prolog.

10 1 0
                                    



Pernahkah kalian merasa susah untuk bergabung didalam suatu perkumpulan?

Memulai percakapan dan merasa sulit untuk bersosialisasi?

Jika iya, jangan khawatir kamu tidak sendirian. Hal ini dialami oleh beberapa orang di dunia ini. Termasuk aku. 


Namaku Lootust Zahira, biasa dipanggil Lootust.

Namaku diambil dari dua bahasa, bahasa Estonia dan Arab. Lootust berasal dari bahasa Estonia yang berarti harapan, sedangkan Zahira berasal dari bahasa Arab yang berasal dari bahasa Arab yang artinya bersinar. Secara keseluruhan, namaku bisa diartikan 'harapan yang bersinar' dan hal itu memang benar, orangtuaku begitu berharap kepada putri pertamanya ini agar menjadi orang yang punya harapan dan mampu berjasa bagi orang lain layaknya sinar matahari.

Bunda sering berkata kepadaku dengan senyum lembutnya.

"Putriku, bunda bersyukur telah dititipkan oleh Allah anugerah terindah. Jadilah anak yang shalihah ya Lootust.."

Sedangkan ayah tidak pernah mengatakan hal yang sama kepadaku.

Aku rasa aku tahu sebabnya, ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya di luar kota sehingga tidak pernah mengatakannya. Namun bukan berarti ayah tidak peduli kepadaku.

Ayah mengungkapkan rasa sayangnya kepada anaknya dengan cara yang berbeda. Beliau selalu mengirimkanku hadiah dengan surat cinta setiap beliau pulang dari luar kota dan mengecup keningku.

Bagiku ayah itu lucu, tidak pernah mengatakan hal apapun kecuali 'i love you' ketika bertemu putrinya. Tapi suka menulis surat cinta sampai lima halaman untuk mengeksprsikan bentuk cintanya kepadaku.

Alhamdulillah, hidupku berjalan normal seperti gadis-gadis lain.

Aku adalah gadis yang sangat disayang oleh orangtuanya. Namun, ada hal yang kurang dikehidupan 'sempurna' ku. Aku adalah anak yang sangat pendiam dan penyendiri sejak aku masih kecil.

Pada awalnya orangtuaku mengira aku bisu karena aku sempat mengalami keterlambatan belajar bicara hingga umur lima tahun. Orangtuaku membawaku ke psikologi dan mereka mengatakan aku baik saja, hanya terlalu malu untuk bicara. Well.., mereka benar aku memang seperti itu.

Keadaan ini terus berjalan hingga sekarang, diusiaku yang keempat belas. Disaat yang sama aku menemukan gejala social anxiety disorder atau fobia sosial didalam diriku, aku khawatir jika aku aku bersosialisasi, aku akan dijudge dan orang menganggapku aneh. Namun sebagai remaja yang sedang mencari jati dirinya, aku berusaha untuk berteman dengan teman-teman disekolahku.

Tidak mudah memang menjadi introvert. Namun aku yakin 100% bahwa seorang introvert sepertiku bisa bersinar seperti nama lengkapku, Zahira. Jika bersinar keluar lebih cocok untuk extrovert, maka introvert akan bersinar kedalam dirinya.

Inilah ceritaku,

cerita seorang gadis dengan social anxiety disorder yang yakin akan kekuatan glowing inside.

.

.

.

Please leave a comment and vote this story <3 

thankyou so much for stopping by :))


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 13, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Glowing InsideWhere stories live. Discover now