Prolog

4.9K 567 30
                                    

Banyak yang bilang, setiap mahluk berbeda-beda, namun harus tetap saling menghargai. Jenis boleh beda-antar manusia dan binatang contohnya, binatang dan binatang, manusia dan tumbuhan, tumbuhan dan binatang. Semuanya memang beda tapi harus saling menjaga. Tiap makhluk berhak mendapatkan haknya. Tapi kenyataannya?





.
.
.
.
.
.
.
.

BUK

BUK

"Mati saja dasar mahluk aneh!"

BUK

"Teriaklah! Sakit kan? Hahaha! Oh, apa dia mengeong? KALAU BEGITU MENGEONGLAH!" pria itu mengangkat gagang kayu yang di dapatnya dari tumpukan sampah di sudut lain gang, ia mengayunkan kembali gagang sapu itu pada makhluk di depannya.

BUK

"MENGEONG DIA BILANG, BANGSAT!"

Mahluk itu merintih tanpa suara yang khas, hanya mendesis menahan sakit yang menjalar di tubuhnya. Onepiece putih yang dijahit seadanya itu sudah berubah warna menjadi coklat dengan corak merah darah di berbagai sisi.

"Oh, hey. Kudengar mahluk ini awalnya diciptakan untuk alat bantu seks 'kan? Kalau begitu dia harus menjalankan tugasnya, dong?"

Dua temannya lain menyeringai. Ia menatap mahluk yang kini tubuhnya bergetar dengan mata yang kosong. Ia menjambak rambut hitam legam tak terurus itu, menariknya sehingga mahluk itu terpaksa bangun.

"A-akh!"

"Akhirnya kau bisa berguna juga, hybrid jalang!"

.
.
.

Kenyataannya ... yang berbeda akan selalu di asingkan.

.
.
.


Hybrid kucing itu memekik ketika pria berbadan pendek itu menarik ekornya.

"Kudengar kucing paling lemah dengan ekornya, ternyata benar, hahaha."

Pria bertubuh gempal yang tadi mencengkramnya buru-buru membuka celananya, entah mengapa hanya membayangkan bercinta dengan hybrid ini saja sudah membuatnya 'tegang'. Karena memang kalau dilihat-lihat, tubuhnya sangat bagus. Ramping, kecil, mulus-minus luka-luka disekujur tubuhnya, dan lagi kulitnya yang putih bersih. Sayangnya dia laki-laki, tapi di jaman seperti ini perempuan atau laki-laki, siapa peduli?

"Isap punyaku, jalang!"

Pria bertubuh gempal itu memasukkan barangnya dengan paksa ke mulut hybrid itu, sedang yang lain memeganginya kuat sampai kulit-kulitnya memerah.

Hybrid itu memang sial karena harus menjadi gelandangan, terdampar di sebuah gang kecil demi mengais makanan sisa, yang malah berakhir dianiaya tiga pria mesum. Tapi dia juga belajar untuk tidak menyerah begitu saja.

Hybrid kucing itu mengigit barang pria yang ada mulutnya, mungkin berdarah karena ia merasakan rasa karat yang menempel di gigi-giginya.

"AAKK! SIALAN KAU!"

Hybirid itu berhasil lolos setelah menendang barang kedua pria yang memeganginya, namun si gendut itu bisa-bisanya menarik rambutnya yang memanjang karena tak terurus.

"SINI KAU SIALAN!"

"AAKHH! GGRR!" Hybrid itu menggeram marah, rambutnya perih, begitu juga sekujur tubuhnya. Padahal ia hanya kelaparan, kenapa malah jadi begini.

"Bangsat!"

Pria itu mengangkat tangannya, sedang si hybrid memejamkan matanya takut. Namun belum sampai tertampar, ia merasa tubuhnya terhuyung ke belakang-ia ditarik. Dan pria yang hendak menamparnya terjerembab ke belakang karena pukulan telak di wajah.

"Apa yang kalian lakukan! Dasar keparat!" maki pria itu. Tubuhnya tidak lebih tinggi dari pria yang paling tinggi tadi, tapi juga tidak sependek pria pendek itu, hanya surai silvernya yang mencolok.

Pria yang dipukul itu tertawa, "Jangan ikut campur! Urusanku hanya dengan hybrid jalang itu!"

Pria itu melirik sedikit ke arahnya, sang hybrid hanya menatapnya kosong dengan luka di seluruh tubuhnya. "Kalian menyiksanya, brengsek!"

"Ha! Hybrid hanya sejenis boneka seks. Dia bukan manusia, tapi juga bukan binatang. Mahluk seperti mereka hanya hasil percobaan untuk memuaskan nafsu saja!"

Pria itu menggeram, dia muak mendengar ocehan tentang hybrid itu. "SIALAAAN!" Ia pun memukuli ketiga pria itu dengan membabi buta.

Hybrid itu menatap nanar perkelahian di depannya. Pria gendut itu benar. Dirinya bukan manusia, bukan juga hewan. Dia setengah dari keduanya, dengan unsur-unsur buatan oleh para peneliti.

.
.
.

Padahal dibuat oleh manusia, tapi juga dibuang oleh manusia.

Mirip seperti sampah.


.
.
.

Ia menatap tiga pria yang sudah tumbang. Kemudian menatap tajam pria silver yang kini berjalan ke arahnya.

"Ggrr," sang hybrid menggeram, menolak adanya sentuhan saat sang pria siver mencoba meraihnya.

Pria silver itu menarik kembali tangannya. "Oh, maaf. Apa kau tidak suka sentuhan?"

Hybrid itu kembali menggeram, melihat pria silver yang masih pada tempatnya, ia pun berbalik dan pergi dengan tertatih-tatih.

"Hey mau kemana, tubuhmu masih-"

BRUK

"Tuh, kan. Kubilang juga apa, tubuhmu masih terluka parah begitu."

Ia pun menghampiri hybrid kucing yang tergeletak lemas itu, menggendongnya dan hendak membawanya pulang. Dalam hati ia memuja kulit bersih sang hybrid yang tersiram cahaya bulan.

"Cantik, hehe," gumamnya kemudian melanjutkan perjalanannya pulang dengan membawa sesosok hybrid di gendongannya.





































Gimana ada yang tertarik tidaaa? Aku masih ragu ini mau dijadiin angst apa fluff aja yaaa.
Vote dan Comment yaaa ;)

HYBRIDMAN! YOONGI [MinYoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang