~Bagian 1~

10 0 0
                                    


"Dit, kemarin aku lihat kamu sama cowok." Erin menghampiriku.

"Oh, iya. Itu Haikal. Kemarin kami melihat contoh undangan." Erin memang menyadang gelar Mak Lambe di kelas . 

"Undangan? Kamu mau nikah ya?!"Aku tertawa mendengar seloroh Erin yang memang benar.

"Iya, bulan depan. Nanti aku kasih satu. Udah ya, harus pulang cepat nih. Ada urusan yang belum selesai dirumah."

Aku meninggalkan Erin yang melongo.  Dia pasti sedang berusaha mencerna berita ini sepenuhnya. Berita tentang aku yang akan menikah, tentu saja membuatnya kaget. Wajar mengingat ini baru tahun kedua kami kuliah. Terlebih orangnya aku, mahasiswi paling introvert di kelas. Setelah ini aku yakin, beritanya akan tersebar. Aku tidak keberatan, pernikahan tidak baik ditutup-tutupi kan? terlebih, beberapa hari lagi sudah libur semester. dan semester depan, aku sudah menyandang status baru. Istri Haikal Tobias! Memikirkan itu mau tak mau menerbitkan senyum sumringah di wajahku.

Haikal, lelaki pertama yang ku kenalkan pada Mama. Tidak tampan. Tidak juga kaya. Aku memilihnya karena dia berani datang kerumah memintaku pada Mama. Aku tersanjung, walaupun sebenarnya aku belum terlalu mengenalnya.  Tapi setelah Mama, hanya dia orang yang ku percaya. Hatiku, masa depanku, sudah ku percayakan padanya. Ya, dia akan jadi pemimpinku sebentar lagi.

Kami bertemu pertama kali di toko buku. Dia menghampiriku ketika aku tengah membolak-balikan halaman sebuah novel.

" Akhirnya kita bertemu, lagi." Dia memandangku dengan  sumringah.

"Hah?"

Aku membuka laci memoriku mencoba mengingat laki-laki yang berada dihadapanku. Nihil.

"Iya ya? Kapan?"

"Itu ... di acara Minang Book Fair tahun lalu, kau mengenakan kerudung pink, waktu itu kau membacakan puisi di panggung."

Aku menggeleng pelan.

" Kita sempat bercakap-cakap ketika kau hendak membeli buku di Standku."

"Lalu, aku merekomendasikan novel Habibi ya Nour El Ain." Aku menatapnya bingung.

"Masih belum ingat juga?"

Aku menggeleng mencoba mengingat sosok wajah dihadapanku.  Aku tak ingat pernah berinteraksi dengannya."Mungkin salah orang." Aku tersenyum menjawab pernyataannya. " Maaf, saya buru-buru." Ucapku kemudian berlalu ke kasir membayar buku yang telah ku ambil.

"Iya, mungkin." sahutnya pelan. Dari nadanya aku menyimpulkan laki-laki itu kecewa. Tapi ya mau bagaimana, aku tidak mungkin berbohong untuk sekedar menyenangkan hatinya kan?


Aku mengalihkan pandanganku ke tempat laki-laki itu berdiri. Amboy, dia masih memandangiku. Kembali ku alihkan pandangan. Memalukan!


Beberapa hari berselang, aku menemukan seseorang bernama Haikal Tobias mengirim permintaan di akun media sosialku. Mungkinkah laki-laki yang ku temui di toko buku waktu itu? Aku memutuskan untuk mengabaikannya. Sudah kebiasaanku tidak mudah berakrab ria dengan orang baru, terlebih laki-laki.


Namun ternyata, dia makhluk yang sama kerasnya denganku. Berulang kali dia mengirim pesan di akunku, bukan hanya satu, melainkan semua akun yang aku punya. Aku mulai curiga. Jangan-jangan dia adalah penipu yang tengah mencari korban di media sosial, mengirim chat-chat manis, ketemuan, kemudian memperkosa korbannya lalu dibunuh. Dan keesokan paginya berita tentang potongan mayat gadis ditemukan di kali. Ish, ngawur! Aku menggeleng-gelengkan kepala menepis drama horor yang dirangkai otak canggihku.

Aku bertekad tidak akan meresponnya, tidak akan pernah!

Tapi, di sore hari yang tak pernah ku duga, takdir kembali bercanda denganku. Dia sudah berdiri di beranda rumah, mengangkat tangan sebelah, lalu...

 "Hai," sapanya lengkap dengan senyum sumringah andalannya.



salam,

Diim yang cakep pake banget.

2019.03.03















You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KO.MIT.MEN!Where stories live. Discover now