he slammed the door before her.

483 96 25
                                    

disclaimer: tidak ada keuntungan finansial yang diambil dari pembuatan karya ini, yang dibuat untuk kepentingan hiburan semata. judul karya dan salah satu potongan lirik di dalam karya ini adalah lagu milik Céline Dion.

.

.

.

.

.

Keheningan itu menghimpit tenggorokan Wendy. Kerongkongannya kering dan perih, semua argumen sudah tumpah, membuatnya seperti menelan asam pekat saat ia mencoba bersuara lagi,

"Kita sudah memiliki cukup hal di sini. Kenapa ingin tinggal di Seoul kembali?"

Ia tahu ia telah menyatakan itu berkali-kali dalam setengah jam belakangan. Pertanyaan itu terulang terus bahkan ia sendiri pun muak dan mual karenanya. Ia tahu Chanyeol pasti juga merasakan hal yang sama,

Chanyeol memasukkan baju terakhirnya ke dalam ransel dan saat itulah air mata Wendy meleleh. Chanyeol mengambil gitarnya dari sudut kamar, lantas menoleh untuk terakhir kali sebelum membuka pintu. "Karena Seoul adalah rumahku."

"Kanada adalah rumah kita sekarang!"

Dan, Wendy dijawab oleh debam pintu.

.

"but you were history with the slamming of the door ..."

.

Jarak Chanyeol dengan keputusannya hanya tinggal satu ketukan untuk memesan tiket pulang.

Namun, sekali lagi, keheningan yang pekat itu membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. Ia takut tiket itu hanya akan jadi tiket satu arah. Sama seperti saat di kamar tadi. Dia mengepalkan tangannya yang lain erat-erat, kemudian mendesis, melemparkan tinjunya ke udara.

Pada akhirnya, ujung jarinya menekan tombol kembali pada layar, lalu ia memilih aplikasi yang bisa membantunya mencarikan tempat tinggal sementara.

Tidak mungkin dia pergi begitu saja tanpa berbicara lebih lanjut dengan Wendy. Dia jadi menyesal karena telah membawa ransel yang beratnya terasa dua kali lipat dari beban sebenarnya ini. Mereka sama-sama impulsif, mereka sama-sama keras kepala, dan dengan mudahnya semua itu menyulut adu argumen yang tak perlu. Sebenarnya hal ini adalah masalah lama yang hanya terpendam saja, Chanyeol pun tidak bisa menyalahkan siapa pun di antara mereka berdua yang membawa topik ini lebih dulu malam ini.

Wendy terlalu cinta Toronto sebagai tempat mencari suaka nan damai dan mampu memberikannya ketenangan hidup bersama hal-hal yang dicintainya; sementara itu Chanyeol tak dapat membuang Seoul begitu saja. Dia mengalami banyak hal di sana. Dia dan Wendy dipersatukan di sana. Lantas, mereka sama-sama tidak bisa memilih.

. . .

Wendy tahu hidupnya harus tetap berjalan. Waktu terus bergulir untuknya.

Seharusnya seperti itu.

Namun di pagi pertama ia bangun tanpa Chanyeol terasa begitu menyiksa. Tempat tidur terasa begitu dingin dan kamarnya terlalu sunyi. Rumah jadi terasa terlalu besar untuk dirinya sendiri.

Ia tidak makan apa-apa pagi itu, lantas kembali bergelung di tempat tidur, menunggu salju pertama di musim gugur yang tengah kacau.

. . .

Chanyeol duduk di trotoar dengan gitarnya, mulai menyanyi lagu-lagu lawas. Dia mencari pelarian dengan tetap berada di tempat. Dia masih bisa melihat jalan menuju rumah Wendy (—rumah mereka) dari tempat duduknya, tetapi dia berusaha untuk tidak selalu memandang ke sana dan berharap sosok Wendy muncul atau mobilnya terlihat melintas.

it's all coming back to me nowWhere stories live. Discover now