Di kejauhan hari sebelumnya telah terlihat setitik cahaya suram, tertinggal di sudut-sudut ruangan tempat kita beraktifitas dengan jari-jemari dan otak.
Hari-hari itu terasa seperti hari yang berbintang di siang hari. Tetapi ku rasa cahaya itu hanya terlihat oleh seorang itu. Entahlah, siang terik menarik keringat kita ketika sedang dalam keadaan jatuh cinta. Namun aku baru saja melewatkan sedikit rencana yang seharusnya tak tercatat di buku catatan Tuhan. Tentu saja.
Ia. Ia agaknya dideru beberapa ombak yang membuatnya tertidur di atas dua bangku belajar. Aku disini menatap sang cahaya itu sendiri. Terkadang aku tersenyun atas bintang yang berkedip dengan sendirinya yang tentu sekuntum dari cahaya bulan telah menganugrahkanku perasaan ini.
