SEBAIT MASA LALU(Tentang salah satu episode kehidupan yang mendewasakan)

42 0 0
                                    


Apa kabar hati?

Bukan salah hati jika lukanya terlalu dalam.

Bukan salah hati juga pernah mencintai terlalu banyak.

Perihal hati bukankah tak pernah ada habisnya?


Aku bahagia pernah memilihmu. Pernah bersama denganmu bukanlah hal yang patut aku sesali. Walaupun kisah kita tidak seindah cerita novel yang pernah kubaca. Walaupun kisah kita tak semanis drama korea yang pernah kutonton. Walaupun ending dari perjuangan cinta kita adalah tragedi, aku bahagia pernah bersamamu. Aku bahagia pernah ada kamu yang mengisi salah satu relung hatiku, kucintai dengan segenap rasa tanpa karena.


Mencintaimu mengajarkan aku arti perjuangan. Melatihku tentang arti kesabaran. Memberiku luka berkepanjangan, membuatku mengerti arti kehilangan, sekaligus memahami makna mengikhlaskan. Meski berujung luka, aku pernah bahagia.


Masihkah kau ingat waktu pertama kali kita dekat? Kau terdeteksi dalam radar ingatanku sebagai lelaki yang baik. Dirimu yang hangat, ramah, lucu, dan humoris mampu memberikan rasa nyaman buatku. Saat itu aku dalam masa sedang cantik-cantiknya bukan? Jelang sebulan sebelum wisudaku kau mulai mendekatiku. Memperhatikanku lewat telepon-teleponmu setiap waktu hanya sekadar memastikan aku di mana, sedang apa, dan bersama siapa.


Kau yang aku kenal di awal adalah orang yang sabar. Masa-masa pendekatan yang cukup indah. Kau banyak mendengarkan cerita-cerita tidak penting dariku. Kupikir saat itu kau benar-benar menyukaiku. Kupikir kau benar-benar mencintaiku. Tak pernah sedikitpun aku menduga kalau aku bukanlah satu-satunya wanita yang berpikir benar-benar dicintai olehmu.


Kau berhasil meyakinkanku dengan caramu bahwa aku adalah satu-satunya yang pernah benar-benar menyentuh relung hatimu terdalam. Sebuah keyakinan yang membuat aku yakin untuk berjuang bersamamu. Keyakinan yang membutakan mataku untuk menentang kehendak orang tua demi memercayai keyakinanku tentangmu.


Sebelum aku tahu ada banyak dia, dia, dan dia yang lain yang berpikir sama : benar-benar dicintai olehmu.


Sudahlah, itu adalah perkara lampau. Sekarang aku telah menapak masa depan. Sudah berapa tahun berlalu. Kukira mungkin aku sudah lupa. Mungkin hatiku sudah baik-baik saja. Aku ingin mencoba memulai kembali namun, selalu terhenti di langkah pertama. Sejenak mengenang luka lama aku masih terpaku dan membatu. Semakin kencang aku berlari, lagi, lagi, dan lagi aku kembali ke titik awal. Meski rasa cinta sudah lama berlalu rasa sakitnya masih juga membekas.


Di satu titik aku percaya, ada suatu masa kita pernah benar-benar tulus saling mencintai. Rasa cinta yang terlalu kuat jika harus berakhir sia-sia seperti saat ini. Mungkin, saat mencintai kita saling menggenggam terlalu erat hingga rasanya sesak dan menyakitkan. Sebesar apa rasa cinta yang mampu meninggalkan goresan luka dan sakit yang mendalam? Seolah perjuangan saat melukis kisah cinta kita tak lagi berarti.


Pernah di suatu masa kita menghabiskan hari-hari bersama. Waktu bersandar di pundakmu terasa menenangkan. Menatap senyummu menyenangkan. Di waktu lampau kau pernah menjadi sumber energi dan kekuatan. Seseorang yang pernah mati-matian kupertahankan. Kau pernah menjadi seseorang yang begitu penting dalam salah satu episode hidupku. Seseorang yang hadir sebagai penawar dalam penantian panjangku.


Beberapa tahun yang lalu, kau adalah seseorang yang membuatku merasa tak sanggup menjalani hidup tanpamu. Kau pernah menjadi ketakutan terbesarku untuk kehilanganmu. Membayangkan kata aku dan kamu tak lagi menjadi kita, dulu mampu begitu melemahkanku.


Dulu. Dulu sekali. Kau adalah masa lampau yang sesekali masih kusebut dengan luka lama. Kau adalah coretan kenangan pahit dan manis yang sesekali menyamar sebagai mimpi buruk. Kau adalah ketakutan yang sesekali masih menghantui setiap langkah yang kujalani. Kau pernah menjadi cinta terbesar dalam hidupku. Cinta terbesar yang akhirnya menjadi luka terdalam yang pernah hampir membunuhku.


Kau adalah kenangan yang telah kuhapus tapi tak pernah benar-benar terlupakan. Kita pernah jadi sepasang yang saling menggenggam erat sebelum akhirnya memilih untuk saling melepaskan.


Aku bahagia pernah memilihmu. Ada banyak hari-hari indah yang kita ukir bersama. Meski tak bisa kupungkiri rasa sakit dan luka yang tertoreh seribu kali lebih besar dibandingkan kenangan manis yang terukir. Aku percaya di suatu masa kita pernah benar-benar saling berjuang dan mempertahankan.


Pilihanku untuk bersamamu meski akhirnya aku menyerah dan memilih sendiri, tak pernah kusesali. Ada banyak pelajaran hidup yang kudapatkan dari mencintaimu. Aku belajar untuk setia dari setiap perselingkuhanmu, aku belajar untuk mengalah dan meredam amarah karena mencintaimu, aku belajar bersyukur dan menghargai orang-orang yang menyayangiku dari setiap torehan luka yang kau berikan.


Sekarang, aku hanya ingin membasuh luka. Aku akan tertatih menapak langkah demi langkah masa depanku sendiri hingga nanti mampu berlari. Perkara menyembuhkan aku yakin waktu adalah dokter terbaik. Aku akan pasrahkan semua kenang dan bayang seiring waktu kan tertinggal di belakang.


Untukmu dari masa lalu : terima kasih untuk cinta, luka, dan pelajaran hidup yang teramat berharga.



end. Jakarta, 02 Desember 2018. Coretan di penghujung tahun. 

AKU BAHAGIA PERNAH MEMILIHMUWhere stories live. Discover now