Why is He Ancient?

195 27 6
                                    

Semesta merahasiakan semuanya. Bahkan dengan senyum parsel Nash yang begitu manis. Aku hanya tercenung menatap senyum itu. Sudah berapa lama Tuhan menyembunyikan senyum itu untukku?

Aku bangkit dari lamunanku, membentak mata yang bahkan enggan luput dari pria yang satu itu. "Oh, ya, aku punya alatnya."

Dengan bodohnya aku mencari dengan tetap melirik terus ke arahnya. Setan mana yang membuatku seperti wanita idiot saat ini. Atau memang Nash Sutpakof yang begitu hangat hari ini? Dia tak pernah terlihat begitu sebelumnya.

"Kukira alatnya ada di sebelah sana." Pria itu menunjuk ke arah rak tinggi di belakangku. Aku tahu itu adalah kalimat lain untuk mengatakan, 'Kau tak harus melihatku seperti itu, Bodoh!'

Aku hanya tersenyum, memutar tubuh dengan canggung, mulai mencari barang yang diinginkan pria itu sesuai di tempatnya.

Aha!

Alat itu ketemu. Alat aneh yang entah kenapa diinginkan oleh pria sehangat-untuk hari ini-Nash. Alat itu untuk para polisi; melacak mayat-mayat yang biasanya tidak diketahui asalnya.

"Ini alatnya." Masih dengan tersenyum, dan dia yang kembali bersifat ramah.

Dia membolak-balikan alat itu seperti mencocokan alat yang diinginkannya. Alat pelacak mayat? Aku masih heran dengan alat yang dipintanya.

Nash menerbitkan senyumnya. Tubuhku seperti dialiri hangatnya sungai Nil di pagi hari. "Kau memang yang terbaik."

Pujian itu selalu ada saat ia mendapatkan perkakas yang diinginkan dari toko ini. Aku adalah pemilik toko perkakas SetTIme. Dengan memiliki banyak bawahan yang jujur dan hormat padaku. Dan tentunya aku karyawan yang selalu melayani Nash-melayani dalam hal jual beli, bukan makna melayani lainnya.

"Apa balasan untukku?" tanyaku dengan nada bergurau. Kemudian dia segera mengeluarkan koin dalam sakunya. Lima koin emas keluaran terbaru kurasa.

Di adalah satu-satunya pelanggan yang kubolehkan membayar dengan koin emas. Koin itu mirip seperti masa kerajaan Elizabeth I, tetapi lebih cantik dengan gambaran modern-nya. Dan juga lebih membuatku merasa heran sendiri.

"Apa itu cukup?"

Pelanggan lain membayar perkakasku dengan E-Money yang selalu kuletakkan di depan pintu. Jadi, jika mereka tidak membayarnya melalui aku atau alat itu, maka pintu dengan kaca setebal lima centimeter itu tak akan terbuka, untuk selama-lamanya.

Sedangkan Nash, aku mengijinkannya menggunakan koin emas, karena hatiku mengijinkannya. Walau terkesan norak atau kuno, tetapi satu koin itu bernilai 500 dollar. Wanita mana yang tak mau untung berkali-kali lipat?

Aku tersenyum kecil. Menatapnya dengan serius. Hari ini toko sepi, jadi hanya dia pelangganku. Dan aku dapat menggunakan mataku untuk sekadar memperlambat kepulangannya; kata lain menggoda.

"Apa kau memiliki saudara yang perlu dicari?" tanyaku balik. Aku mulai kepo. Dan bahkan lupa bahwa tatapan mataku sekarang bukan lagi menggoda, melainkan terlalu memaksa.

Dia tertawa keras. Membuat telingaku terlentik mawar menggoda. Mengapa bibirku ingin mengecupnya?

"Tak ada, Nona. Hanya iseng. Pria pengangguran sepertiku memiliki imajinasi yang tak dimiliki orang-orang kantoran, bahkan para pengangguran lainnya."

Cukup, aku serius, dia bergurau. Aku bukan orang bodoh. Aku mantan istrinya Sherlock Holmes yang lima puluh tahun lalu sudah bercerai-tidak ini bercanda. Dan aku tahu jika ia tak menganggur.

Mataku menyipit. "Kau mau bermain kejar tangkap denganku, hm?"

"Ya. Dan bahkan menangkapmu dalam pelukanku." Dia berkata dengan nada yang serius. Tidak romantis, tetapi membuatku terkena stroke seketika.

Why is He Ancient? [1/1]Where stories live. Discover now