Tata, gadis mungil berumur 6 tahun 4 bulan 2 hari yang selalu sumringah ketika aku pulang. Banyak rengekannya yg kadang membuat naik pitam, tp lagi lagi aku selalu luluh dibuatnya. Gadis mungil nan penurut, kini dia sudah masuk sd kelas satu, ketika berngkat sekolah selalu di kucir satu.
Pernah suatu ketika aku terlalu lama di rumah, dan keesokannya saya harus kembali ke kota orang, kala itu kita baru saja melaksanakan sholat maghrib mukena belum sempat ku tanggalkan, lalu tiba-tiba gadis mungil itu bertanya padaku "bulek, ngenjang pangkat Semarang?" Hmmm, ya aku hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Lalu dia menimpali lagi dengan pertanyaan lain "kenapa harus ke semarang? Kenapa enggak dirumah terus? Gausah ke semarang, dirumah saja, nemenin tata. kalau ada bulek tata seneng". Duuuuaaaar, hatiku seolah runtuh, aku yakin ucapan seorang anak kecil tak pernah bohong, ia tulus, tak ada kepura puraan. Air mataku sudah diujung. Aku menjawab pertanyaan itu dengan bingung "iya, nanti bulek berangkat ke semarang. Tp nanti pulang lagi. Bulek harus menyelesaikan sekolah dulu. Abis itu pulang kerumah. Nemenin tata". Lalu sang gadis mungil pun menimpali jawaban ku "janji nanti pulang lagi? Nanti enggak ke semarang lagi? Janji nanti nemenin tata?" "Iya, pasti". Sang gadis mungil pun meninggalkan ku, air mataku pun meledak.
Rasanya sudah tak ingin ku beranjak pergi ke kota orang, ingin ku lihat tumbuh kembang sang gadis mungil, menemaninya saban hari. Membicarakan perihal apa saja tentang kegiatannya hari ini. Memasakkan telur mata sapi kesukaannya, membuatkan susu cokelat hangat favoritnya, menemani ia mengerjakan pr, menyuapinya makan, bahkan tak jarang memandikannya.
Terimakasih sudah hadir dalam hidupku, semoga kelak ketika engkau dewasa aku masih bisa menjadi pendengar setia mu, menjadi orang tua mu selain bapak ibu. Dan semoga aku bisa menyaksikanmu menjadi gadis hebat dimasa datang.
