R e m e m b e r [completed]

178 31 5
                                    

"Sei–maksudku, Akashi-kun, sudah bangun?"

Yang ditanya mengerjapkan mata beberapa kali, mengumpulkan energi, sebelum akhirnya menoleh ke arahmu dan bertanya. "Kau lagi?"

"Em... yah..." kau hanya menggaruk belakang kepalamu dengan gugup. Tatapan tanpa ekspresi yang ditujukan padamu otomatis membuatmu tidak nyaman.

Manik heterochrome beralih ke arah barang bawaanmu. "Apa itu?"

"Ah, ini?" kau kembali memasang ekspresi ceria. "Aku membawakanmu sup tofu. Aku membuatnya sendiri."

Lagi-lagi jeda selama beberapa saat, entah menimbang-nimbang atau sekadar menilai, hanya dia yang tahu.

"...memangnya aku suka sup tofu?"

Kata-katanya bisa diibaratkan sebagai panah imajiner yang menohok dadamu. Sakit.

Memaksakan diri untuk tersenyum, kau berusaha menjelaskan. "Sei– maksudku, Akashi-kun sudah menyukainya sejak dulu."

Sudah lima hari berlalu sejak kecelakaan itu mengambil ingatan Akashi alih-alih nyawanya. Dia bahkan tidak mengingat hal-hal yang sangat dekat dengan dirinya, teman-teman setimnya, bahkan dirimu.

Ya, Akashi Seijuuro kehilangan ingatannya soal dirimu sebagai pacarnya.

Fakta yang sangat menyakitkan, apalagi dengan karakternya yang masih menjunjung tinggi keabsolutan.

"Aku benar dan aku selalu benar. Aku tidak mungkin punya pacar." Itulah kata-kata yang diucapkannya ketika kau berusaha memeluknya.

Penolakan yang kentara itu terang saja membuat air matamu jatuh.

Tapi bukan [surname][name] namanya kalau menyerah begitu saja.

Misimu kali ini adalah berusaha membangkitkan ingatan Akashi – sedikit demi sedikit.

Kau menopangkan dagu di tangan, memperhatikan Akashi yang memakan sup tofu-nya dengan postur elegan – seperti biasa.

"Dou da? Enak?" tanyamu sumringah.

Jeda sekitar 5 detik. "Tidak buruk." Akashi berkomentar pelan. "Makanan ini dulu favoritku?"

Kau mengangguk.

"Kalau begitu, buatkan lagi untuk hari berikutnya. Dan tentu saja, ini–"

"–perintah. Ya, aku tahu." Senyummu kembali merekah. "Akan kubawakan sup tofu yang banyak." Seperti dulu.

Akashi menyipitkan mata, namun tidak berusaha membantah. "Dan tanyakan pada dokternya kapan aku bisa keluar."

"Oke."

***

"Lukanya bahkan masih belum sembuh, dan dia sudah merengek minta keluar?" Aomine menepuk dahinya. "Mattaku, kenapa hal pertama yang dia ingat adalah karakternya, sih?"

"Tapi Akashicchi pasti tidak betah berlama-lama di rumah sakit-ssu." Kise menimpali. "Sayang sekali dia lupa – ittai! Kurokocchi, kenapa tiba-tiba memukulku?"

Sosok pendek berambut biru berucap datar. "Oh, ternyata Kise-kun masih ingat? Berarti aku tidak bisa mencoba teknik ini ke Akashi-kun."

"Itu cara kuno, Kuro-chin," nom, nom, nom.

"Menurut ayahku, Akashi baru bisa rawat jalan 2 minggu lagi-nodayo." Midorima membetulkan letak kacamatanya.

Kau mengangguk lesu. Akashi memang masih tergantung dengan kursi rodanya, dan luka-luka di tubuhnya juga tidak bisa dikategorikan ringan. Butuh waktu lama untuk benar-benar memulihkan kondisi fisiknya--belum lagi amnesianya itu. Kau memaksakan senyum ketika berkata, "Arigatou, Midorima-kun."

Remember [Amnesiac!Akashi x Reader]Where stories live. Discover now