana

Segini dulu, gapapa ya? Maaf banget kalo pendek, terus mungkin cringe. Sebenernya bingung mau di post apa engga, karena jujur gua baca deskripsi yang gua bikin aja gua ngerasa ya emang gua gaada bakat di nulis tapi temen temen pada neken buat up yaudski. maapin bgt kalo jelek ehehheh. waktu yang ngajarin kita. mungkin semakin sering nulis, semakin gak jijiin nantinya?

oiya jangan expect yang bagus dari cerita ini ya! soalnya GUA ngerasa alurnya gak bagus bagus bgt (malah klise abis), tapi ini udah gua tulis dari 2017-an, abis itu gua tinggalin, baru skrg gua buka lagi wkwk

salam, T.

Lunar TerbiruWhere stories live. Discover now