My First Coffee and His Smile

1.9K 189 51
                                    

Krystal Pov

Aku seorang wanita karier yang saat ini memiliki posisi sebagai seorang direktur di perusahaan yang ku bangun dengan jerih payahku sendiri. Aku memiliki seorang tunangan dan kami berencana untuk menikah minggu depan. Tapi pernikahan itu aku batalkan.

"Soojung! Maafkan aku! Sungguh aku khilaf!" ucap tunanganku dengan suara memelas karena hari ini aku mendapatinya sedang tidur dengan wanita lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Soojung! Maafkan aku! Sungguh aku khilaf!" ucap tunanganku dengan suara memelas karena hari ini aku mendapatinya sedang tidur dengan wanita lain.

"Kau! Jangan sentuh aku!" kataku dengan tatapan dinginku padanya.

"Sayang-" ucapannya ku hentikan dengan menatap semakin tajam wajahnya.

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi brengsek!" kataku menepis tangannya yang akan kembali menyentuh tanganku.

"Kau harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah kau lakukan pada wanita itu dan mulai sekarang kau bukanlah siapa-siapaku lagi. Jangan pernah tunjukkan wajahmu itu di hadapanku lagi!" ucapku kemudian pergi meninggalkannya.

Aku berjalan dengan emosi masuk ke dalam mobil dan menaruh kepalaku di stir mobil. Kepalaku sakit sekali jika menahan emosi seperti ini. Perlahan aku meneteskan airmataku saat kurasa hatiku sudah tidak tahan lagi mengingat dia yang ku percaya ternyata masih bisa mengkhianatiku disaat kami akan menikah.

Setelah puas menangis, aku mencoba untuk menenangkan diriku lalu menjalankan mobilku menuju pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku kembali menangis karena harus menceritakan kejadian saat aku memergokinya berselingkuh pada keluargaku dan itu membuat ayahku sangat marah. Ayahku segera menghubungi keluarganya untuk bertemu malam nanti.

"Krys..." panggil unnie mengetuk pintu kamarku.

"Iya unnie?" kataku sambil membuka pintu kamarku.

"Ayo turun sayang, sebentar lagi keluarga mereka akan datang" ajak unnie membuatku mengangguk lemah.

"Hei... Jangan berikan unnie wajah sedih itu. Unnie akan merasa sedih juga. Kau memang harus mengakhiri hubungan ini agar kedepannya kau tidak akan mengalaminya lagi" ucap unnie memelukku erat membuatku tersenyum sedih.

"Terimakasih unnie. Aku sayang padamu" kataku membuat unnie mengangguk.

"Unnie pun sangat sayang padamu" jawab unnie melepaskan pelukannya.

"Kajja kita turun" ajak unnie membuatku mengangguk.

Saat aku dan unnie turun dari tangga kamar menuju ke ruang tamu, langkahku memelan karena melihat pria yang menyakitiku sudah menatap sedih ke arahku. Melihatnya hatiku terasa sesak sekali, ingin rasanya aku menampar keras wajahnya itu saat ini.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ONE SHOOTWhere stories live. Discover now