Gadis Penggenggam Malam

GADIS PENGGENGGAM MALAM

/1/
Lebam yang samar, tak pernah terbaca oleh indra penglihatan. Ada yang bersembunyi dengan rapi, berusaha kukuh atas gema-gema keresahan dalam dada, tetap jenjam meski porak-poranda. Alunan sedu sedan yang menderu, membentuk sebuah fragmen antara harus memilih jatuh atau lumpuh.

/2/
Malam adalah sahabatnya, masih tersimpan ribuan enigma menunggu agar dipecahkan. Menjadikan yang lain bertanya-tanya apa yang ia rahasiakan sebelumnya, renjana atau gulana? Sebab mustahil sang atma rela terus-menerus berdiam diri jika diterkam memorabilia tanpa gusar sedikit pun.

/3/
Katanya hanya dari luka yang membuatnya digdaya, walau nyatanya justru malah menyulitkan yang semestinya tumbuh dan bercahaya. Aku mengakui bahwasanya ia memang kuat, memegang prinsip sangat erat. Setitik demi setitik simpati datang bermunculan, entah karena kasihan atau pencitraan. Ia tak peduli, menurutnya tak perlu memaksa seseorang untuk menetap. Sebab yang serius ingin tinggal maka afeksinya akan kekal.

/4/
Luapan pedih hingga bahagia ditumpahkan kepada malam, zulmatnya memberi ketenangan. Kelam, malam berarti kelam tatkala sepi mulai mencekam. Angin yang dingin, udara seolah-olah ikut prihatin. Mengubah setumpuk kisah semakin bermakna dan sempurna. Setiap kali beranjangsana pada malam, ia merasa kian membaik. Senyum bebas usik.

/5/
Aku yang cukup bangga, menyaksikan bagaimana gadis ini mampu kembali bangkit bahkan saat sakit tak henti mencabik-cabik. Tiada tangisan yang diumbar, tiada penyesalan yang keluar. Ia mungkin terlalu pasrah, aku tak menyangka kalau persoalan hidupnya jauh lebih berat dibanding rengekan putus asaku. Bersyukur, melaluinya aku dapat bersyukur. Aku sungguh mengetahui sorot matanya menyisakan segenap gundah pun hal itulah yang melahirkan resistansi bernama tabah.

—nurauliasari
#RelasiParadigma

Ilustration by: zipcy on Grafolio