Pelukan Itu Takkan Terlupakan.

428 3 2
                                    

Kejadian ini sebenarnya bukan hal yang istimewa namun sangatlah berharga bagi kami yang selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kami alami.

Tepat pukul 10:15 saya beranjak dari ruangan kelas yang penuh dengan kertas jawaban mahasiswa. Kertas-kertas jawaban itupun tak lupa selalu kami masukkan kedalam cassing khusus yang disertai nama para dosen pengajar setiap pelajaran. Waktu terus berjalan sehingga tepat pukul 11:45 saya beserta 3 teman kami yang bertugas sebagai tim distribusi cassing ujian berangkat meninggalkan kampus kami Universitas Darussalam Gontor (UNIDA) guna mendistibusikan cassing lembar jawaban ketempat-tempat yang akan kami tuju. 

Tujuan pertama kami adalah kediaman rumah Ustadz sebut saja Ustadz Fulan, namun sampai disini suasana seperti biasanya berjalan dengan lancar. Selanjutnya, kami beranjak pergi menuju Universitas Muhammadiyah Ponorogo, namun hal serupa terjadi tidak ada yang istimewa hanya sedikit candaan kepada pak satpan yang sedang menjaga pintu masuk gedung Rektorat Universitas tersebut. Setelah urusan kami selesai di kampus tersebut, lalu kami pergi menuju IAIAN Ponorogo yang berjarak tak jauh dari UNMUH Ponorogo.

Beberapa saat setelah meninggalkan kampus UNMUH tibalah kami di kampus IAIAN1. Mata tajam dengan style rambut cepak salah satu satpam mendatangi kami, lalu berkata: "Siang mas ada perlu apa?" Lalu salah satu teman kami menimpali anggap saja batep: "kami sedang ingin mencari pak Fulan 2 dan ingin memberikan cassing ujian mahasiswa UNIDA, apakah ada pak?" Satpam: "ada mas nanti mase silahkan tanya bapak itu yang sedang menyapu dimana kantor beliau ya!" Batep: "oke pak siap 86!". 

Setelah terjadi percakapan ringan lalu kamu menuju kepada bapak yang sedang menyapu lalu kami menyambanginya dengan salam Batep: "Assalamu'alaikum pak! Pak kantor istirahat dosen dimana ya?" Dengan postur setengah baya dan raut wajah yang semringah sang bapak menjawab: "Wa'alaikumsalam mas, iya ruang dosennya di gedung sebelah tanjakan!" lalu salah satu temen kami nyeletuk sebutlah Tua: "Tanjakan apa turunan pak?" Lalu kami semua hanya dapat tertawa lepas dengan sang bapak. Kami: "Terima Kasih ya Pak heheh!".

Namun, lagi lagi tidak ada yang terjadi apa apa disini hanya interaksi biasa sesama dosen dan kami. Kemudian kami beranjak ke Kampus baru IAIAN, lagi-lagi tak ada interaksi yang berbeda mungkin hanya sepercik candaan penuh tawa dengan teman-teman yang bergumam dilorong ruang dosen. Tetapi, kami sempat melakukan salah satu prank yang tengah viral belakangan ini yaitu "Hey Tayo!" dan prank ini berhasil heheh.

Melanjutkan perjalanan ke tempat yang dituju agar semua cassing jawaban aman bernjaklah kami menuju ke PonPes Al-Iman Putra yang sebelumnya kami sempat mampir sebentar di Al-Iman Putri. Sesampainya kami disana guna melakukan Sholat Dzuhur terlebih dahulu, tiba tiba ada suara dari balik tangga Masjid "ustadz Musta'an ustadz Musta'an!" tertujulah saya kepada seseorang yang memiliki perwakan hitam dengan hidung mancung sedikit mirip Arab pinggiran berlari menghampiri saya lalu menyalami kami semua. Sedikit perbincangan telah terlontarkan. 

Segeralah kami menuju kediaman pimpinan PonPes tersebut. Teman saya yang tiga menuju kediaman beliau dan saya hanya berdiri depan rumah hanya untuk melihat luas pandangan saya terhadap pondok ini. "Ustadzzzz Musta'annnn!!" seketika saya langsung mencari dari arah mana suara itu, nampaknya ada seorang santri yang melirik dari bilik pintu kamar mandi. Lagi-lagi dia berlari kearah saya, namun tak dapat saya sangka dia lari dan langsung memeluk erat saya. Terpikir dibenakku baru kali ini saya dipeluk dengan santriku, apakah dia ingin melepas kangen kapada saya yang dulu pernah mendidiknya? apakah ada isi dari hatinya yang ingin dibicarakan? tak terpikir dibenakku kenapa kamu disini? Benar saja itu semua.

"Ustadz kayfa halukumm?" Saya: "Alhamdulillah baek nak, ente?" Anak: "Alhamdulillah stadzzz". Perbincangan hangat itu terus berlangsung. Anak: "Stadz antum lagi ada apa stadz kesini?" Saya: "ana cuman ikut temen-temen ngirim cassing ujian" Anak: "stadz ayo stadz mau keliling pondok gak ana temenin?!" seketika saya berasa sangat dipandang besar olehnya. Namun saya sedikit menolak dengan cara yang lebut pastinya "owh na'am syukron nak tapi ana cuman sebentar doang ini". Lima bulan kami tak berjumpa lalu saya memberanikan bertanya kepadanya "ente bisa kesini kenapa?" Anak: " ya gitu stadz ana kan kemaren pindah ke Gontor 3 terus agak kurang betah jadilah ana pindah kesini. Saya "Loh kenapa ente milih ke pondok lagi?" Anak: "udah jadi resiko ana stadz mau masuk Gontor ya bagaimanapun ana tetap akan ke pondok" hmmm keren banget nih anak jauh-jauh dari Sumatra masuk Gontor atas kehendak sendiri tanpa diantar orang tua. Begitulah hati saya bergumam. "Eh stadz Tapi enak loh disini" Saya: "kenapa?" Anak: "kita bisa deket banget sama Ayah". (ayah sebutan akrab buat pimpinan PonPes tersebut.

Banyak sekali dia menceritkan tentang Pondok tersebut, mulai dari luas wilayah, sawah pondok dan apa saja yang bersangkutan dengan pondok. Tak lama kemudian Pimpinan Pondok tersebut keluar, lalu segeralah saya menghampiri beliau lalu menyalaminya. Hanya sedikit pembicaraan antara kami berdua yang berkaitan dengan kegiatan fakultas kami di UNIDA. Hendaklah kami meminta izin untuk pamit, namun anak tadi tidak beranjak dari tempatnya menunggu saya dilataran rumah. Anak: "stadz ayo stadz keliling dulu, ana abis buat diwan (kantor khusus) buat diesel dan juga basatin, mungkin antum mau liat-liat dulu?!" Saya tak dapat menolaknya kali ini. Nyatanya semua kamar diesel dan basatin merupakan hasil rintisan dia dengan temannya. Sungguh sangat memotivasi sekali, sesekali saya liat wajahnya yang terlihat senang nan bahagia menyiratkan tiadak kata putus asa dalam dirinya.

Beberapa saat kemudian kami izin pamit, namun beberapa kata disampaikannya dengan wajah setengah lesu karena ingin kami tinggal "stadz titip salam ke Ustadz Dadang ya wali kelas ana dan musyrif lainya ya?! " Saya: "Siap In Sya Allah". Berangkatlah kami semua, namun dari dalam kaca mobil saya tak pernah berpaling melihat wajahnya teduh yang sedang berdiri disamping tiang asrama. Dalam perjalan pulang saya selalu menatap wajahnya seakan-akan dia dapate bertemu kembali bersama kami.

Pelukan itu takka terlupakan~

Pelukan Itu~Where stories live. Discover now