AKU DAN CINTA PERTAMAKU

41.7K 769 1
                                    


Juli 2006

Aku sangat semangat untuk sekolah hari ini, karena hari ini akan di adakan perkenalan kegiatan ekstrakurikuler untuk murid baru. tetapi bukan acara itu sebenarnya yang membuat aku semangat melainkan melihat kakak kelas yang ganteng berkeliaran di sekolah.

Aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Viola Darwin, kata ibu Viola diambil dari nama bunga sama sepertinya yang bernama Olive dan nama Darwin di ambil dari nama ayahku Mahardika Darwin. Aku murid baru di SMA Taruna Jaya.

Aku memiliki tinggi 155cm, aku tidak tinggi tetapi kata ibuku ada banyak keuntungan memiliki tubuh pendek salah satunya adalah memudahkan pasangan untuk mencium keningku. Rambutku panjang bergelombang, mataku cokelat dan bola matanya besar sama persis seperti ayah, hidungku mancung tetapi kecil. Aku memiliki kakak bernama Julio Darwin.

Ayahku pemilik salah satu bengkel besar di Jakarta dan ibu seorang ibu rumah tangga. Kak Julio adalah mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta.

...

Di sekolah aku memiliki teman bernama Clara. Kami bertemu saat sama-sama nyasar ketika mencari kelas. Dan ternyata kami sekelas akhirnya kami duduk sebangku.

Sejak pukul 07.00 WIB semua murid baru di suruh untuk ke lapangan tetapi sampai pukul 08.00 WIB acara belum juga di mulai. Aku dan Clara mulai bosan dan memilih untuk ke kantin. Setibanya di kantin aku langsung memesan es teh karena haus sejam berdiri di lapangan.

"HEH SIAPA YANG SURUH KALIAN KESINI," teriakan seseorang yang mengagetkanku dan Clara.

"maaf kak Rio, kita cuma haus," kata Clara pelan

Oh namanya Rio, tetapi dia siapa? mengapa dia memarahi aku dan Clara sedangkan dia sendiri di kantin. Aneh.

"BALIK KE LAPANGAN SEKARANG." teriaknya lagi

Akhirnya kami kembali ke lapangan. Di perjalanan aku diberitahu Clara kalau kak Rio itu murid kelas tiga dan dia adalah ketua osis sekolah kami, nama lengkapnya Ario Aska Giantara. Ganteng sih, tingginya 175cm, kulitnya sawo matang, rambutnya cepak posturnya persis teruna akademi militer. Clara bilang banyak yang suka sama dia, aneh ya cowok galak seperti itu kok banyak yang suka.

Acara sudah di mulai satu per satu tim ekstrakulikuler mulai menampilkan kemampuan mereka dengan baik. Saat tim basket tampil hampir semua murid perempuan menjerit apalagi Clara.

"Ini sih kaya lagi nonton catwalk model-model cowok," kata Clara padaku.

Saat kami sedang kegirangan menonton tim basket tampil, aku bisa melihat kak Rio terus melihat ke arahku. Mau apa dia? Masih ingin memarahiku?.

Setelah tim basket dan tim dance tampil, acara diistirahatkan sebentar untuk istirahat. Setelah istirahat giliran tim futsal yang tampil, hampir sama saat tim basket tampil murid perempuan kembali berteriak kegirangan melihat mereka menggiring bola. Kami hampir dibuat tertidur karena penampilan tim mading karena mereka hanya menampilkan slide persentasi. Akhirnya penampilan terakhir ditutup oleh tim taekwondo penampilan mereka membuat kami yang tadi mengantuk mulai segar kembali karena mereka menampilkan aksi yang gila menurutku, mulai dari mematahkan balok hingga memecahkan genting. Aku kira setelah memecahkan genting mereka selesai, ternyata tidak dikeluarkannya batu bata yang cukup besar yang akan mereka pecahkan. Yang membuatku terkejut adalah kak Rio yang akan maju sebagai eksekutornya dan dia berhasil. Keren.

Saat pulang sekolah aku menunggu kak Julio di pinggir lapangan parkir, sudah setengah jam tetapi dia belum juga datang. Dari kejauhan aku melihat kak Rio jalan ke arahku. Aku senyum dan dia juga senyum. Tampan juga dia kalau sedang tersenyum.

"Eeeh kak Rio," kataku setengah teriak

"Kenapa?," kak Rio terlihat ikut panik karena teriakanku

"Itu tangannya berdarah."

Dia langsung melihat bawah sikunya yang berdarah

"Loh ini kenapa ya?." kak Rio juga bingung menatap sikunya yang berdarah

"Aku obatin ya kak."

Ibu selalu memasukan tasku sebuah tempat kecil bentuknya seperti tempat pensil yang isinya peralatan pengobatan sederhana seperti minyak kayu putih, obat sakit perut ketika menstruasi, obat sakit kepala, obat merah dan plester. Kata ibu untuk berjaga-jaga jika aku mendadak sakit.

Ternyata dia terluka saat memecahkan batu tadi.

Ketika aku mengobati kak Rio aku pegang tangan kirinya yang terluka, saat aku olesi obat merah, tangan kanannya refleks memegang tanganku.

"Agak perih, Vio," kata Rio pelan sambil meringis

"Kakak kok tau nama aku, Vio?."

"Satu sekolah juga tau kamu. Viola Darwin cewek yang tadi kena hukum disuruh nyanyi di depan lapangan karena ngumpet di UKS," kata Rio sambil tertawa

"Tadi sebenernya aku emang engga enak badan beneran ditambah dengerin anak mading presentasi aku jadi ngantuk" aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal

"Hahaha engga apa-apa Viola kalo engga ada kejadian itu aku engga bakal tau siapa nama kamu."

Aku tersipu malu waktu Rio bilang begitu.

"Ini ngobatinnya udah belom?."

"Udah kak," kak Rio memandangi 'hasil karyaku' disikunya sambil tersenyum

"Kamu kenapa belom pulang? Hhmm aku antar pulang boleh?."

Aku sebenarnya mau, tapi bagaimana dengan kak Julio. Benar saja beberapa detik setelah itu motor kak Julio masuk lapangan parkir sekolahku.

"Engga kak makasih, aku udah dijemput," kataku sambil menunjuk kak Julio

"Pacar kamu?."

"Bukan kak, itu kakak aku."

Aku melihat raut wajah kak Rio berubah saat aku bilang kak Julio bukan pacarku, senyumnya langsung merekah.

"Oh, okay bye. Besok ketemu di kantin yaa."

Aku mengangguk semangat mendengar ajakan Rio.

...

Akhirnya sejak kejadian itu aku semakin dekat dengan kak Rio, aku mulai mengenal dia lebih dekat. Dia anak tunggal, ayahnya memiliki perusahaan arsitektur di Jakarta dan ibunya mempunyai sebuah salon.

Dan suatu hari dia menyatakan perasaannya saat ingin mengantarku pulang

"Mulai sekarang kita pacaran ya, Vio."

Mungkin kalimat itu tidak seperti ajakan tetapi tetap saja aku suka. Aku hanya mengangguk pelan sambil tersenyum saat dia mengatakan itu. Lalu dia mencium keningku. Sejak saat itu kami berpacaran.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang