Prolog

9 0 0
                                    


Apakah salah untuk merasakannya? Rasa yang sulit untuk dipahami, tidak ada yang mengerti. Namaku Khun, aku pria yang percaya bahwa siapa saja berhak mencintai siapapun yang ia inginkan. Inilah kisah cinta yang aku alami, sebuah rasa yang salah tapi aku tak ingin menyalahkannya.

Semua bermula ketika aku bertemu dengannya, Chai. Atlet volly yang fotonya terpampang dalam akun instagram anak terkenal di kampus. Tubuhnya sangat atletis dan tampangnya cukup menunjang untuk dikagumi para mahasiswi. Berbeda dengan diriku yang biasa-biasa saja, tapi setidaknya aku selalu wangi dan rapih, tidak terlihat buruk.

Kami berdua mahasiswa semester akhir di kampus ini. Berbeda jurusan, tapi kami berada dalam satu kelas yang sama untuk mata kuliah umum bidang sosial. Dalam tugas mata kuliah ini aku dan Chai terdaftar dalam satu kelompok yang sama.

Chai cukup tegas dalam memberi masukan dan pendapat, gaya bicaranya cukup baik. Tugasku membantu kelompok menyelaraskan semua pendapat yang ada, menyusunnya menjadi apa yang pada akhirnya harus kita kerjakan bersama. Sudah jelas bukan siapa ketua dan sekertarisnya? Sebagai ketua yang baik, Chai sangat perhatian dengan kinerja kelompoknya, tak terkecuali padaku sang sekertaris.

"Ok, tugas kita kan buat sebuah acara bakti sosial, gimana kalau kita adain acara di Panti Asuhan Asih di Chiangmai? Jaraknya gak jauh dari sini, mereka butuh banyak bantuan utamanya dana oprasional. Kita juga nantinya bisa wisata disana karena lokasinya yang sejuk di pegunungan". Ide Chai ini langsung mendapat dukungan penuh kelompok kami. Selain karena idenya yang menurut kami bagus, anggota kelompok yang lain pun kehabisan ide untuk tugas ini.

"Nah, sekarang yang pertama perlu kita lakuin adalah penggalangan dana. Aku ada ide gimana kalau kita galang dana di acara car free day kampus Minggu pagi?". Semua setuju kecuali aku yang jatuhnya mau gak mau setuju, merasa sial karena bangun pagi adalah kesulitan utama dalam hidupku.

"Sorry guys aku telat", ujarku dengan wajah yang cukup lelah setelah mengejar waktu dan mencari keberadaan kelompokku ditengah keramaian car free day. "Ok ok, langsung ikut kita galang dana aja. Btw kamu parkir kendaraanmu dimana?", tanya Chai. "Aku pakai taksi, aku gak bawa kendaraan pribadi ke kampus", jawabku sambil menerima kotak penggalangan dana yang diberikan Chai. "Ah I see, yaudah ayo kita galang dana".

Aku tidak terbiasa bangun pagi. Bangun pagi membuatku suntuk sepanjang hari karena mengantuk. Sial hari ini matahari pun entah kenapa terasa sangat terik, kepalaku mulai pening. Dalam hati aku menggumam, kapan penggalangan dana ini selesai, aku mau pulang.

Panas terik yang menusuk kulitku secara tiba-tiba hilang, terasa teduh. Sambil terus menggalang dana aku baru tersadar kalau ternyata teduh ini karena payung diatas kepalaku. "Chai? Kamu bawa payung? Kenapa gak dari tadi panas banget ini", teriakku melihat Chai yang ternyata memayungiku sedari beberapa menit yang lalu. "Udah, ini aku bawa minum", Chai menyodorkan minuman ke arahku. "Aku aja yang pegang kamu minum cepet ini enak loh", timpanya. Minuman itu benar enak, tapi aku agak heran kenapa harus disuapinya? Aku bisa pegang minuman itu sendiri. "Sekarang lanjut galang dananya ya, sambil aku payungi", kata Chai.

Aku lanjutkan penggalangan dana dengannya yang memayungiku. Kenapa aku dipayungi? Masih banyak anggota kelompok lain yang juga kepanasan. Mungkin perasaanku saja kalau terlalu diperhatikannya saat itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 10, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RasaWhere stories live. Discover now