J

844 94 16
                                    



"Bolehkah aku menikahimu?"

.

.

.

Rasanya baru kemarin, Jung Yein bersama kedua temannya, membicarakan tentang pernikahan impian mereka di sela-sela kepenatan mengerjakan tugas kuliah. Pun topik itu muncul secara random dari salah satu teman yang sedang berbunga-bunga setelah resmi menjalin hubungan dengan lelaki idamannya.

"Mau ngajak pacaran aja pake cara yang sweet banget. Gimana pas ngajak nikah ya?" pertanyaan random yang diucapkan Seo Soojin.

Hwang Eunbi yang sejak tadi tidak berkutik dari tugasnya pun menoleh. "Wah gila. Udah mikir nikah aja. Pikirin tuh judul skripsi."

"Masih semester depan ko. Santai aja." ucap Soojin terlalu santai. Kalau Eunbi tidak sibuk dengan tugasnya, mungkin sudah melayang buku tebal di atas meja ke kepala Soojin. Soojin hanya melet sebal sebelum beralih pada Yein. "Bagaimana menurutmu, In? Pernikahan impianmu seperti apa?"

"Duh, apa ya?" Yein berpikir sampai keningnya berkerut sementara jari telunjuknya mengetuk-ketuk dagunya. Karena tidak menemukan jawabannya, ia pun terkekeh dan menggeleng pelan. Boro-boro memikirkan pernikahan. Dia saja belum punya-

"Gak usah sok mikir deh, In. Pacar saja gak punya."

Yein mendelik kearah Eunbi. "Makasih sudah diperjelas." Gerutunya. Memang diantara mereka, hanya Yein yang tidak punya pacar.

"Aku punya banyak teman lelaki. Kau mau?"

"Jangan mau. Teman lelakinya Soojin pasti mantannya semua."

Yah, Yein lebih memilih melamun dari pada melihat Soojin dan Eunbi yang lagi-lagi berdebat random. Entah kenapa pertanyaan Soojin terngiang-ngiang di kepalanya.

Pernikahan impian? Tentu menikah dengan lelaki tampan, kaya raya, dan humoris seperti Eunkwang BTOB. Menikah di Incheon dengan gaun yang keren. Diarak keliling kota menggunakan mobil mewah. Tinggal dirumah dengan desain interior yang ia rancang sendiri. Halaman depan bak taman bunga sementara halaman belakang pemandangan pantai. Agar ia bisa lihat sunset setiap hari bersama sang suami. Punya dua orang anak. Keliling dunia bersama keluarga. Sungguh impian yang sangat tinggi sekali bukan? Dan rencana itu akan Yein bangun setelah ia bekerja. Mungkin diantara usia 26-30 tahun ia akan menikah.

Dan, yah benar. Rasanya baru kemarin ia memikirkan pernikahan impian. Hari ini. Secara tiba-tiba, seorang senior –yang bahkan Yein hanya tahu namanya saja– melamarnya di meja kantin kampus.

Berawal dari Yein yang ditinggal sendirian setelah kedua temannya tega lebih memilih makan siang bersama kekasih, kemudian senior itu datang.

"Boleh aku duduk disini?"

Sebenarnya Yein ragu menerima lelaki itu duduk di hadapannya. Apalagi melihat ada banyak kursi kosong disana. Pasti akan sangat canggung duduk berdua saja. Tapi melihat wajah tampan senior yang sering dipuja-puja namanya di kelas Yein itu pun, ia akhirnya mengangguk.

Setelah makan dengan khidmat, senior itu memulai percakapan dengan sebuah pertanyaan yang mampu membuat darah Yein berdesir.

"Bolehkah aku menikahimu?"

What? Apa-apaan?

Tersedak. Itu respon awal yang Yein tunjukkan. Ia segera meraih gelasnya sebelum menenggak dengan ganas. Ia kembali meletakkan gelas dengan tangan sedikit gemetar. Dengan susah payah, ia berusaha menatap kedua mata seniornya, mencari ketulusan disana. Namun boro-boro menemukan ketulusan, yang ada ia malah salah tingkah sendiri sebelum kembali mengalihkan pandangan. Tidak kuat menahan pesona si senior.

"Maaf membuatmu terkejut." Ucap lelaki itu sedikit kikuk.

Yein melihat jari tangan lelaki itu bergerak mengetuk-ketuk meja. Mungkin itu salah satu caranya menghilangkan gugup yang sedang melanda.

"Anu, Jungkook Sunbae. Aku bahkan tak yakin kau mengenalku." Ucap Yein mencoba memastikan senior bernama Jeon Jungkook itu tidak sedang menjalankan hukuman setelah bermain truth or dare. Permainan gila yang sering membuat kesalahpahaman.

"Jung Yein. Angkatan XX Jurusan desain interior. Tempat tanggal lahir Incheon 4 Juni." Balas Jungkook dengan ekspresi datar dan suara rendahnya.

Yein tidak menyangka, senior famous, itu tahu hal pribadi tentangnya walaupun hanya tempat dan tanggal lahir. Yein sendiri bahkan tidak tahu tempat dan tanggal lahir Jungkook.

"Bagaimana? Apa aku harus mengulang pertanyaanku?"

"Ja- jangan!" cegah Yein. Bisa-bisa jiwanya melayang dan tak tahu arah jalan pulang alias tidak bisa kembali. "Ng, Sunbae. Aku tidak tahu kau serius atau tidak. Tapi-"

"Kau menolak?" tanya Jungkook memotong kalimat Yein.

Yein menggeleng cepat bahkan kedua tangannya pun ikut menggeleng. Tidak semudah itu menolak senior yang terkenal tampan, kaya, dan pintar. "Maksudku, kalau sunbae memang serius, sunbae bisa menanyakan pendapat kedua orang tuaku. Minggu depan, aku akan kembali ke Incheon. Kalau sunbae yakin dan tak keberatan, sunbae bisa ikut denganku."

Duh bodoh banget sih Jung Yein! Tiba-tiba Yein mendengar suara dari telinga kirinya.

Kenapa? Yein melakukan hal yang benar. Yein harus mengenal bibit, bebet, bobot, calon suaminya. Bagaimana kalau sunbae itu hanya main-main pada Yein? Kali ini datang dari telinga sebelah kanan.

Tapi kesempatan tidak datang duakali. Setidaknya kalau dia hanya main-main, Yein juga bisa begitu. Yein akan kecipratan famous. Atau mungkin Yein mau merampas harta kemudian menceraikan sebelum sunbae melakukannya. Suara dari telinga kiri.

Kau kira ini sinetron? Yein bukan gadis matre, tahu! Balasan dari sebelah kanan.

Bukan matre. Berpikir realistis dong. Kita tidak bisa hidup tanpa uang!

Yein menggeleng cepat. Menjauhkan pikiran-pikiran aneh itu dari otaknya.

Bagaimana sekarang? Jungkook hanya diam. Diamnya cukup lama atau memang lelaki itu mau mundur? Duh, sok jual mahal sih. Bisa jadi lelaki itu memang suka padanya hanya saja minggu depan ada acara yang tidak bisa dilewatkan. Atau Jungkook memang suka tapi belum siap bertemu kedua orang tua Yein? kalau belum siap kenapa melamarnya? Kok rasanya ada nyeri-nyeri di hati ya?

Tanpa sepengetahuan Jungkook, Yein memukul kepalanya sembari mengutuk dirinya sendiri. Ya sudahlah, Yein juga tidak bisa berharap banyak. Anggap saja Jungkook hanya bergurau dan-

"Baiklah."

"Dan- eh? EH?" Sungguh tidak elit respon Yein. Kedua mata melotot hampir keluar dari sangkarnya dan mulut lebar menganga tak terkontrol.

"Jam delapan pagi di stasiun Seoul. Terima kasih sudah menemaniku makan." Ucap Jungkook sembari tersenyum tipis sebelum beranjak dari kursi dan mengangkat nampan makan siangnya sebelum melangkah pergi. Meninggalkan Yein yang masih dengan ekspresi sebelumnya. Menatap punggung Jungkook yang menghilang di telan mahasiswa yang mulai memadati kantin.

"Dug dug dug bunyi apa ini? Sepertinya aku punya penyakit jantung." Gumam Yein kemudian memukul-mukul dadanya sendiri.


***

TBC

JEON : May I Marry You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang