....”Ailee ah, maukah kau menikah denganku?”
Ailee terbangun dari tidurnya dengan senyum merekah dari sudut bibirnya. Rasanya masih seperti mimpi bagi Ailee ketika semalam ia mendengar kata-kata itu keluar dari bibir pria yang 3 tahun ini telah menjadi kekasihnya. Kemarin malam, di sebuah restoran mewah, pria itu melamarnya. Pria bernama Jung Il Woo, yang sangat mencintai dan menyayangi Ailee itu memintanya untuk menjadi pendamping hidupnya. Ailee bahagia, tentu saja. Ia masih bisa dengan gamblang menjabarkan sensasi degup jantung yang dirasakannya saat pertanyaan itu meluncur dari bibir merah Il Woo, kekasih yang amat dicintainya. Jantungnya berdegup begitu kencang sampai-sampai Ailee merasa jantungnya seperti akan meloncat dari rongga dadanya. Saat itu, Ailee tidak mampu berkata apa-apa, lidahnya kelu. Ia membeku, tersipu. Ailee bukannya tidak bahagia karena dilamar oleh kekasihnya. Hanya saja, ia merasa semua ini terlalu mendadak baginya. Intinya, ia terlalu bahagia mendengar lamaran kekasihnya.
Namun demikian, kebekuan Ailee tak berlangsung lama, karena ketika itu kekasihnya berseloroh “Sayangku, mau berapa lama lagi kau akan menjawabku? Lututku bisa kram karena terlalu lama berlutut begini...”
Mendengarnya Ailee tergelak lalu berkata “Tidak, oppa...”
Il Woo nampak terkejut mendengar jawaban kekasihnya itu. “Apa? Kau tak mau menikah denganku, Ailee ah? Waeyo?”
Gadis manis itu lalu tersenyum menggoda, “Dengarkan dulu, aku belum selesai... Aku tidak akan menolak lamaranmu, oppa... Tentu saja aku bersedia menikah denganmu... Karena aku tak punya cukup alasan untuk menolakmu menikahiku...”
Il Woo tersenyum sumringah mendengar jawaban yang memang amat dinantikannya itu. Segera ia memakaikan cincin berlian yang sudah dipegangnya sejak berlutut di depan kekasihnya itu.
Malam itu milik mereka berdua. Semalaman mereka berdansa di restoran yang memang sudah dipesan Il Woo hanya untuk mereka berdua saja. Il Woo memang telah merencanakan hal ini sejak lama, merayakan perayaan 3 tahun hubungan cinta mereka dengan melamar Ailee, gadis manis yang 3 tahun ini selalu menemani hari-harinya dengan canda tawa, meski terkadang ada pula air mata terselip disana.
Ada kisah lucu di awal pertemuan pertama mereka berdua. Saat itu, Il Woo bertemu dengan Ailee secara tidak sengaja di sebuah bioskop. Ia dan Ailee bertubrukan ketika sama-sama tengah berjalan terburu-buru dari arah berlawanan. Sejak itu, takdir mempertemukan mereka lewat serangkaian pertemuan tak disengaja lainnya.
---0o0---
“Oppa, aku tak ingin pesta mewah...cukup yang sederhana saja.”
Il Woo tercenung sejenak, sebenarnya ia agak keberatan dengan ucapan kekasihnya itu. Reputasinya sebagai manajer salah satu perusahaan terkemuka di Seoul dipertaruhkan disana, di pesta pernikahannya kelak.
“Tapi, aku punya banyak kolega yang harus kuundang, tentu saja kita harus menjamu mereka dengan layak, sayang...” jawab Il Woo berdiplomasi. Ailee agak merengut mendengar jawaban pria itu. Ia sebenarnya sudah menduga jawaban semacam itu akan terlontar dari kekasihnya itu. Il Woo memang dikenal sangat perfeksionis dalam segala hal, wajar saja kalau ia nampak kurang setuju dengan keinginan Ailee.
Semenjak lamaran Il Woo di malam itu, keduanya mulai disibukkan dengan kegiatan mempersiapkan pernikahan yang akan diselenggarakan kurang dari sebulan lagi. Banyaknya urusan pernikahan yang harus mereka selesaikan membuat intensitas pertemuan mereka agak berkurang, sehingga mereka kini lebih sering saling bertatap muka lewat gadget masing-masing, mengobrol lewat skype atau sekadar berkirim kabar lewat sms. Il Woo dengan segudang pekerjaannya di kantor, semakin tersita waktunya dengan urusan pernikahan yang tengah dipersiapkannya. Begitupun Ailee, meskipun ia hanya bekerja paruh waktu sebagai kontributor di sebuah majalah dan tidak sesibuk kekasihnya, tetap saja urusan persiapan pernikahan menyita sebagian besar waktunya.
